Sacramentum caritatis
Sacramentum caritatis Latin: Sakramen Cinta Kasih Surat ensiklik dari Paus Benediktus XVI | |
---|---|
Tanggal | 22 Februari 2007 |
Argumen | Sakramen Ekaristi |
Nomor ensiklik | 1 dari 4 dari kepausan |
Naskah | |
Bagian dari seri Gereja Katolik tentang |
Adorasi Ekaristi |
---|
Dokumen kepausan |
Organisasi dan peristiwa |
Tokoh terkemuka |
Pelaku meditasi Ekaristi |
Portal Katolik |
Sacramentum caritatis (Sakramen Cinta Kasih) adalah sebuah anjuran apostolik pasca-sinode (Roma, 2 Oktober 2005 – 23 Oktober 2005) yang ditulis oleh Paus Benediktus XVI. Naskah itu ditandatangani 22 Februari 2007.
Dokumen tersebut menjelaskan secara rinci tentang sakramen Ekaristi. Setelah pendahuluan, bagian ini terdiri dari tiga bagian, masing-masing menyajikan perspektif berbeda mengenai pemahaman Gereja tentang Ekaristi.
Isi
[sunting | sunting sumber]Paus Benediktus mengkaji hubungan penting antara Ekaristi dan sakramen-sakramen lainnya. Ia juga menyoroti implikasi sosial dari Ekaristi dan menghubungkannya dengan ajaran sosial Gereja.[1] Dokumen ini dibagi dalam tiga bagian seputar Ekaristi sebagai misteri (1) untuk diyakini, (2) untuk dirayakan , dan (3) untuk dijalani.
- Untuk dipercaya
Dalam Sacramentum caritatis, Benediktus mengutip Yohanes 6:51, ""Akulah roti hidup yang turun dari surga; barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya; dan roti yang akan kuberikan untuk kehidupan dunia adalah dagingku".[2] Ia menunjukkan bahwa Ekaristi pada dasarnya bersifat Tritunggal. “Santo Cyril dari Yerusalem, dalam Katekesenya, menyatakan bahwa kita “menyeru kepada Allah dalam rahmat-Nya untuk mengirimkan Roh Kudus-Nya atas persembahan di hadapan kita, untuk mengubah roti menjadi tubuh Kristus dan anggur menjadi darah Kristus.” [3] epiclesis Misa adalah permohonan kepada Bapa untuk menurunkan karunia Roh agar roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Yesus Kristus .
Benediktus juga memperluas hubungan antara Ekaristi dan Sakramen Tobat. “Kita tahu bahwa umat beriman dikelilingi oleh budaya yang cenderung menghilangkan rasa dosa dan mengedepankan pendekatan dangkal yang mengabaikan kebutuhan untuk berada dalam keadaan rahmat agar dapat menjalani komuni sakramental dengan layak. dosa selalu memerlukan kedangkalan tertentu dalam pemahaman akan kasih Allah. Menghadirkan unsur-unsur dalam ritus Misa yang mengungkapkan kesadaran akan dosa pribadi dan, pada saat yang sama, akan belas kasihan Allah, terbukti sangat membantu umat beriman."[4]
Karena keindahan Ekaristi berkaitan langsung dengan Kristus dalam pribadi-Nya, hal ini memungkinkan para pesertanya melihat sekilas dimensi eskatologis yang melekat dalam Ekaristi sebagai janji kemuliaan masa depan.[5]
- Untuk dirayakan
Dalam perayaan Ekaristi, Yesus Kristus menunjukkan kepada kita bagaimana kebenaran kasih dapat mengubah bahkan misteri gelap kematian menjadi terang terang kebangkitan. Melalui Ekaristi, Dia menjadi segalanya, hadir dalam totalitas-Nya di antara para anggota Gereja (par #36). Masing-masing anggota membentuk batu rohani Gereja. Bernyanyi adalah ekspresi kegembiraan dan, jika kita pertimbangkan, merupakan ekspresi cinta. Pria baru itu menyanyikan lagu baru. (par #42)
- Untuk dijalani