Samurah bin Jundab
Samurah bin Jundab | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Meninggal | 58 H atau 59 H Bashrah |
Hubungan | Mari bin Sinan bin Tsa'labah (ayah tiri)[a] |
Anak |
|
Orang tua |
|
Sunting kotak info • L • B |
Samurah bin Jundab (bahasa Arab: سمرة بن جندب) adalah salah satu sahabat Nabi dan periwayat hadis.
Biografi
[sunting | sunting sumber]Samurah bin Jundab dibesarkan di lingkungan sukunya, Bani Fazarah, salah satu suku bagian Ghatafan,[4] kemudian ibunya pergi ke Madinah untuk menghadiahkannya setelah ayahnya wafat, dan seorang laki-laki dari kaum Anshar menikahi ibunya. Samurah berpartisipasi dalam Pertempuran Uhud setelah Nabi Muhammad mengizinkannya untuk berperang, dan Samurah kemudian bersama Nabi dalam beberapa pertempuran.[5] Selain mengikuti beberapa pertempuran, Samurah juga termasuk di antara 114 sahabat Nabi yang ikut dalam Baiat Ridwan.[6] Setelah Penaklukan Islam, Samurah pergi ke Bashrah dan tinggal di sana.[3] Ketika Ziyad bin Abihi menjabat sebagai gubernur Bashrah dan Kufah, dia meminta bantuan Samurah bin Jundab dalam mengelola pemerintahan, dan Ziyad biasa mengangkatnya sebagai penggantinya atas wilayah Bashrah jika dia pergi ke Kufah, dan juga sebagai penggantinya di Kufah jika dia pergi ke Bashrah.[3][4] Ketika Ziyad meninggal, dia mengangkat Samurah sebagai penggantinya di wilayah Bashrah, dan Muawiyah bin Abu Sufyan menyetujui pengangkatannya sebagai gubernur selama satu tahun atau kurang, dan kemudian memberhentikannya.[4] Samurah selama masa jabatannya sangat keras perlakuannya terhadap Khawarij Haruriyyah,[3] jika salah satu di antara mereka dibawa ke Samurah untuk dibunuh, ia akan mengatakan: “Yang terburuk di antara orang yang mati di bawah langit adalah mereka yang mengkafirkan kaum Muslimin dan suka menumpahkan darah.”[4][5] Ketika Sajah meninggal, Samurah menyalatkan jenazahnya. Perlu diketahui bahwa ia sebelumnya pernah mengaku sebagai nabi tetapi kemudian memeluk Islam, pergi ke Bashrah dan tinggal di sana.[7]
Samurah wafat di Bashrah[8] pada tahun 58 H, dan pendapat lain mengatakan pada tahun 59 H.[3][5] Penyebab kematiannya adalah ia terinfeksi penyakit alergi dingin. Untuk menyembuhkannya, ia sering memanaskan air dan duduk di dekat panci pemanas air untuk menghangatkan tubuhnya. Namun penyakitnya tak kunjung sembuh dan ia meninggal karena penyakitnya.[6]
Samurah bin Jundab meninggalkan sepucuk surat kepada putra-putranya yang berisi catatan hadis kenabian.[8] Putrinya, Ummu Tsabit menikah dengan Al-Mukhtar ats-Tsaqafi yang merebut Kufah dan menguasainya atas nama keluarga Khalifah Ali bin Abi Thalib selama Fitnah Kedua (680–692).[9] Cicit Samurah, Abu Ishaq Ibrahim bin Habib bin Sulaiman (wafat 777) adalah seorang astronom terkemuka dan Muslim pertama yang membangun astrolab.[10] Kunyah Samurah adalah Abu Sa'id, Abu Abdurrahman, Abu Abdullah, dan Abu Sulaiman.[11]
Periwayatan Hadis
[sunting | sunting sumber]Samurah bin Jundab meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah.[4] Sementara yang meriwayatkan hadis darinya adalah putranya Sulaiman bin Samurah, Al-Hasan al-Bashri dan Muhammad bin Sirin,[3] Amir Asy-Sya'bi, Yazid bin Abdullah bin Asy-Syakhir,[5] putranya Sa'ad bin Samurah bin Jundab, Muhammad al-Baqir dan Al-Muhallab bin Abi Shufrah.[4]
Di antara hadis yang diriwayatkan oleh Samurah adalah hadis tentang peringatan larangan mendustakan Rasulullah nomor 1863 dalam Ringkasan Shahih Muslim. Hadis ini ia riwayatkan bersama dengan Al-Mughirah bin Syu'bah.[12] Kemudian hadis nomor 450 bab Kitab Jenazah Bulughul Maram tentang ia shalat di belakang Nabi terhadap jenazah wanita yang meninggal ketika darah nifasnya keluar,[13] dan hadis tentang aqiqah.[14]
- Status: Muhammad bin Sirin berkata: Samurah sangat jujur dan dapat dipercaya.[3]
Catatan
[sunting | sunting sumber]- ^ Dia adalah paman Abu Sa'id al-Khudri[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Ash-Shallabi, Prof. Dr. Ali Muhammad. Ketika Rasulullah Harus Berperang. Pustaka Al-Kautsar. hlm. 176. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-27. Diakses tanggal 2021-08-27.
- ^ (Arab) "Halaman 222 - Kitab Tahdzib al-Kamal fi Asma' ar-Rijal - Khubaib bin Sulaiman bin Samurah bin Jundab al-Fazari Abu Sulaiman al-Kufi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-28. Diakses tanggal 2021-01-23.
- ^ a b c d e f g (Arab) Siyar A'lam an-Nubala – Samurah bin Jundab Diarsipkan 03 Desember 2017 di Wayback Machine.
- ^ a b c d e f (Arab) Tahdzib al-Kamal oleh al-Mizzi – Samurah bin Jundab bin Hilal bin Hudaij (1) Diarsipkan 19 September 2016 di Wayback Machine.
- ^ a b c d (Arab) Asad al-Ghabah fi Ma'rifat ash-Shahabah oleh Ibnul Atsir – Samurah bin Jundab Diarsipkan 2017-02-21 di Wayback Machine.
- ^ a b Biru Tosca. 365 Hari Bersama Sahabat Nabi ﷺ: Bercengkerama dengan Mereka Setiap Hari (Buku elektronik). Penerbit LovRinz. hlm. 345–346. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-19. Diakses tanggal 2022-08-19.
- ^ Syaikh Al-Baladzuri (2015). Futuhul Buldan: Penaklukan Negeri-negeri dari Fathu Makkah Sampai Negeri Sind. Pustaka Al-Kautsar. hlm. 129-130. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-03. Diakses tanggal 2021-09-03.
- ^ a b (Arab) Tahdzib al-Kamal oleh al-Mizzi – Samurah bin Jundab bin Hilal bin Hudaij (2) Diarsipkan 19 September 2016 di Wayback Machine.
- ^ Fishbein 1990, hlm. 44.
- ^ Rosenfeld 1997, hlm. 331.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-30. Diakses tanggal 2022-08-19.
- ^ M. Nashiruddin al-Albani (2005). Ringkasan Shahih Muslim (dalam bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, and Arab). Gema Insani. hlm. 942–943. ISBN 9789795619673, 9795619675. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-19. Diakses tanggal 2022-08-19.
- ^ Ibn Hajar al-‘Asqalani (Juli 2019). BULÛGHUL MARÂM Hadis-hadis Ibadah, Muamalah, dan Akhlak (Buku elektronik). Nuansa Cendekia. hlm. 112. ISBN 9786237625162, 623762516X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-19. Diakses tanggal 2022-08-19.
- ^ DR. Nurul Hikmah, M.A (16 Juni 2022). Strategi pengembangan sosial dan emosi anak usia dini dalam Islam (Buku elektronik). Yayasan Bait Qur'any At-Tafkir. hlm. 52. ISBN 9786027647619, 6027647612. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-19. Diakses tanggal 2022-08-19.
Sumber
[sunting | sunting sumber]- Fishbein, Michael, ed. (1990). The History of al-Ṭabarī, Volume XXI: The Victory of the Marwānids, A.D. 685–693/A.H. 66–73. Seri SUNY dalam Studi Timur Dekat. Albany, New York: State University of New York Press. ISBN 978-0-7914-0221-4. [pranala nonaktif]
- Rosenfeld, Boris (1997). "Al-Fazārī". Dalam Helaine Selin. Encyclopaedia of the History of Science, Technology, and Medicine in Non-Western Cultures. Dordrecht, Boston and London: Kluwer Academic Publishers. hlm. 331.