Santoso (teroris)
Santoso | |
---|---|
Lahir | Tentena, Indonesia | 21 Agustus 1976
Meninggal | 18 Juli 2016 Tambarana, Indonesia | (umur 39)
Kebangsaan | Indonesia |
Nama lain | Abu Wardah, Abu Wardah as-Syarqi, Abu Yahya |
Tahun aktif | 2004—2016 |
Organisasi | Mujahidin Indonesia Timur |
Dikenal atas | Pemimpin Mujahidin Indonesia Timur |
Santoso, juga dikenal dengan nama Abu Wardah (21 Agustus 1976 – 18 Juli 2016), adalah seorang militan Islam asal Indonesia dan mantan pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Sebelum kematiannya, dia merupakan sosok teroris yang paling dicari di Indonesia.[1]
Di bawah kepemimpinannya, MIT telah bersumpah setia kepada Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Santoso bersama kelompoknya beroperasi di hutan belantara Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Pada tanggal 18 Juli 2016, dirinya tewas dalam sebuah kontak tembak dengan para petugas Satgas Operasi Tinombala.
Kehidupan pribadi
[sunting | sunting sumber]Santoso lahir pada tanggal 21 Agustus 1976 di Tentena, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tentena berjarak sekitar 7 jam dengan bus dari ibu kota Sulawesi Tengah, Palu. Kota kecil yang banyak dihuni oleh penduduk Kristen ini, terletak di pesisir utara Danau Poso. Tentena memiliki sejarah konflik masa lalu dengan desa Islam di sekelilingnya.[butuh rujukan]
Santoso memiliki dua orang istri. Istri pertamanya bernama Suriani, alias Umi Wardah. Ia tinggal di Kalora, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah. Istri keduanya berasal dari Kota Bima. Ia adalah janda dari seorang anggota Mujahidin yang tewas dalam kontak tembak dengan TNI Angkatan Darat.[2]
Keterlibatan dalam terorisme
[sunting | sunting sumber]Ia berpartisipasi dalam pelatihan militer ilegal pada tahun 2001. Ia terlibat dalam jihad selama konflik antaragama di Poso. Ia diketahui terinspirasi dari Abu Bakar Ba'asyir, Abdullah Sungkar, Imam Samudera, Dr. Azahari dan Noordin M. Top. Beberapa laporan mengatakan bahwa dirinya belajar Islam dari Pondok Pesantren Al Mu'min di Kecamatan Ngruki, Surakarta, Jawa Tengah.
Pada pertengahan bulan Agustus 2004, Santoso sempat ditangkap karena menembak mobil boks rokok Inspiro di Desa Sausu, Kabupaten Parigi Moutong. Ia lalu memberikan informasi tentang keberadaan Sofyan Jumpai yang diduga sebagai salah satu pelaku penembakan terhadap Jaksa Ferry Silalahi di Palu.[3] Santoso kemudian dipenjara selama setahun. Setelah bebas dari penjara, dia berhenti mengikuti kegiatan militer untuk beberapa waktu dan menjadi pedagang dengan berjualan parang, peralatan masak, dan pakaian.
Temannya yang bernama Andi Baso Tahir, pernah mengizinkan Santoso tinggal di rumahnya di Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, pada tahun 2012, yang membuat Santoso menjadi seorang pembaca Al Qur'an.[2]
Mujahidin Indonesia Timur
[sunting | sunting sumber]Tidak lama kemudian Santoso pergi ke Tamanjeka, dan bertemu dengan Bado, alias Urwah. Keduanya terlibat dalam pembunuhan dua bintara polisi di Tamanjeka pada bulan November 2012. Tubuh dari Brigadir Satu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman ditemukan di sebuah lubang lumpur dengan kondisi tenggorokan mereka dipenggal. Sekitar 300 personel gabungan dari Polri dan TNI dari Gunung Biru di wilayah Tamanjeka ditarik mundur setelah gagal menemukan Santoso.[4]
Pada tanggal 10 Juli 2013, dilaporkan bahwa Santoso muncul dalam sebuah video berdurasi enam menit yang diunggah ke YouTube. Ia mendeskripsikan Detasemen Khusus 88 (Densus 88)—pasukan khusus antiteror Polri—sebagai "musuh [yang] sebenarnya, dan setan yang sesungguhnya". Video kemudian telah dihapus dari YouTube.[5][6]
Negara Islam Irak dan Syam
[sunting | sunting sumber]Santoso bersumpah setia kepada Negara Islam Irak dan Syam pada Juli 2014. Berdasarkan laporan dari BBC, Bahrun Naim dikatakan adalah penghubung antara Mujahidin Indonesia Timur dan ISIS.[7]
Upaya penangkapan
[sunting | sunting sumber]Sanksi Amerika Serikat
[sunting | sunting sumber]Pada 22 Maret 2016, menyusul sumpah setia yang dilakukannya kepada ISIS, Santoso dikenakan sanksi oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat. Sanksi ini secara garis besar adalah membekukan semua aset yang dimiliki atau yang berhubungan dengan Santoso.[8]
Pemburuan
[sunting | sunting sumber]The Jakarta Post melaporkan pada 25 Maret 2016 bahwa, "setidaknya terdapat 2,500 personal TNI dan Polri yang telah diturunkan sejak Januari, untuk menangkap Santoso dan sekitar 34 orang pengikutnya".[2]
Pada 23 Juni 2016, Muhamad Nasir, mantan pemimpin Mantiqi III, meminta Santoso untuk menyerahkan diri. "Sudah cukup Santoso, turunlah, lebih baik kamu menyerahkan diri, lihatlah keadaan keluargamu. Tidak ada lagi yang harus kau lakukan", katanya.[9]
Kematian
[sunting | sunting sumber]Pada bulan Januari 2016, terdapat spekulasi bahwa Santoso kemungkinan telah tewas terbunuh setelah sebuah foto jenazah yang mirip dirinya beredar luas. Juru bicara Polri, Suharsono mengatakan bahwa jenazah tersebut bukan Santoso.[10]
Pada tanggal 18 Juli 2016, Santoso tewas dalam kontak tembak dengan petugas Satgas Operasi Tinombala Polri dan TNI, bersama dengan seorang pengikutnya yang juga tewas dalam kontak tersebut, Mukhtar.[11][12][13]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Pratomo, Yulistyo. Mardani, ed. "Ini sosok Santoso, teroris paling dicari Indonesia dan AS". Merdeka.com. Diakses tanggal 10 Mei 2015.
- ^ a b c "'Teroris yang paling dicari, Santoso'". The Jakarta Post. Diakses tanggal 2016-07-20.
- ^ "Polisi Tangkap Tersangka Penembak Jaksa Ferry". Tempo.co. 16 Agustus 2004. Diakses tanggal 22 April 2021.
- ^ "Indonesia Security Forces Lay Siege on Poso's Tamanjeka Mountains". The Jakarta Globe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Juli 2016. Diakses tanggal 20 Juli 2016.
- ^ "Indonesia's 'most wanted' militant urges jihad". Fox News. 10 Juli 2013. Diakses tanggal 10 Mei 2015 – via AFP.
- ^ "'Fight until doomsday' Indonesian militant Abu Wardah Santoso urges". News.com.au. 11 Juli 2013. Diakses tanggal 10 Mei 2015.
- ^ "Jakarta attacks: Profile of suspect Bahrun Naim". BBC UK. Diakses tanggal 20 Juli 2016.
- ^ "Specially Designated Nationals List Update". 22 March 2016. Diakses tanggal 17 July 2016.
- ^ "Former JI Leader Urges Santoso to Turn Himself In". Tempo.co. Diakses tanggal 2016-07-20.
- ^ "Indonesia's Most Wanted Terrorist Santoso May Have Been Killed by Police". Strait Times. Diakses tanggal 2016-07-20.
- ^ "Indonesian Forces Kill Militants Suspect that Most Wanted Man Santoso is Among Them". Strait Times. Diakses tanggal 2016-07-20.
- ^ "Government Still Confirming the Dead Body is Santoso". The Jakarta Post. Diakses tanggal 2016-07-2-20.
- ^ "Santoso, Teroris yang paling diinginkan, Diduga Tewas". Business Standard. Diakses tanggal 2016-07-20.
Sumber
[sunting | sunting sumber]- Galamas, Francisco (2015). "Terrorism in Indonesia: an Overview" (PDF). Documento de Investigación del Instituto Español de Estudios Estratégicos. Instituto Español de Estudios Estratégicos (4).
- Ramakrishna, Kumar (2013). "The East Indonesia Mujahidin commandos: new faces, same ideology". RSIS Commentaries. Universitas Teknologi Nanyang (8).