Selokan Mataram
Selokan Mataram | |
---|---|
Lokasi | Daerah Istimewa Yogyakarta |
Negara | Indonesia |
Spesifikasi teknis | |
Panjang | 30,8 km (19,1 mil) |
Status | Digunakan |
Sejarah | |
Nama sebelumnya | Kanal Yoshiro |
Pemilik sekarang | Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat |
Selesai | 1944 |
Geografi | |
Titik awal | Bendung Karangtalun, Bligo, Ngluwar, Magelang |
Titik akhir | Randugunting, Tamanmartani, Kalasan, Sleman |
Koordinat awal | 7°39′58″S 110°16′00″E / 7.6660974°S 110.2667599°E |
Koordinat akhir | 7°46′03″S 110°29′02″E / 7.767407°S 110.4840105°E |
Selokan Mataram adalah sebuah kanal irigasi sepanjang 31 kilometer di Daerah Istimewa Yogyakarta yang kini menjadi salah satu dari tiga saluran irigasi primer di Daerah Irigasi Karangtalun.
Selokan Mataram dulu dikenal dengan nama Kanal Yoshiro dan membentang dari Bendung Ancol hingga ke Sungai Opak di Prambanan. Selokan ini mulai dioperasikan pada tahun 1944.[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Selokan Mataram sepanjang 30,8 km ini dibangun pada masa pendudukan Jepang.[2] Saat itu, Jepang menggalakkan romusha di Indonesia untuk mengeksploitasi sumber daya alam maupun untuk membangun sarana dan prasarana guna mendukung upaya perang Jepang melawan Sekutu di Pasifik.
Raja Yogyakarta saat itu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX kemudian memikirkan cara untuk menghindarkan warga Yogyakarta dari romusha. Sultan lalu melaporkan kepada Jepang bahwa Yogyakarta adalah daerah yang minus dan kering, serta hasil buminya hanya berupa singkong dan gaplek.[3] Sultan pun mengusulkan kepada Jepang agar warga Yogyakarta diperintah untuk membangun sebuah kanal irigasi guna menghubungkan Sungai Progo di sisi barat dan Sungai Opak di sisi timur. Dengan kanal irigasi tersebut, lahan pertanian di Yogyakarta yang saat itu kebanyakan masih berupa lahan tadah hujan, diharapkan dapat diairi pada musim kemarau, sehingga dapat ditanami padi dan dapat memenuhi kebutuhan pangan dari warga Yogyakarta maupun pasukan Jepang.[4]
Usul Sultan tersebut kemudian disetujui oleh Jepang, sehingga warga Yogyakarta tidak perlu mengikuti romusha, karena difokuskan untuk membangun sebuah kanal irigasi yang kemudian dikenal dengan nama Kanal Yoshiro dan kini dikenal dengan nama Selokan Mataram.[2][5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Chairunnisa, Ninis (2020-10-16). "Selokan Mataram Legendaris di Yogya Amblas, Dibangun Sejak Penjajahan Jepang". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-10-25.
- ^ a b Sujarweni, V.W. (2017). Menelusuri Jejak Mataram Islam di Yogyakarta. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia. hlm. 120–121. ISBN 9786232447356.
- ^ Roem, Mohammad (2013). Takhta Untuk Rakyat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 134. ISBN 9786020371238.
- ^ Moedjanto, G. (1994). Kasultanan Yogyakarta & Kadipaten Pakualaman : tinjauan historis dua praja kejawen antara 1755-1992 (edisi ke-Cet. 1). Yogyakarta: Penerbit Kanisius. ISBN 979-497-137-5. OCLC 32021291.
- ^ Sejarah selokan Mataram dari kompas.com