Serangan Samudra Hindia (1944)
Serangan Samudra Hindia Kedua | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Pasifik | |||||||
Gambaran kapal penjelajah berat kelas-Aoba. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Jepang | United Kingdom | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Laksamana Muda Naomasa Sakonju | |||||||
Kekuatan | |||||||
3 kapal penjelajah berat | |||||||
Korban | |||||||
tidak ada |
1 kapal uap tenggelam, 3 terbunuh, banyak korban luka | ||||||
|
Serangan Samudra Hindia (1944) atau サ号作戦 (さごうさくせん , Sagou sakusen, Operasi Sa-go) merupakan bagian kedua dari Serangan Samudra Hindia. Pada bulan Maret 1944, tiga kapal penjelajah berat milik Angkatan Laut Kekaisaran Jepang (IJN) melakukan penyerangan berkala terhadap kapal ekspedisi milik Sekutu di Samudra Hindia. Ketiga kapal penjelajah berat tersebut meninggalkan daerah kekuasaan Jepang pada 1 Maret dengan dukungan dari kapal dan pesawat Kekaisaran Jepang lainnya. Karena takut ketahuan, ketiga kapal tersebut sering bolak-balik ke/dari Hindia Belanda (NEI).
Pembantaian
[sunting | sunting sumber]Pada 9 Maret, ketiga kapal penjelajah tersebut bertemu dengan kapal uap Behar dan langsung menenggelamkannya. Tone menyelamatkan lebih dari 100 korban selamat. Segera setelah korban selamat dari Behar diangkut, Sakonju mengirim sebuah pesan melalui radio kepada opsir komando Tone, Kapten Haruo Mayuzumi, untuk meminta Mayuzumi mengambil tahanan personal yang kurang penting dan jangan membajak kapal dagang. Sakonju juga memerintahkan agar semua korban yang selamat untuk dibunuh. Mayuzumi tidak mau melakukannya, karena hal itu bertentangan dengan kepercayaannya sebagai umat Kristen. Opsir eksekutifnnya, Komandan Junsuke Mii, juga tidak setuju untuk membunuh para tahanan. Mayuzumi mengirimkan pesan radio kepada Sakonju bahwa sebaknya para tahanan dilepaskan di pinggir pantai saja, Namun Sankoju menolaknya. Mayuzumi kemudian mengunjungi kapal Aoba untuk membicarakan hal ini, namun Sakonju tetap bersikeras dan menyuruh Mayuzumi untuk mematuhi perintahnya. Walaupun tidak dipatuhi, Mayuzumi memutuskan untuk membunuh para tahanan.
Pada 15 Maret, ketiga kapal penjelajah berat tersebut berlabuh di Tanjung Priok. Setelahnya, ada 15 atau 36 korban selamat dipindahkan ke Aoba.(II)
Ketiga kapal tersebut berlayar dari Tanjung Priok menuju Singapura pada 18 Maret. Malamnya, semua tahanan yang berada di kapal Tone dipenggal oleh opsir di kapal tersebut.[1] Mayuzumi menyaksikan pembantaian anjungan kapal. Mii pun menolak untuk ikut serta dalam pembantaian tersebut.
Akhir cerita
[sunting | sunting sumber]Aoba, Chikuma dan Tone sampai di Singapura pada 25 Maret. Serangan Samudra Hindia merupakan operasi terakhir yang dilancarkan oleh kapal penyerbu permukaan milik Axis dalam Perang Dunia II. Akhirnya, Behar merupakan kapal dangan Sekutu yang ditenggelamkan oleh kapal penyerbu permukaan selama perang dunia.[2]
Kekaisaran Jepang tidak berusaha untuk mengkapitalisasi keuntungan jumlah pasukan mereka di daerah tersebut dan pada akhir bulan mereka semua pergi memberikan bantuan untuk armada bagian Timur. Hal ini membuka kesempatan untuk Somerville untuk memulai penyerbuan berbasis kapal induk dimulai dari penyerangan ke Sabang pada 19 April 1944.[3]
Setelah perang berakhir, Sekutu mengadili opsir yang terlibat dalam pembataian di atas kapal Tone. Laksamana Madya Takasu meninggal karena sakit pada September 1944. Sakonju diadili oleh Inggris pada 1947 di Hong Kong dan mendapat hukuman mati.[4] Mayuzumi juga dihukum karena ikut membunuh dan dipenjara selama tujuh tahun.
Catatan
[sunting | sunting sumber]- Catatan kaki
- ^(I) Jumlah korban selamat dari kapal Behar berbeda dalam berbagai sumber. Lamont-Brown (2002), hal. 111 menyatakan bahawa 108 dari 111 orang; sementara while Gill (1968), hal. 389 menyatakan semua 104 kru diselamatkan.
- ^(II) Gill (1968), hal. 389 menyatakan 15 korban selamat dari kapal Behar didaratkan di Tanjung Priok; sementara Lamont-Brown (2002), hal. 112 menyatakan itu di halaman 36.
- Kutipan
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Fuller, Richard (1992). Shokan. Hirohito's Samurai. London: Arms and Armour Press. ISBN 1-85409-151-4.
- Gill, G. Hermon (1968). Royal Australian Navy 1942–1945. Australia in the War of 1939–1945. Series 2 – Navy. Canberra: Australian War Memorial. OCLC 65475. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-27. Diakses tanggal 2017-12-10.
- Lamont-Brown, Raymond (2002). Ships From Hell : Japanese War Crimes on the High Seas. Stroud, Gloucestershire: Sutton. ISBN 0-7509-2719-4.
- Odgers, George (1968). Air War Against Japan 1943–1945. Australia in the War of 1939–1945. Series 3 – Air (edisi ke-reprint). Canberra: Australian War Memorial. OCLC 569568982. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 October 2013.
- Roskill, S.W. (1960). The War at Sea 1939–1945. Volume III The Offensive Part I 1st June 1943–31st May 1944. History of the Secony World War. United Kingdom Military Series. London: HMSO. OCLC 570500225.
- Royal Navy Historical Section (1957). War with Japan Volume IV. The South–East Asian Operations and Central Pacific Advance. London: Royal Navy. OCLC 651943668.
- Weaver, Paul (2000). "Behar massacre — a review of a little-known wartime atrocity" (PDF). Quarterly Newsletter — The Australian Association for Maritime History. Perth: The Australian Association for Maritime History (80). ISSN 1440-5164. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2003-10-23. Diakses tanggal 2017-12-10.