Shirley Shackleton
Shirley Shackleton (26 Desember 1931 – 15 Januari 2023) adalah seorang pembela hak asasi manusia Australia yang tergerak setelah suaminya wartawan Greg Shackleton dan empat wartawan Australia lainnya dibunuh di Balibo pada tahun 1975 oleh pasukan Indonesia. Selama beberapa dasawarsa, Shirley Shackleton berkampanye untuk mengekspos pembunuh suaminya dan membawa mereka ke pengadilan, sesambil juga menjadi advokat untuk kemerdekaan Timor Timur.
Ia menyerukan penyelidikan penuh Australia, menulis kepada mantan menteri luar negeri Gareth Evans dan melobi pemerintah di Canberra. Pada tahun 2010, ia menghadapi pihak berwenang Indonesia lagi ketika dia memberikan bukti di pengadilan Jakarta untuk mencoba membatalkan larangan Indonesia atas film Balibo buatan Australia. Ia juga mengunjungi makam suaminya di Jakarta, tempat sisa-sisa Lima Balibo terletak di satu kuburan di pemakaman setempat.
Ia menulis kepada Perdana Menteri Australia Kevin Rudd, menuntut pemerintah agar jenazahnya digali dan dikembalikan ke Australia. Ia mengklaim jenazah suaminya dan rekan-rekannya telah dipindahkan dari kuburan aslinya di Pemakaman Kebayoran Lama Jakarta pada tahun 1979 dan dimakamkan kembali di pinggir pemakaman di bawah jalur kereta api.
Pada tahun 2019, ia melakukan perjalanan lagi ke Dili untuk menyampaikan petisi 4.000 orang Timor Leste yang menuntut pembebasan pengacara Bernard Collaery dan "Witness K", yang menghadapi dakwaan lama karena menyuarakan keprihatinan atas operasi rahasia Australia pada tahun 2004 memata-matai kabinet Timor Leste. Ia kemudian menyerahkan petisi tersebut kepada menteri luar negeri Marise Payne.[1]