Singa Laoet
Singa Laoet | |
---|---|
Sutradara | Tan Tjoei Hock |
Produser | The Teng Chun |
Skenario | Tan Tjoei Hock |
Pemeran | |
Sinematografer | Tan Tjoei Hock |
Perusahaan produksi | Action Film |
Tanggal rilis |
|
Durasi | 76 menit |
Negara | Hindia Belanda |
Bahasa | Indonesia |
Singa Laoet (EYD: Singa Laut) adalah film Hindia Belanda (sekarang Indonesia) tahun 1941. Film ini disutradarai Tan Tjoei Hock, diproduseri The Teng Chun, dan dibintangi Tan Tjeng Bok, Mohamad Mochtar, dan Hadidjah.
Alur
[sunting | sunting sumber]Robin dikucilkan dari masyarakat setelah dituduh membunuh seorang pria bernama Ibrahim dalam sebuah perkelahian. Dua puluh tahun kemudian, putra Ibrahim, Mahmud, mulai mencari pembunuh ayahnya. Ia pun mencapai pulau Sampojo dan menemukan Robin. Robin saat itu sudah menjadi perompak dan menggunakan nama "Singa Laoet". Setelah salah satu tangan kanan Robin, Hasan, menculik perempuan yang dicintainya, Mahmud melacak si penculik dan menghajarnya sampai mati. Kelak terungkap bahwa Hasan, bukan Robin, adalah pembunuh Ibrahim yang sebenarnya.[1]
Produksi
[sunting | sunting sumber]Singa Laoet disutradarai Tan Tjoei Hock, sutradara Tionghoa Indonesia yang terikat kontrak dengan Java Industrial Film milik The Teng Chun sejak 1940. The memproduseri film ini untuk Action Film, anak perusahaan Java Industrial Film.[1] Tan juga disebutkan di kreditnya sebagai penulis naskah, sinematografer, dan penyunting suara film hitam putih berdurasi 76 menit ini.[2] Sebagian besar proses produksi film ini selesai pada Oktober 1941.[3]
Film ini dibintangi Tan Tjeng Bok, Hadidjah, Bissu, dan Mohamad Mochtar.[1] Tiga aktor di antaranya pernah terlibat lebih jauh di Java Industrial Film: Bissu mengawali karier perfilmannya melalui Oh Iboe (1938),[4] Hadidjah bersama suaminya Mas Sardi ambil bagian di Roesia si Pengkor (1939),[5] dan Mochtar tampil di Alang-Alang pada tahun yang sama setelah keberadaannya ditemukan di sebuah kedai pangkas.[6] Tan Tjeng Bok, mantan aktor panggung Dardanella, adalah rekrutan terbaru dan mengawali karier perfilmannya melalui Srigala Item buatan perusahaan ini tahun 1941.[7]
Rilis dan tanggapan
[sunting | sunting sumber]Singa Laoet was dirilis pada akhir 1941 dan baru ditayangkan di Surabaya bulan November. Di kota ini, film ini dikatakan bisa membuat darah penonton mengalir lebih cepat di dalam pembuluh, sedangkan panorama Hindia Belanda digambarkan indah dan cantik. Film ini dapat ditonton oleh semua usia.[8] Seorang kritikus di Soerabaijasch Handelsblad menulis bahwa film ini lebih populer di kalangan penonton Tionghoa dan pribumi.[9]
Penayangan Singa Laoet terus berlanjut sampai 1945.[10] Menurut Katalog Film Indonesia yang disusun J.B. Kristanto, salinan 35 mm-nya disimpan di Sinematek Indonesia, Jakarta.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d Filmindonesia.or.id, Singa Laoet.
- ^ Filmindonesia.or.id, Kredit Singa Laoet.
- ^ Pertjatoeran Doenia dan Film 1941, Studio Nieuws.
- ^ TIM, Bissu.
- ^ Biran 2009, hlm. 176–77.
- ^ Biran 2009, hlm. 181.
- ^ Biran 2009, hlm. 272.
- ^ Soerabaijasch Handelsblad 1941, (untitled).
- ^ Soerabaijasch Handelsblad 1941, Sampoerna Theater.
- ^ Tjahaja 1945, (untitled).
Sumber
[sunting | sunting sumber]- Biran, Misbach Yusa (2009). Sejarah Film 1900–1950: Bikin Film di Jawa. Jakarta: Komunitas Bamboo bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta. ISBN 978-979-3731-58-2.
- "Bissu". Taman Ismail Marzuki. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-04-28. Diakses tanggal 28 April 2013.
- "Kredit Singa Laoet". filmindonesia.or.id. Jakarta: Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-07. Diakses tanggal 7 Maret 2014.
- "Sampoerna Theater: Singa Laoet". Soerabaijasch Handelsblad (dalam bahasa Belanda). Surabaya. 6 November 1941. hlm. 8.
- "Singa Laoet". filmindonesia.or.id. Jakarta: Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-27. Diakses tanggal 27 Juli 2012.
- "Studio Nieuws". Pertjatoeran Doenia dan Film. Batavia. 1 (5): 28. Oktober 1941.
- "(tanpa judul)". Soerabaijasch Handelsblad (dalam bahasa Belanda). Surabaya. 3 November 1941. hlm. 7.
- "(tanpa judul)". Tjahaja (dalam bahasa Indonesia). Bandung. 10 Mei 1945. hlm. 2.[pranala nonaktif permanen]