Siti Manggopoh
Siti Manggopoh | |
---|---|
Lahir | Manggopoh, Hindia Belanda | 1 Mei 1880
Meninggal | 22 Agustus 1965 Gasan Gadang, Batang Gasan, Padang Pariaman, Sumatera Barat | (umur 85)
Makam | Taman Makam Pahlawan Siti Manggopoh, Lubuk Basung, Agam, Sumatera Barat |
Dikenal atas | Pemimpin Perang Belasting |
Suami/istri | Hasik Bagindo Magek[1][2] |
Orang tua | Sutan Tariak (ayah) Mak Kipap (ibu) |
Siti Manggopoh (lahir di 01 Mei 1880 – 22 Agustus 1965) adalah seorang pejuang perempuan dari Manggopoh, Lubuk Basung, Agam. Ia pernah mengobarkan perlawanan terhadap kolonialis Belanda dalam perang yang dikenal sebagai Perang Belasting.[3][4][5]
Riwayat
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1908, Siti melakukan perlawanan terhadap kebijakan ekonomi Belanda melalui pajak uang (belasting). Peraturan belasting dianggap bertentangan dengan adat Minangkabau, karena tanah adalah kepunyaan komunal atau kaum di Minangkabau. Pada tanggal 16 Juni 1908, Belanda sangat kewalahan menghadapi tokoh perempuan Minangkabau ini, sehingga meminta bantuan kepada tentara Belanda yang berada di luar nagari Manggopoh. Perang ini kemudian dinamai Perang Belasting.
Dengan siasat yang diatur sedemikian rupa oleh Siti, dia dan pasukannya berhasil menewaskan 53 orang serdadu penjaga benteng. Sebagai perempuan, Siti Manggopoh cukup mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Ia memanfaatkan naluri keperempuanannya secara cerdas untuk mencari informasi tentang kekuatan Belanda tanpa hanyut dibuai rayuan mereka.
Ia pernah mengalami konflik batin ketika akan mengadakan penyerbuan ke benteng Belanda. Konflik batin tersebut adalah antara rasa keibuan yang dalam terhadap anaknya yang erat menyusu di satu pihak dan panggilan jiwa untuk melepaskan rakyat dari kezaliman Belanda di pihak lain. Namun ia segera keluar dari sana dengan memenangkan panggilan jiwanya untuk membantu rakyat.
Tanggung jawabnya sebagai ibu dilaksanakan kembali setelah melakukan penyerangan. Bahkan anaknya, Dalima, dia bawa melarikan diri ke hutan selama 17 hari dan selanjutnya dibawa serta ketika ia ditangkap dan dipenjara 14 bulan di Lubuk Basung, Agam, 16 bulan di Pariaman, dan 12 bulan di Padang. Mungkin karena anaknya masih kecil atau karena alasan lainnya, akhirnya Siti Manggopoh dibebaskan. Namun suaminya dibuang ke Manado.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ https://m.liputan6.com/regional/read/4337415/mengunjungi-masjid-siti-manggopoh-saksi-bisu-perang-belasting
- ^ https://jpnn.com/amp/news/siti-manggopoh-kepala-pemberontak-dari-ranah-minang
- ^ "Siti Manggopoh dan Perang Belasting"[pranala nonaktif permanen] Berdikarionline.com, 14 Juli 2010. Diakses 21 Juli 2015.
- ^ "Perempuan Minang Pemberani Itu Bernama Siti Manggopoh" Pribuminews.com, 22 Juni 2015. Diakses 21 Juli 2015.
- ^ "Siti Manggopoh, Diusulkan Menjadi Pahlawan Nasional" Liputan6.com, 17 Juni 2001. Diakses 21 Juli 2015.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) "Siti Manggopoh, Singa Betina dari Sumatera Barat", Sufi Zona
- (Indonesia) "Singa Betina itu Siti Manggopoh", Blog Reviandi