Soebronto Laras
Soebronto Laras (5 Oktober 1943 – 20 September 2023) adalah seorang pembalap sekaligus mekanik. Soebronto Laras sering dikenal sebagai Yonto anak dari R. Moerdono importir mobil Citroen, Tempo, dan Combi sejak 1949. Sejak kecil Yonto telah tertarik dengan kegiatan bengkel, hingga dirinya telah menjabat sebagai Direktur Utama PT. Indohero Steel & Engineering Co., dan PT Indo Mobil Utama sebagai perakit motor dan mobil Suzuki.[1] Dia menjabat sebagai Presiden Komisaris Indomobil Group dan Suzuki Indomobil Motor hingga tutup usia.
Latar Belakang
[sunting | sunting sumber]Soebronto Laras merupakan anak kedua R. Moerdono dari empat bersaudara. Ia dilahirkan pada tanggal 5 Oktober 1943 di Jakarta, dengan status agama Islam. Pada masa remaja Yonto pernah menjadi pembalap motor, bersama dengan Tinton Soeprapto. Latar belakang pendidikan Soebronto Laras yakni Sekolah Dasar Cikini, Jakarta (1958); Sekolah Menengah Pertama Cikini, Jakarta (1961); Sekolah Menengah Atas Harapan Kita, Jakarta (1964); Paisley College, London, Inggris (1965); London College, Inggris (1965).[1]
Karier
[sunting | sunting sumber]Sejak kecil Yonto (panggilan Soebroto) sudah tertarik dengan kegiatan bengkel, hal ini didukung dari latar belakang keluarga yang berkecimpung di dunia otomotif. Setamat SMA, 1964 ia melanjutkan studi rekayasa mesin di Paisley College for Technology, Inggris. Kemudian melanjutkan di Hendon College for Business Management di negeri yang sama. Selama berdomisili di London, Yonto akrab bergaul dengan Roesmin Noerdjadin (Menteri Perhubungan), dan Benny Moerdani (Pangab).[1]
Setelah menyelesaikan studi di London pada 1972, anak kedua dari empat bersaudara ini berkenalan dengan Atang Latief, pemilik Bank Indonesia Raya. Bahkan ia menjadi orang kepercayaan Atang.[1]
Karier pertamanya sebagai Direktur PT. First Chemical Industry, yang bergerak dalam bidang formika, alat-alat plastik, dan perakitan kalkulator. Empat Tahun Kemudian ia menjadi Direktur Utama perusahaan perakitan motor mobil suzuki.[1]
Perusahaan yang diembannya hampir bangkrut, namun dirinya tetap berusaha hingga saat ini perusahaannya bisa berdiri megah dengan omzet pertahun Rp 150 miliyar dan aset Rp 90 miliyar. Sejak 1981 bisnisnya bertambah kuat dengan masuknya grup Liem Sioe Liong. Pada 1984, ia menjadi Direktur Utama (Dirut) PT. National Motors Co. dan PT. Unicor Prima Motor, perakit mobil Mazda, Hino, dan sepeda motor Binter.[1]