Sri Jitendrakara
Sri Jitendra Kara | |||||
---|---|---|---|---|---|
Sri Maharaja Jitendra Kara Paladewa Wuryyawiryya Parakrama Bhakta | |||||
Raja Panjalu | |||||
Berkuasa | 1051 - 1112 | ||||
Pendahulu | Sri Samarawijaya | ||||
Penerus | Sri Bameswara | ||||
Kelahiran | Daha Jawa Timur | ||||
| |||||
Wangsa | Isyana | ||||
Agama | Hindu |
Sri Jitendra Kara atau Sri Jitendra adalah seorang raja dari Kerajaan Panjalu yang namanya terdapat di dalam prasasti Mataji yang ditemukan di Desa Bangle, Lengkong, Nganjuk, Jawa Timur.[1] Prasasti ini berangka tahun 973 Saka atau 1051 M,[1] ditulis menggunakan bahasa dan aksara Jawa Kuno.[2]
Dalam bahasa Sanskerta, Jitendra berasal dari dua kata jeet + indra yang artinya yang mengalahkan Indra. Kata 'Jitendra' mungkin berasal dari 'Jitendriya' yang berarti "orang yang telah menaklukkan indera". Itu juga merupakan salah satu nama Buddha Gautama, dan Hanuman dan Kara yang artinya adalah (Sinar Cahaya), sementara Pala Nama Pala berarti pelindung dari Gopala.
Namanya tercatat di dalam prasasti Mataji yang memberikan informasi tentang nama raja dengan gelar abhisekanya yang digunakan ialah Śrī Mahārājyitêndrakara Pāladewa Wuryyawīryya Parākrama Bhakta yang menjadi raja Panjalu pada sekitar tahun 973 Saka atau 1051 Masehi.
Jarak terbitnya prasasti Mataji yaitu tahun 1051 Masehi dengan penobatan Sri Samarawijaya pada tahun 1042 Masehi hanya berjarak 9 tahun. Waktu yang cukup dekat. Maka patut diduga bahwa Sri Samarawijaya menjadi raja Kerajaan Panjalu paling lama sekitar 9 tahun.
Dalam prasasti Mataji memuat nama raja yang ditulis Sri Maharaja Jitendra Kara Paladewa Wuryyawiryya Parakrama Bhakta dan juga kalimat Hajyan Panjalu.
Pada prasasti Garaman yang dikeluarkan oleh kerajaan Janggala juga menyebutkan Haji Panjalu, yang memiliki arti sama dengan Hajyan Panjalu yaitu raja, yang mulia atau bangsawan. Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Jitendra Kara turun tahta, berdasarkan prasasti Karanggayam (1112 M), raja Kerajaan Panjalu selanjutnya adalah Sri Bameswara.
Kepustakaan
[sunting | sunting sumber]- Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
- Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
Didahului oleh: Sri Samarawijaya |
Raja Kadiri 1051—1112 |
Diteruskan oleh: Sri Bameswara |