Stasiun Palbapang
Stasiun Palbapang
| ||
---|---|---|
Lokasi |
| |
Koordinat | 7°54′18.6844″S 110°19′10.5989″E / 7.905190111°S 110.319610806°E | |
Operator | ||
Letak | km 14+599 lintas Yogyakarta-Palbapang-Sewugalur[1]
| |
Layanan | - | |
Konstruksi | ||
Jenis struktur | Atas tanah | |
Informasi lain | ||
Kode stasiun |
| |
Sejarah | ||
Dibuka | 21 Mei 1895 | |
Ditutup | 1973 (layanan umum) Pertengahan dekade 1980-an (layanan tetes tebu) | |
Lokasi pada peta | ||
Stasiun Palbapang (PLP) adalah stasiun kereta api nonaktif yang terletak di Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul. Stasiun ini secara de facto termasuk Wilayah Penjagaan Aset VI Yogyakarta, tetapi tanah tempat stasiun ini berada kini menjadi milik Pemerintah Kabupaten Bantul. Stasiun ini merupakan stasiun yang lokasinya paling selatan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Stasiun ini dibangun sebagai bagian dari jalur kereta api lintas Yogyakarta–Srandakan–Sewugalur.[3] Stasiun ini dibuka pada tanggal 21 Mei 1895 bersamaan dengan pembukaan segmen Yogyakarta–Srandakan.[4]
Stasiun ini sempat diganti arsitekturnya menjadi bergaya 1950-an. Stasiun ini dulu ditutup sejak tahun 1973 untuk layanan PJKA karena jalan raya diperlebar dan mobil makin banyak, kemudian diubah menjadi stasiun untuk angkutan tetes tebu Pabrik Gula Madukismo hingga pertengahan dekade 1980-an.
Stasiun ini dahulu mempunyai kelanjutan menuju Sewugalur yang juga dibuka pada tahun 1895, sedangkan jalur menuju Sewugalur sendiri dibuka pada tahun 1916.[4] Jalur ini unik karena jalur ini merupakan salah satu dari beberapa jalur KA di Indonesia yang dahulu memakai sepur 1.435 mm.[5] Sayangnya kelanjutan jalur ini dibongkar oleh pekerja romusa Jepang pada tahun 1943 karena digunakan untuk membangun jalur kereta api baru di Saketi, Bayah, dan ada yang dibawa ke Burma untuk dibangunkan jalur kereta api di sana. Jalur ini diubah juga menjadi 1.067 mm.[6]
Pada tanggal 20 Juli 1990, Pemerintah Bantul memugar stasiun ini bersamaan dengan peresmian terminal bus Palbapang. Namun bangunan stasiun ini masih ada dan asli. Kondisi stasiun saat ini sangat terawat dan bersih, tidak ada corat-coret di dinding bangunan stasiun. Tidak ada lagi bekas tiang sinyal ataupun tiang telegraf (komunikasi) di sekitar kawasan ini. Semua potongan rel kereta api sudah tidak ada, sedangkan potongan sambungan rel, roda, dan besi tua berbentuk pipa dijadikan monumen kecil di taman pada bagian tengah terminal Palbapang.[7]
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Bekas emplasemen sekarang menjadi jalur bus
-
Prasasti peresmian Terminal Palbapang.
-
Stasiun Palbapang pada tahun 1896 (Kredit: Kassian Cephas)
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
- ^ Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020.
- ^ "BPCB Yogyakarta, Kemendikbud: Sejarah Jalur Trem Yogyakarta-Brosot". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-14. Diakses tanggal 2014-12-14.
- ^ a b Archiv Für Eisenbahnwesen. 58. 1935.
- ^ Reitsma, S.A. (1920). Indische Spoorweg-Politiek. Landsdrukkerij.
- ^ Nusantara., Tim Telaga Bakti; Indonesia., Asosiasi Perkeretaapian (1997). Sejarah perkeretaapian Indonesia (edisi ke-Cet. 1). Bandung: Angkasa. ISBN 9796651688. OCLC 38139980.
- ^ "Bekas Stasiun Palbapang | TeamTouring". www.teamtouring.net (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-08. Diakses tanggal 2018-10-21.
Stasiun sebelumnya | Lintas Kereta Api Indonesia | Stasiun berikutnya | ||
---|---|---|---|---|
Bantul menuju Yogyakarta
|
Yogyakarta–Palbapang | Bajang menuju Sewugalur
|