Lompat ke isi

Suku Piliang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Piliang adalah salah satu pasukuan (klan) dalam etnis Minangkabau. Suku (klan) ini merupakan salah satu dari empat klan induk etnis Minangkabau yang di antaranya yaitu (Bodi, Chaniago, Koto dan Piliang. Suku (klan) Piliang berkerabat dengan suku Koto yang menerapkan Adat Katumangguangan yang juga terkenal dengan Lareh Koto Piliang,[1][2][3][4] dimana Lareh Koto Piliang bersifat aristokrat yang dalam istilah adatnya disebut dengan titiak dari ateh (titik dari atas) yang maksudnya adalah segala sesuatu yang akan dijalankan oleh pendukung adat tersebut datang dari pimpinan (penghulu pucuk).[5]

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Menurut Budayawan AA Navis, kata 'Piliang' terbentuk dari dua kata yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu 'Pele' artinya 'banyak' dan 'Hyang' artinya 'Dewa atau Tuhan'. jadi Pele + hyang artinya adalah banyak dewa (para dewa). Sementara pendapat lain mengatakan kata "phili" berarti "dipilih" dan "hyang" berarti "Dewa atau Tuhan", jadi Piliang memiliki arti "pilihan Tuhan".

Ada juga versi yang mengatakan bahwa suku Piliang yang merupakan saudara dari suku Koto, yang cenderung disebut dengan Koto Piliang berasal dari kata "kato pilihan". Koto berasal dari kato (ucapan) dan Piliang berasal dari pilihan (unggulan). Jadi Koto Piliang adalah berasal dari "kato pilihan", karena notabene dalam Tambo Minangkabau menyebutkan bahwa Koto Piliang adalah pemegang tampuk kekuasaan (pemerintahan) karena Datuak Katumangguangan berdarah bangsawan (rajo). Jadi dirunut dari situ adakalanya "kato pilihan" asal kata Koto Piliang ada benarnya, karena kata raja (penguasa) adalah kata-kata pilihan yang akan keluar dari mulutnya.[butuh rujukan]

Selain itu ada juga yang menyebutkan bahwa Koto Piliang berasal dari kata "iko ko pilihan ang". Walaupun ini sedikit berbeda, namun maknanya tetap sama bahwa ini mengacu pada gambaran tentang pilihan kepada suatu hal, sehingga muncullah nama Koto Piliang yang dikenal sebagai salah satu lareh dalam adat Minangkabau, dan kemudian dari lareh ini muncullah 2 suku (klan) yaitu Koto dan Piliang.

Persebaran

[sunting | sunting sumber]

Suku ini banyak menyebar ke berbagai wilayah Minangkabau yaitu Tanah Datar, Agam, Lima Puluh Kota, Solok, Padang, Kampar, Kuantan Singingi dan beberapa daerah lainnya. Dari beberapa sumber, diketahui tidak terdapat suku ini di Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok Selatan, dan Kota Padang Panjang; dan mengenai keberadaan suku Piliang di Kota Padang Panjang, mereka hanyalah pendatang dan tidak mengukuhkan datuak baru di sana karena masih terikat dengan kampung asalnya.

Wilayah rantau dari suku ini telah mencapai hampir seluruh wilayah yang ada di Indonesia, yang mencakup wilayah Sumatra. Wilayah barat Riau, wilayah selatan Sumatera Utara, wilayah tenggara, selatan dan barat Aceh, wilayah utara Bengkulu, dan wilayah selatan Jambi.

Di bawah payung Lareh Koto Piliang, terdapat banyak suku lain yang bernaung, di antaranya adalah :

  1. Tanjuang.
  2. Kampai.
  3. Guci.
  4. Dalimo.
  5. Sikumbang.
  6. Sipisang.
  7. Malayu.
  8. Panai.
  9. Bendang.

Pangulu / Datuak

[sunting | sunting sumber]

Suku Piliang berdatuk kepada Datuak Katumangguangan pada zaman Pariangan. Gelar-gelar kebesaran adat dalam pasukuan Piliang antara lain :

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]


Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Tambo Minangkabau
  2. ^ Cholik, Abdul (2008). "Pandangan Kaum Kuno terhadap Kaum Muda dalam Harian Oetoesan Melajoe (1915-1921)". Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
  3. ^ Rahmat, Wahyudi dan Maryelliwati (2018). Minangkabau (Adat, Bahasa, Sastra dan Bentuk Penerapan). Padang Panjang: ISI Padangpanjang.
  4. ^ OPD Pemprov Kepri (8 Oktober 2023). "Gubernur Ansar Kukuhkan Keluarga Suku Piliang Minangkabau Provinsi Kepri". Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. Diakses pada 18 November 2024.
  5. ^ Siat, Hasni dkk. (1998/1999). Ukiran Tradisional Minangkabau. Padang: Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Sumatera Barat.
  6. ^ Yuskar, Yuskar (2015). Taratak Tuo “Galundi nan Baselo”. Padang: Universitas Andalas.
  7. ^ Alda, Oviola Putri (2020). "Nama-nama Gala Datuak di Nagari Tigo Jangko Kecamatan Lintau Buo Kabupaten Tanah Datar: Tinjauan Antropolinguistik". Diploma Thesis. Padang: Universitas Andalas.
  8. ^ Humas Tanah Datar (15 Mei 2016). "Kaum Piliang Sani Nagari Tanjuang Bonai Tanah Datar Miliki Rumah Gadang Megah". GoSumbar.com. Diakses pada tanggal 11 Agustus 2024.
  9. ^ Yuskar, Yuskar (2015). Taratak Tuo “Galundi nan Baselo”. Padang: Universitas Andalas.
  10. ^ Yuskar, Yuskar (2015). Taratak Tuo “Galundi nan Baselo”. Padang: Universitas Andalas.
  11. ^ Yuskar, Yuskar (2015). Taratak Tuo “Galundi nan Baselo”. Padang: Universitas Andalas.
  12. ^ Yuskar, Yuskar (2015). Taratak Tuo “Galundi nan Baselo”. Padang: Universitas Andalas.
  13. ^ Yuskar, Yuskar (2015). Taratak Tuo “Galundi nan Baselo”. Padang: Universitas Andalas.
  14. ^ Yuskar, Yuskar (2015). Taratak Tuo “Galundi nan Baselo”. Padang: Universitas Andalas.
  15. ^ Yuskar, Yuskar (2015). Taratak Tuo “Galundi nan Baselo”. Padang: Universitas Andalas.
  16. ^ Yuskar, Yuskar (2015). Taratak Tuo “Galundi nan Baselo”. Padang: Universitas Andalas.
  17. ^ Yuskar, Yuskar (2015). Taratak Tuo “Galundi nan Baselo”. Padang: Universitas Andalas.
  18. ^ Yuskar, Yuskar (2015). Taratak Tuo “Galundi nan Baselo”. Padang: Universitas Andalas.