Suku Pontianak
![]() | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
---|---|
![]() | ±350.000 |
Bahasa | |
Bahasa Melayu Pontianak Bahasa Indonesia | |
Agama | |
Islam | |
Kelompok etnik terkait | |
Suku Sambas Dayak Iban Suku Kedayan |
Suku Melayu Pontianak adalah bagian dari pada sub-etnis Melayu mereka merupakan penduduk asli atau Pribumi yang berasal dari kota Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia.[1]
Pada tahun 2020 suku Melayu Pontianak berjumlah lebih dari 350.000 Jiwa dan sekitar 177.894 jiwa terkonsentrasi di Kota Pontianak. Suku Melayu Pontianak juga dapat ditemukan dibeberapa kawasan terdekat Kota Pontianak seperti di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Mempawah
Kesultanan Kadriyah Pontianak didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, keturunan Rasulullah dari Imam Ali ar-Ridha di daerah muara Sungai Kapuas yang termasuk kawasan yang diserahkan Sultan Banten kepada VOC Belanda, dan penduduk asli yang memeluk agama Islam dan mendiami Wilayah Kesultanan Kadriah Pontianak itu lah yang di sebut sebagai Melayu Pontianak.
Suku Melayu di Kalimantan Barat memiliki hubungan kekeluargaan yang sangat erat dengan suku Melayu di Malaysia Serawak dan Brunei Darussalam. Tidak mengherankan jika pada musim hari Raya Idul Fitri banyak warga Malaysia dan Brunei Darussalam yang berkunjung ke Kalimantan Barat. Tujuan utama mereka adalah untuk mempererat hubungan silaturahmi dan mengunjungi makam nenek atau datok mereka.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]![](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b0/Rumah_Melayu_Kalimantan_Barat.jpg/300px-Rumah_Melayu_Kalimantan_Barat.jpg)
Asal usul orang Melayu Pontianak, yang mendiami kota Pontianak di Kalimantan Barat, terkait erat dengan sejarah pendirian kota tersebut dan perkembangan wilayah sekitarnya. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai asal usul mereka.
Pendirian Kota Pontianak
[sunting | sunting sumber]![](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/bb/Keraton_Kadariah_01.jpg/300px-Keraton_Kadariah_01.jpg)
Kota Pontianak di dirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Rajab 1185 H) yang dimulai dengan membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal. Pada 1778 (1192 H), Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Masjid Jami' (kini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariah yang sekarang terletak di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur.
Sebagian Besar Keturunan Melayu
[sunting | sunting sumber]Sebelum kesultanan Pontianak berdiri diperkirakan Penduduk wilayah kota Pontianak adalah orang keturunan Melayu. Mereka merupakan keturunan dari berbagai kelompok etnis Melayu yang telah lama mendiami wilayah pesisir Kalimantan Barat. Etnis Melayu ini memiliki hubungan erat dengan orang Melayu di Semenanjung Malaya, Sumatera, dan daerah lainnya di Nusantara.
Pengaruh Migrasi dan Perdagangan
[sunting | sunting sumber]Pontianak sebagai kota pelabuhan penting pada masa lalu telah menjadi tempat bertemunya berbagai bangsa dan etnis melalui jalur perdagangan. Pengaruh ini membawa masuknya berbagai kelompok etnis, termasuk Bugis, Jawa, Tionghoa, dan Arab, yang kemudian berbaur dengan penduduk lokal Melayu.
Budaya
[sunting | sunting sumber]![](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/20/Baju_Adat_Melayu_Pontianak.jpg/300px-Baju_Adat_Melayu_Pontianak.jpg)
Dalam hal budaya seperti pakaian, Baju kurung merupakan salah satu pakaian tradisional yang populer di kalangan masyarakat Melayu, termasuk di wilayah Pontianak, Kalimantan Barat. Keberadaan baju kurung di Pontianak memiliki sejarah panjang yang tidak bisa dipisahkan dari perkembangan Kesultanan Pontianak pada abad ke-18. Baju kurung menjadi pakaian penting dalam kehidupan masyarakat Melayu Pontianak, melambangkan identitas, adat, dan kesopanan yang dijunjung tinggi oleh komunitas Melayu di daerah tersebut.
Baju kurung Pontianak memiliki kemiripan dengan baju kurung di Semenanjung Malaya, namun juga memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu perbedaannya terletak pada penggunaan bahan dan corak kain. Baju kurung Pontianak sering menggunakan kain songket atau tenun khas Kalimantan yang memiliki motif yang rumit dan kaya akan warna, mencerminkan keindahan budaya lokal. Songket Pontianak dikenal dengan benang emas atau perak yang menambah kesan mewah dan elegan, menjadikannya pakaian istimewa untuk acara-acara penting.
Baju kurung di Pontianak tidak hanya menjadi pakaian tradisional, tetapi juga lambang kebanggaan akan identitas Melayu di wilayah tersebut. Banyak desainer lokal yang mulai mengembangkan variasi baju kurung dengan sentuhan modern, tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisional yang melekat. Hal ini menunjukkan bahwa baju kurung tetap relevan dan dihargai oleh masyarakat Pontianak dari generasi ke generasi.
Bahasa
[sunting | sunting sumber]Orang Melayu Pontianak menggunakan bahasa Melayu dengan dialek yang khas. Bahasa Melayu Pontianak merupakan salah satu dialek dari bahasa Melayu yang dipengaruhi oleh bahasa-bahasa dari kelompok etnis lain yang ada di Pontianak, bahasa Melayu Pontianak umum nya berdiaek “E” mirip bahasa Melayu di Semanjung Melaysia.
Adat dan Tradisi
[sunting | sunting sumber]![](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7a/About_indonesian_culture.jpg/300px-About_indonesian_culture.jpg)
Orang Melayu Pontianak memegang teguh adat dan tradisi Melayu, termasuk dalam upacara adat, pakaian, dan makanan. Islam juga memegang peran penting dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Secara keseluruhan, orang Melayu Pontianak merupakan hasil dari perpaduan sejarah, migrasi, dan interaksi budaya yang kompleks, mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah Kota Pontianak itu sendiri.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ [[M. Junus Melalatoa|Melalatoa, M. Junus]] (1 Januari 1995). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z. Indonesia: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 685. Periksa nilai
|author-link1=
(bantuan)