Surabaya (novel)
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Desember 2022. |
Pengarang | Idrus |
---|---|
Negara | Indonesia |
Bahasa | Indonesian |
Penerbit | Merdeka Press |
Tanggal terbit | 1946 atau 1947 |
Halaman | 64 |
OCLC | 64030690 |
"Soerabaja" (EYD "Surabaya", atau "Surabaja") adalah salah satu novel yang ditulis oleh Idrus dan dipublikasikan tahun 1946 atau 1947.
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]"Surabaya" ditulis oleh Idrus (1921-1979), seorang penulis Minangkabau dari Padang, Sumatera Barat, Hindia Belanda. Idrus memulai kariernya dalam sastra sebagai editor di Balai Pustaka, penerbit resmi pemerintah kolonial Belanda, pada tahun 1943.[1] Dalam periode ini ia mulai menulis cerita pendek.[2]
Cerita pendek pertama Idrus adalah "Ave Maria", menunjukkan petunjuk dari romantisisme, pada saat menulis "Surabaya", bagaimanapun, dia telah menjadi letih dengan realitas kehidupan.[3] Dia telah menjadi saksi untuk beberapa peristiwa yang kemudian menjadi bagian dari karyanya.[4]
Plot
[sunting | sunting sumber]"Surabaya" kata yang dalam fragmen, dengan tidak ada karakter utama tunggal.[5] Cerita dimulai dengan sekelompok Orang Indo mengibarkan bendera Belanda diatas hotel Yamato kota Surabaya setelah Jepang yang menginvasi pada tahun 1945 menyerah. Bendera diturunkan oleh orang pribumi pro-nasionalis dan diganti dengan bendera negara (bendera Indonesia) yang baru diproklamasikan. Kemudian, pasukan Sekutu mendarat di kota. Setelah pasukan pribumi mengabaikan ultimatum untuk menyerahkan senjata mereka, pertempuran pecah, yang berpuncak dengan pengeboman Surabaya pada 10 November 1945.
Penduduk sipil Indonesia meninggalkan kota, menuju Krian dan Sidoarjo. Mereka sangat mencurigai dan membunuh siapapun yang dituduh mata-mata. Dalam kelompok besar pengungsi, laki-laki dan perempuan menjadi rentan terhadap perselingkuhan. Sementara itu, tentara muda di Surabaya berjuang untuk mempertahankan kota tapi dengan cepat menjadi tertekan karena kurangnya senjata dan perlengkapan. Cerita berakhir pada bulan Mei 1946.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Jakarta City Government, Idrus.
- ^ Balfas 1976, hlm. 88.
- ^ Jassin 1985, hlm. 50.
- ^ Balfas 1976, hlm. 89.
- ^ Jassin 1985, hlm. 55–56.