Syekh Jumadil Qubro
As-Syekh Sayyid Jamaluddin Akbar | |
---|---|
Gelar | Syekh Jumadil Qubro |
Nasab | bin Zainal Husain |
Nisbah | Al Husaini |
Lahir | Jamaluddin Akbar |
Dimakamkan di | Sentonorejo, Trowulan, Mojokerto |
Firkah | Sunni |
Murid dari | Zainal Husain, Dan Guru-guru lainnya |
Mempengaruhi | |
Istri | |
Keturunan |
|
Orang tua | Zainal Husain (ayah) |
Syekh Jumadil Qubro atau Jamaluddin Akbar al-Husaini atau Maulana Husain Jumadil Kubro berasal dari Samarkand, Uzbekistan, Asia Tengah. Ia diyakini sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.
Menurut peneliti belanda martin bruinessen bahwa Jumadil kubra ada hubungannya dengan terakat sufi kubrawi, bahwa kubra dikaitkan dengan namanya.[1] syeikh jamidul kubra murid sayid Ali Hamadani shafi kubrawi.
Menurut wain bahwa kubrawi-hamadani adalah pendiri islam di java, Semua walisongo berdakwah di bawah bimbingan Mir Sayyid Ali Hamadani kubrawi dari asia tengah ke indonesia dalam waktu yang berbeda, berbeda garis dan tahapan yang berjenar.[2][3]
Keluarga
[sunting | sunting sumber]PUTRA-PUTRI SYEKH JUMADIL KUBRO
========
[sunting | sunting sumber]Dari Istri Fathimah binti Abdul Hamid keturunan Rasulullah Saw dari Sayyidah Ruqoiyah berputra :
- Maulana Tajuddin Ahmad Al Kubro
- Maulana Muhyiddin Muhammad Al Kubro
- Siti Rakimah
- Syekh Abu Ahmad Ishaq Imamul Pasai
- Syekh Abu Ali Ibrahim Asmoro (Ayah Sunan Ampel)
Dari Istri Fathimah Kawi binti Syekh Jakfar Siddiq Mekkah berputra :
- Syekh Syamsuddin
- Syekh Syamsu Taberis Pangeran Muhammad Kebungsuan
- Syekh Arif
- Syekh Rosyid
- Syekh Hasan Ali (Nurul Alam), Kakek Sunan Gunung Jati 2
- Syekh Hasan Besari
- Syekh Ibrahim As'ari
- Syekh Abdullah Anshori
- Siti Zainab, menikah dengan Maulana Ishaq bin Junaid Al Hasani
- Syekh Abdullah Asy'ari Sunan Bejagung
- Syekh Mustahal
- Syekh Kalkum
- Syekh Subli
- Syekh Alwi
- Syekh Hatim
- Siti Khatimah
Wafat
[sunting | sunting sumber]Menurut cerita, petilasan makamnya ada di beberapa tempat. Yaitu di Semarang,Kecamatan Turi, Yogyakarta. Namun makam sebenarnya Syekh Jumadil Kubro dimakamkan di Desa Sentonorejo,Trowulan ,Kabupaten Mojokerto[4]
Salah satu (untuk tak mengatakan satu-satunya) bukti ilmiah keberadaan Syekh Jumadil Qubro berada di Trowulan ,Kabupaten Mojokerto Tepatnya di Desa Sentonorejo ,kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto ,Jawa Timur. Ini sesuai catatan ilmiah KH Abdurrohman Wahid dalam buku The Passing Over (1998), analisis ilmiah KH Agus Sunyoto dalam buku Atlas Wali Songo (2012), dan catatan ilmiah Thomas Raffles dalam magnum opusnya, History of Java (1817) yang secara empiris menyebut Syekh Jumadil Qubro menetap di Trowulan ,Mojokerto, [5]beserta jejak dakwahnya.
Namun, Syekh Jumadil Qubro yang ditulis The Passing Over (1998), Atlas Wali Songo (2012), dan History of Java (1817) adalah ayah dari Maulana Ibrohim Asmoroqondi. Maulana Ibrohim Asmoroqondi dimakamkan di Tuban. Nama Asmoroqondi diyakini berasal dari kata Samarkand.
Kutipan
[sunting | sunting sumber]- ^ Bruinessen, Martin (1994). "Najmuddin al-Kubra, Jumadil Kubra and Jamaluddin al-Akbar; Traces of Kubrawiyya influence in early Indonesian islam". Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia. 150 (2): 305–329. doi:10.1163/22134379-90003084. ISSN 0006-2294.
- ^ Wain, Alexander (2017-04-01). China and the Rise of Islam on Java. Edinburgh University Press. hlm. 419–443. ISBN 978-1-4744-1712-9.
- ^ Wain, Alexander (2021-01-02). "The Kubrawī and early Javanese Islam". Indonesia and the Malay World. 49 (143): 42–62. doi:10.1080/13639811.2021.1875658. ISSN 1363-9811.
- ^ "Mengenal Syekh Jumadil Kubro beserta Kisah Perjalananya Menyebarkan Ajaran Islam". kumparan. Diakses tanggal 2024-09-08.
- ^ "Pengajian Haul Syekh Jumadil Kubro ke-644 Tahun 2019 Ngaji Sejarah Punjer Wali Songo". mojokertokab.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-09-08.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Sajarah Dalem Pangiwa lan Panengen, Karya Ki Padmasusastra. Penerbit : Yayasan Sastra Lestari. Semarang-Surabaya: G.C.T van Dorep & Co 1902.