Tanjung, Lombok Utara
Tanjung | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Nusa Tenggara Barat | ||||
Kabupaten | Lombok Utara | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Masjudin Ashari, S.E., M.E. | ||||
Populasi | |||||
• Total | 55.461 jiwa | ||||
• Kepadatan | 403/km2 (1,040/sq mi) | ||||
Kode Kemendagri | 52.08.01 | ||||
Kode BPS | 5208020 | ||||
Desa/kelurahan | 8 desa | ||||
|
Tanjung merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi hebat dan merupakan ibu kota dari Kabupaten Lombok Utara (KLU), provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Pusat perdagangan dan pemerintahan kabupaten sebagian besar terfokus di kecamatan ini.
Kecamatan Tanjung berjarak sekitar 33 km ke arah utara dari Kota Mataram, Ibu kota KLU ini juga terkenal dengan keindahan panorama pantai sepanjang 7 km ke arah timur.
Geografi
[sunting | sunting sumber]Batas Wilayah
[sunting | sunting sumber]Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Utara | Laut Bali |
Timur | Kecamatan Gangga |
Selatan | Kabupaten Lombok Barat |
Barat | Kecamatan Pemenang |
Desa/Kelurahan
[sunting | sunting sumber]- Jenggala
- Medana
- Sigar Penjalin
- Sokong
- Tanjung
- Tegal Maja
- Teniga
- Sama Guna
Demografi
[sunting | sunting sumber]Penduduk
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 2021, jumlah penduduk kecamatan ini sebanyak 55.461 jiwa, dengan kepadatan penduduk 403 jiwa/km²[1]. Penduduk kecamatan Tanjung sangat heterogen, terdiri dari Suku Sasak,Bali, Jawa, Bima, Sumbawa, Bugis, dan suku-suku lainnya. Kecamatan Tanjung menyimpan potensi untuk menjadi sentra perdagangan yang bisa disejajarkan dengan kota-kota lain di Nusa Tenggara Barat.
Masyarakat Tanjung terkenal dengan keramahan dan gotong royong. Ini tercermin dengan semangat dan slogan Tanjung yang dicanangkan sejak era 90-an, yakni "Tanjung-ku Tanjung-mu Tanjung-kita Jumpa Berlian". Akronim Jumpa Berlian bermakna Jumat Pagi Bersihkan Lingkungan Anda. Kebiasaan gotong royong masyarakat ini masih dilaksanakan sampai saat ini.
Agama
[sunting | sunting sumber]Masyarakat Tanjung hidup rukun dan penuh dengan kebersamaan dan toleransi. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, mayoritas penduduk kecamatan Tanjung memeluk agama Islam, yakni 83,02%.[1] Kebanyakan pemeluknya adalah Sasak, Jawa, Bima dan Sumbawa. Agama lain yang dianut di kota ini adalah Buddha yakni 9,43%, kemudian Hindu 7,52% yang kebanyakan dianut oleh penduduk dari suku Bali, dan Kristen 0,04%. Beragam tempat peribadatan juga dijumpai di kota ini. Selain didominasi oleh Masjid, Pura dan Vihara juga terdapat di kota Tanjung. Berdasarkan data Kantor Camat Tanjung tahun 2022, terdapat 72 Masjid, 17 Vihara, dan 9 Pura yang tersebar di wilayah kecamatan.
Pariwisata
[sunting | sunting sumber]Wisata alam
[sunting | sunting sumber]Kecamatan Tanjung memiliki sejumlah tempat wisata yang sangat indah, dimulai dari fenomena dasar laut di sebelah utara hingga perbukitan dan pegunungan di bagian selatan. Pelbagai obyek wisata ini sangat diminati oleh wisatawan nasional dan internasional. Hamparan keindahan ciptaan Tuhan ini berpadu dengan keragaman budaya yang menjadi daya tarik pariwisata di Kecamatan Tanjung.
Berikut beberapa tempat wisata alam yang dapat dikunjungi:
- Pantai Sire
- Pantai Tembobor
- Pantai Impos
- Pantai Bintang
- Pantai Sejuk
- Pantai Sorong Jukung
- Air Terjun Lokoq Sekeoh
Wisata budaya juga pemikat bagi para turis lokal dan global yang berkunjung ke wilayah ini. Hal ini bisa terlihat dengan ramainya penonton saat diadakannya Pawai Budaya Tioq Tata Tunaq di Lapangan Umum Supersemar Tanjung.
Wisata kuliner
[sunting | sunting sumber]Tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya, Tanjung juga mempunyai beberapa kuliner khas yang tidak akan bisa ditemui di tempat lain. Salah satu kuliner khas tersebut adalah Sate Ikan Tanjung. Sate yang hanya ditemui di sekitar daerah Tanjung. Tidak seperti sate ikan di daerah lain, keunikan aroma dan rasa dari sate ini membuat setiap orang akan langsung bisa membedakannya dengan sate-sate ikan di daerah lain .
Pada mulanya, pedagang sate Ikan Tanjung hanya bisa kita jumpai di waktu tertentu yaitu mulai dari pukul empat sampai dengan enam sore hari. Lewat dari waktu tersebut kita tidak akan menemukannya karena harganya yang cukup terjangkau membuat sate ini sangat cepat terjual. Seiring dengan pesatnya perkembangan Kota Tanjung, para penikmat sate ikan dapat membeli sejak pukul 11 siang sampai malam hari. Selain itu keberadaan pedagangnya yang berjajar di sepanjang jalan menuju daerah Tanjung juga membuat setiap pengunjung yang kebetulan lewat bisa langsung menikmatinya atau membawanya pulang sebagai oleh-oleh (buah tangan) untuk keluarga tercinta.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 12 Oktober 2021.