Tanjung Malim
Tanjong Malim | |
---|---|
Kota | |
Transkripsi Lainnya | |
• Jawi | تنجوڠ ماليم |
• Mandarin | 丹绒马林 (Sederhana) 丹絨馬林 (Tradisional) Dānróng Mǎlín (Hanyu Pinyin) |
• Tamil | தஞ்சோங் மாலிம் Tañcōṅ mālim (Transliterasi) |
Julukan: Kota Pendidikan | |
Koordinat: 3°40′46.2″N 101°31′13.08″E / 3.679500°N 101.5203000°E | |
Negara | Malaysia |
Negara bagian | Perak |
Distrik | Distrik Muallim |
Pendirian | Sekitar 1900 |
Pemerintahan | |
• Jenis | Dewan Daerah |
• Badan | Dewan Daerah Tanjung Malim |
• Presiden | Mohd Ikram Ahmad |
Luas | |
• Total | 949,86 km2 (366,75 sq mi) |
Ketinggian | 21,95 m (72 ft) |
Populasi (2020) | |
• Total | 66,103 |
• Kepadatan | 70/km2 (180/sq mi) |
Zona waktu | UTC+8 (MST) |
Kode pos | 35xxx |
Kode wilayah | 05-4xxxxxxx |
Plat nomor | A |
Tanjung Malim atau juga dieja sebagai Tanjong Malim adalah sebuah kota yang terletak di bagian selatan Perak, Malaysia. Kota ini berbatasan dengan Selangor, dengan perbatasan alami berupa sungai Bernam. Berlokasi 84 kilometer arah utara dari Kuala Lumpur dan 145 kilometer arah selatan dari Ipoh,[1] kota ini memiliki kemudahan akses terhadap Jalan tol Utara-Selatan.
Kota ini secara umum merujuk pada daerah administrasi Dewan Daerah Tanjung Malim (bahasa Melayu: Majlis Daerah Tanjong Malim) atau MDTM serta berada di bawah administrasi Distrik Muallim.
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Tanjung Malim berawal dari sebuah tanjung sungai yang sangat luas. Kawasan ini ditemukan oleh seorang ulama bernama Haji Mustafa bin Raja Kemala. Dengan posisi tanjung tersebut, seorang pejabat pemerintahan kolonial Inggris di Negeri-Negeri Selat beserta pembesar setempat telah menamakan wilayah tersebut dengan nama Tanjong. Adapun kata Malim berasal dari istilah mu'alim yang berkaitan dengan kecenderungan masyarakat kawasan tersebut yang sangat rajin beribadah mengikut agama Islam pada masa ditemukannya.[2]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pada awal 1700-an, sebuah permukiman suku Bugis didirikan di tepiang sungai Bernam sebagai perwujudan rencana Abdul Jalil Syah (dikenal dengan Raja Kecil) untuk mendirikan benteng pertahanan demi menghadapi ancaman Kesultanan Perak yang ada di utara. Namun, rencana tersebut gagal seiring kemunduran Raja Kecil dalam percaturan politik Kesultanan Johor. Selama satu abad, desa kecil yang bernama Kampung Kubu atau Kampung Bugis tersebut menjadi terisolir.
Sekitar tahun 1766, Sultan Mahmud Syah dari Perak menobatkan Pangeran Lumu dari Bugis sebagai Sultan Salahuddin Syah untuk mendirikan Kesultanan Selangor. Sungai Bernam disepakati sebagai batas alami dan Kampung Kubu terbagi dua oleh sungai tersebut. Saat ini, kampung di sisi Selangor telah menjadi Ulu Bernam, sedangkan kampung di sisi Perak menjadi Tanjung Malim.
Pada 1875, sebagai akibat Perang Klang yang pecah di Selangor, masyarakat Melayu makin banyak berpindah ke Kampung Kubu yang relatif damai. Konflik internal masyarakat Tionghoa di Ipoh kemudian juga mendorong perpindahan orang Tionghoa ke desa ini. Pada awal 1900-an, masyarakat Hokkien Tanjung Malim mendirikan dua blok rumah toko di Jalan Besar, yang masih eksis hingga saat ini dan menjadi pilar perdagangan Tanjung Malim. Otoritas kolonial Inggris juga membawa masuk orang-orang India untuk bekerja di perkebunan karet yang menopang sektor agrikultur terpenting di Tanjung Malim pada masa penjajahan.
Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Tanjung Malim dikenal sebagai salah satu kota pendidikan. Hal tersebut terutama didukung oleh eksistensi institusi pendidikan tinggi, yaitu Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) yang awalnya didirikan sebagai Sultan Idris Training College (SITC) pada tahun 1922. Berdirinya UPSI menandai babak baru bagi pembangunan Tanjung Malim.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Sejarah Dan Asal Usul Tanjung Malim". Orang Perak (dalam bahasa Melayu). 2019-01-20. Diakses tanggal 2024-12-05.
- ^ "MAJLIS DAERAH TANJONG MALIM - Info Tanjong Malim". www.mdtm.gov.my (dalam bahasa Melayu). Diakses tanggal 2024-12-05.
- ^ Saleh, Rostam, dan Hussain 2012, hlm. 13.
Kepustakaan
[sunting | sunting sumber]- Saleh, Yazid, Katiman Rostam, dan Mohd Yusof Hussain (2012). Perubahan Fungsi Bandar Kecil: Pengalaman Tanjong Malim, Perak. Akademika 82 (3): 11–22.