Tari Bedayou Tulang Bawang
Tari Bedayou Tulang Bawang merupakan salah satu tarian tradisional yang sudah sangat tua di Kampung Bujung Menggala Lampung.[1] Menurut legenda orang menggala, tari bedayou tulang bawang ini diperkirakan sudah ada pada abad ke-14 pada masa Kerajaan Tulang Bawang yang mendapat pengaruh Hindu-Budha.
Tari Bedayo Tulang Bawang ini muncul karena adanya wabah penyakit cacar yang melanda Kampung Bujung Menggala sehingga menimbulkan banyak korban.[2]Ada banyak cara dilakukan agar penyakit tersebut bisa disembuhkan. Akan tetapi, semua usaha menjadi sia-sia sehingga menak Sakawira pergi bertapa selama 9 hari di Kampung Bujung Menggala di depan gundukan tanah yang dalam Bahasa Lampung Menggala disebut Tambak.
Selama pertapaanya menak Sakawira mendapatkan wangsit agar mengadakan upacara yang diiringi sebuah tarian sakral. Tarian itu, harus beranggotakan 12 orang penari gadis yang masih suci dengan diiringi gamelan klenongan yang terdiri atas kendang, tempul,kulintang dan gong.
Tari Bedayo Tulang Bawang ini dipentaskan dengan menghadap ke timur, atau pada matahari terbit. Bedayo berasal dari kata budaya, sedangkan kataTulang Bawang mengarah pada daerah.
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Irdawati, Irdawati (2017-01-10). "Tari Manyakok, Tari Turun Mandi, dan Tari Podang Perisai sebagai Ekspresi Budaya Masyarakat Melayu Riau". Panggung. 26 (4). doi:10.26742/panggung.v26i4.213. ISSN 2502-3640.
- ^ Kemdikbud (01-01-2017). "Warisan Budaya Tak Benda Indonesia". Penetapan Tari Bedayou Tulang Bawang. Diakses tanggal 21-09-2019.