Tarmin Hariadi
Tarmin Hariadi | |
---|---|
Bupati Lumajang 9 | |
Masa jabatan 1993–1998 | |
Presiden | Soeharto |
Gubernur | Soelarso Basofi Sudirman |
Pendahulu Samsi Ridwan Pengganti Achmad Fauzi | |
Bupati Jombang 13 | |
Masa jabatan 1988–1993 | |
Presiden | Soeharto |
Gubernur | Wahono Soelarso |
Informasi pribadi | |
Lahir | Cirebon, Masa Pendudukan Jepang | 14 Agustus 1942
Meninggal | 8 Desember 2017 Malang |
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Patonah |
Almamater | AMN |
Profesi | Militer |
Karier militer | |
Dinas/cabang | Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat |
Masa dinas | 1965–1988 |
Pangkat | Kolonel |
Satuan | Infanteri |
Sunting kotak info • L • B |
Kolonel Inf. (Purn.) Tarmin Hariadi (lahir 14 Agustus 1942) adalah Bupati Jombang yang menjabat pada periode 1988 hingga 1993 dan Bupati Lumajang yang menjabat pada periode 1993-1998. Ia adalah bupati yang berasal dari kalangan militer.
Kehidupan awal
[sunting | sunting sumber]Tarmin dilahirkan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, di Desa Karangasem, Kecamatan Karangwareg, Cirebon, Jawa Barat, pada 14 Agustus 1942. Ia dilahirkan sebagai anak kelima dari enam bersaudara sebagai seorang ajengan (kiai “kampung”) yang bernama Kiai Raswan. Meskipun bukan seorang figur kiai besar, Kiai Raswan sangat disegani di kampungnya. Selain sebagai pemangku masjid, dia juga menjadi Imam Masjid di desa tersebut.
Sebagai putera pemangku masjid di desanya, Tarmin Hariadi tidak berbeda dengan anak-anak seusianya. Karena masjid bagi mereka telah dijadikan rumah kedua setelah rumah orang tua masing-masing. Kebiasaan tidur di masjid usai sholat isya dan mengaji menjadi keasyikan tersendiri. Terutama bagi anak laki-laki, karena di antara mereka bisa saling bercerita, bercanda, bahkan merajut mimpi indah tentang cita-cita. Rutinitas tidur di masjid atau mushola telah mendorong anak-anak, khususnya di desa Karangwareg, Kecamatan Karangasem, Cirebon sebagai rentetan merajut cita-cita. Artinya mereka berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan melakukan puasa sunnah dan salat malam untuk mengimbangi usaha mereguk ilmu sebanyak-banyaknya di bangku sekolah.
Karier Militer
[sunting | sunting sumber]Lulusan Akademi Militer Nasional Magelang angkatan 1965 ini pernah menduduki jabatan dari mulai Danton (Komandan Peleton) Yonif 511 Blitar, Danki Pan Yonif 511 Blitar, Wadanyon Wakil Komandan Batalyon 512 Malang, Komandan Batalyon 512 Malang, Komandan Secaba Rindam V Brawijaya, Komandan Distrik Militer 0821 (Dandim) Lumajang, Paban Madya MBS ABRI, Aspers Garnisun Surabaya, Wa Aspers Kodam V Brawijaya, Aspers Kodam V Brawijaya, Aster Kodam V Brawijaya, hingga Wakil Asisten Personalia (Wa Aspers) Kodam V/Brawijaya.
Menjadi Bupati
[sunting | sunting sumber]Ada dua hal yang menjadi fokus garapan Bupati Tarmin ketika mengemban amanat memimpin Kabupaten Jombang. Kota yang memiliki seratus lebih pondok pesantren ini seolah bukan hal baru bagi seorang Tarmin yang memang anak Kiai. Dua hal yang menjadi target utama dibagi menjadi program jangka pendek dan jangka panjang. Untuk program jangka pendek adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan peningkatan pertanian (pangan), perbaikan prasarana jalan dan lain-lain. Sedangkan program jangka panjang meliputi pembangunan industri untuk ekspor dan mengurangi pengangguran.
Sebagai penunjang percepatan program tersebut dilakukan dari skup internal berupa penerapan disiplin di lingkup pemerintah Kabupaten Jombang. Khusus pada penerapan disiplin kerja dan disiplin kinerja, Bupati Tarmin mengawali rutinitas apel pagi sebelum menjalankan tugas. Melalui kegiatan apel itulah dia dapat menyampaikan hal-hal yang dianggap penting untuk dilaksanakan pada hari itu.
Setelah melaksanakan tugas sebagai Bupati Jombang, Tarmin Hariadi masih mengemban amanat sebagai Bupati Lumajang. Setelah jabatan terakhir sebagai Bupati Lumajang memasuki masa purna jabatan, Tarmin sempat dipromosikan untuk menduduki pos penting jabatan di Provinsi Jawa Timur. Namun dengan kerendahan hati tugas tersebut terpaksa ditolak, karena dia lebih memilih menikmati masa pensiun.
Keluarga
[sunting | sunting sumber]Tidak lama setelah lulus sebagai perwira pada kurun waktu 1965, dia melangsungkan pernikahan dengan pujaan hatinya sewaktu masih sekolah bernama Patonah. Dari pernikahan tersebut pasangan Tarmin Hariadi dan Patonah dikaruniai empat putera-puteri, yakni:
- Dudi Rudiana (lahir tahun 1966)
- Tarina Handaningrum (lahir 1968)
- Tati Susilowati (lahir tahun 1970)
- Dede Rutana (lahir tahun 1974).
Selain itu ia memiliki 7 cucu.
Pada masa pensiunnya ia aktif dalam kegiatan rutin keagamaan di Malang, Jawa Timur. Selain menjadi ketua paguyuban orang Sunda bernama Parahiyangan.
Referensi
[sunting | sunting sumber]Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Noeroel Koesmen |
Bupati Jombang 1988–1993 |
Diteruskan oleh: Soewoto Adiwibowo |
Didahului oleh: Samsi Ridwan |
Bupati Lumajang 1993–1998 |
Diteruskan oleh: Achmad Fauzi |