Teknik Tali-tunggal
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Desember 2022. |
Teknik-tali tunggal (3T) adalah seperangkat metode yang digunakan untuk turun dan naik pada tali tunggal yang sama. Teknik tali tunggal digunakan dalam caving, potholing, panjat tebing, canyoning, akses bertali untuk pemeliharaan bangunan dan oleh arborist untuk panjat pohon, meskipun untuk menghindari kebingungan dalam komunitas panjat pohon, banyak yang menyebutnya teknik tali "stasioner". karena dalam teknik ini biasa dilakukan penambat stasioner. Dengan gerakan berulang yang juga dapat dikatakan stasioner.
Teknik tali tunggal digunakan berbeda dengan teknik tali ganda (TTG), juga dikenal sebagai teknik tali bergerak. Karena teknik ini dapat dilakukan secara bergerak.
Sejarah perkembangan
[sunting | sunting sumber]Pada 1930-an, ketika eksplorasi gua menjadi semakin populer di Prancis, beberapa klub di Pegunungan Alpen menjadikan eksplorasi gua vertikal sebagai olahraga luar ruangan. Selama Perang Dunia II, tim yang terdiri dari Pierre Chevalier, Fernand Petzl, Charles Petit-Didier dan lain-lain menjelajahi sistem gua Dent de Crolles di dekat Grenoble, Prancis, yang menjadi gua terdalam yang dieksplorasi di dunia (-658m) pada waktu itu. Kurangnya peralatan yang tersedia selama perang memaksa Pierre Chevalier dan anggota tim lainnya untuk mengembangkan peralatan mereka sendiri, yang mengarah pada inovasi teknis. Penggunaan pertama teknik tali tunggal dengan prusik dan peniti tali mekanis ("monyet" Henri Brenot, pertama kali digunakan oleh Chevalier dan Brenot di sebuah gua pada tahun 1934) dapat langsung ditelusuri kembali ke eksplorasi sistem gua Dent de Crolles. Penjelajah gua Amerika Bill Cuddington, yang dikenal sebagai "Vertical Bill" mengembangkan teknik tali tunggal di AS pada akhir 1950-an. Pada tahun 1958, dua orang yang sering memanjat gunung alpen Swiss, Juesi dan Marti bekerja sama, menciptakan alat meniti tali pertama yang tersedia secara komersial yang dikenal sebagai Jumar . Pada tahun 1968 Bruno Dressler meminta Petzl (yang bekerja sebagai tukang logam) untuk membuat alat peniti tali untuk bergerak naik, yang sekarang dikenal sebagai Petzl Croll, yang ia kembangkan dengan mengadaptasi Jumar untuk masuk kedalam gua. Petzl memulai perusahaan manufaktur peralatan menelusuri gua berukuran kecil Petzl, yang memproduksi peralatan untuk penelusuran gua, pemanjat, pendakian gunung dan pengaman pekerjaan teknik sipil di atas ketinggian. Sampai saat ini merk Petzl masih sering ditemui untuk alat pengaman di ketinggian. Rak rappel dikembangkan pada akhir 1960-an oleh para penjelajah gua di Huntsville, kelompok penelusuran gua Alabama untuk memfasilitasi penurunan panjang. Evolusi pada sistem meniti tali untuk bergerak naik membantu memperluas latihan dan keamanan eksplorasi lubang gua. Dengan berkembangnya teori ini dapat membuat keamanan dan porsi latihan berkembang secara signifikan.
Bergerak naik
[sunting | sunting sumber]Untuk bergerak naik (menggunakan tali prusik atau "jugging"), perangkat cammed ( ascenders, Jumar, Petzl Croll) digunakan untuk dapat mendorong tali tetapi mengunci dan menahan berat pengguna saat dibebankan gaya ke bawah, ini juga harus mudah dilepas dari tali tanpa terlepas dari pengguna. Simpul seperti prusik, Bachmann dan Klemheist digunakan untuk menaiki tali dalam keadaan darurat khususnya dalam pemanjatan dan pendakian gunung, sistem pendakian menggunakan tali ini tidak lagi menjadi metode pendakian utama dalam teknik tali tunggal, karena lambat dan es atau lumpur sangat mengurangi efisiensinya.
Banyak sistem yang telah dirancang untuk meniti tali untuk bergerak naik menggunakan tali prusik. Sistem yang populer adalah:
- Sistem duduk-berdiri (juga dikenal sebagai rig katak/frog sistem) - satu ascender setinggi dada yang terpasang pada harness, dan yang kedua dipegang di tangan dengan tali panjang untuk kaki. Gerakan naik tali berlaku dengan menggerakkan jumar yang terpaut ke dalam alat untuk meniti tali ke atas secara berulang-ulang, mendorong ke atas dengan kedua kaki rapat, dan duduk, ditopang oleh alat meniti tali yang menempel di dada. Gerakan ini tampak seperti tendangan katak. Sistem ini biasa digunakan saat pemanjat kesulitan untuk menjejakkan kaki. Sehingga pemanjat meniti / bergantung pada tali secara keseluruhan. Biasa digunakan untuk penelusur gua. Karena sudut kemiringan gua biasanya lebih dari 90 derajat, sehingga tidak memungkinkan untuk menjejakkan kaki untuk menambah ketinggian.
- Sistem berjalan dengan tali - satu ascender terpasang langsung ke satu kaki, dan yang kedua terhubung ke kaki lainnya dengan posisi alat lebih tinggi untuk menghindari bentrokan. Gerakan menaiki tali dengan gerakan melangkah bergantian dengan kaki. Dalam sistem sebetulnya tali hanya sebagai pengaman saja, karena pendaki masih bisa menapakkan kaki pada batu untuk menambah ketinggian. Sistem ini biasa digunakan pada kemiringan kurang dari 90 derajat, sehingga masih dapat menjejakkan kaki ke tebing atau tanah.
- Sistem ditarik oleh pendaki lain, biasa terlihat dalam pendakian wisata atau dalam proses penyelamatan dalam sebuah kecelakaan. Sistem ini membutuhkan alat yang banyak dari kedua sistem sebelumnya. Berbagai alat dipasang dalam satu tali, kemudian tali lainnya digunakan untuk menarik pemanjat yang tergantung dengan harnes.
Bergerak turun
[sunting | sunting sumber]Teknik tali tunggal modern menggunakan perangkat khusus untuk turun dan naik, dan tali karmantel dengan diameter 8–11 mm. Descent ( abseiling atau rappeling) menggunakan berbagai bentuk rem gesekan untuk mengontrol kecepatan. Yang paling umum digunakan adalah Petzl Stop (mengunci sendiri), Bobbin, dan rak rappel. Untuk teknik tali tunggal yang aman, terutama saat turun dengan pengaman rumit dengan penambatan intermediate, perangkat harus dapat dilepas dari tali tanpa terlepas dari harness. Ini adalah masalah yang akan dialami saat menggunakan perangkat paling sederhana, seperti figure of eight. Karena dapat memelintir tali, yang menjadi masalah jika ada pengaman di tengah jalur tali sehingga tali tidak bisa lepas sendiri. Figure of eight dan rak rappel memang memiliki keunggulan karena dapat digunakan pada tali ganda. Item penting lainnya dari satu set teknik tali tunggal pribadi adalah dudukan harness dan satu atau lebih tali pengaman ("Kostil") diakhiri dengan carabiner, untuk digunakan sebagai pengaman sementara pada tali pengaman di atas dan digantung yang digunakan dalam manuver di penambatan tali intermediate . Untuk melewati penambatan perantara pada penurunan, perangkat naik mungkin juga diperlukan. fungsinya sama seperti penggunaan kostil dalam teknik tali turun, yaitu sebagai akselerasi sekaligus pengaman saat bergerak. Di era modern ini sangat jarang ditemukan penurunan tali menggunakan besi padat seperti figure of eight, biasa menggunakan alat yang terdiri dari berbagai komponen, karena untuk menghindari alat panas saat menanggung gaya gesek dan juga beban pemanjat.
Saat awal masuk Indonesia, ada teknik turun yang menggunakan "tali babi", teknik ini dilakukan dengan cara melewatkan tali ke punggung pemanjat dan melilitkan ke carabiner. Carabiner disusun dua sehingga menyerupai rak rapel. Sehingga tali yang melewati kedua karabiner tersebut dapat mengalami gaya gesek yang dapat menghambat laju tali. Selain laju tali dihambat dengan tumpukan carabiner, ada gaya gesek ke belakang yang dapat menghambat laju tali. Pemanjat juga dapat menjaga kestabilan saat turun dengan melewatkan tali melalui punggung pemanjat. Untuk mengontrol kecepatan laju saat turun, pemanjat dapat menggenggam dan mengendurkan tali. Sebetulnya teknik ini dapat dinyatakan tidak aman, karena kekuatan tali masih diragukan, dan tekstur tali tali jenis ini sangat kasar, sehingga dapat melukai tangan pemanjat.
Teknik turun secara tradisional tanpa alat ini pun terbagi menjadi dua yaitu menggunakan lengan dan menggunakan badan secara keseluruhan. Teknik turun menggunakan lengan mirip dengan teknik yang dijelaskan sebelumnya, namun teknik ini tidak menggunakan carabiner yang dirangkai untuk mengurangi gesekan. Jadi gaya geseknya secara penuh bertumpu pada lengan. Sehingga pemanjat menuruni tali dengan cara miring dengan salah satu tangan ada di bawah. Teknik tradisional ini dapat dilakukan jika pemanjat masih menapak di tebing.
Teknik kedua adalah teknik menggunakan badan secara keseluruhan. Teknik ini melilitkan tali pada badan. Mirip seperti teknik menggunakan lengan, namun sebelumnya tali dililitkan ke kaki terlebih dahulu. Kaki yang digunakan untuk mengurangi gaya gesek adalah kaki yang posisinya di bawah. Setelah dililitkan satu kali ke bawah langsung dililitkan ke pundak dan berakhir pada tangan yang berada di bawah. Kedua teknik ini dilakukan hanya untuk turun saja tanpa mempertimbangakan keamanan dan kenyamanan pemanjat. Pada ketiga teknik tersebut tidak membutuhkan harnes, sehingga diragukan keamanannya. Maka dari itu kini perlahan teknik tersebut ditinggalkan oleh para pemanjat.
Penambatan
[sunting | sunting sumber]Bagaimana tali diturunkan ke poros memiliki pengaruh besar pada jenis teknik tali tunggal yang digunakan. Secara umum, meskipun teknik berjalan dengan tali mungkin sangat efektif untuk mendaki yang lama tanpa halangan, teknik ini terbukti kurang fleksibel dalam kasus lintasan yang unik dan pemasangan tali yang rumit dengan penambatan ulang yang digunakan untuk menghindari bahaya seperti bebatuan lepas, air terjun, dan kerusakan tali dari menggosok batu pijakan. Biasa saat pendakian akan dilakukan teknik melipir untuk menghinadari halangan yang ada.
Rigging di Amerika Serikat biasanya dilakukan dengan menggunakan satu titik tambatan, dan pitch dipasang sebagai drop panjang tunggal, seringkali lebih dari 100 meter. Tali biasanya merupakan jenis tahan abrasi yang tebal, yang memungkinkan tali melipir di tepi jalur yang bersentuhan dengan batu. Ini kadang-kadang secara peyoratif disebut Teknik Tali yang Tidak Dapat Dihancurkan . Untuk menuruni reruntuhan besar seperti itu pada alat meniti tali untuk tujuan turun tipe Bobbin akan sulit karena ketebalan dan kekakuan tali, dan penurunan yang dihasilkan akan lambat dan tersentak-sentak. Bobbin juga bisa menjadi terlalu panas dan melelehkan permukaan tali jika menuruni tali dengan panjang 100 meter, karena alat ini terbuat dari besi utuh yang dibetuk ulang. Rak lebih disukai karena memiliki kapasitas penaham panas yang jauh lebih besar dan menawarkan penurunan yang jauh lebih mulus di lapangan. Menggunakan sistem katak untuk mendaki teras yang panjang memakan waktu, jadi sistem berjalan dengan tali lebih disukai.
Di Eropa, terasan sering kali lebih kompleks, dan multi-pitch rigging sering digunakan. Jalur panjang dipecah menjadi terasan yang lebih kecil. Re-belays dan deviasi digunakan untuk mengarahkan tali menjauh dari area batu tajam dan air. Jika gesekan tali tidak dapat dihindari, pelindung tali dipasang. Traverse sering dipasang untuk memungkinkan pemasang rig mencapai area yang memungkinkan untuk menggantung tali tanpa gesekan. Untuk menghindari tali bergesekan dengan dinding, tali yang lebih ringan digunakan, biasanya setebal 8-9mm. Ini memiliki keuntungan karena lebih ringan dan sebab itulah lebih ekonomis untuk dibawa dalam perjalanan jauh atau dalam. Bobbin lebih cepat diganti saat penambatan ulang dan juga lebih ringan untuk dibawa. Deviasi adalah webing atau tali pendek yang menarik tali utama ke satu sisi dengan carabiner yang dapat dengan mudah dilepas dan diganti untuk memudahkan saat pemanjat melewati. Teknik berjalan dengan tali kurang efektif dalam kasus lorong yang unik dan untuk pergantian di intermediate. Banyak gua telah dilengkapi dengan lubang baut yang terdiri dari sisipan logam berulir (yang biasa disebut hanger/pengaman) yang dipasang ke dalam lubang yang dibor di batu. Pengunjung berikutnya membawa penambatan mereka sendiri untuk menuju ke titik-titik ini. Memilih posisi terbaik untuk baut membutuhkan cara khusus, tujuan pemanjat menggunakan posisi ini adalah untuk mendapatkan simpul tali berbentuk 'Y' yang digantung di antara dua baut di dinding yang berlawanan. Teknik ini dapat membantu mencegah tali bersentuhan dengan batu, membagi beban di antara dua tambatan, dan mengurangi beban kejut jika salah satu gagal (dibandingkan dengan penggunaan tali cadangan yang kendur). Jika menggunakan tambatan cadangan biasanya beban kejut lebih besar, karena penambat utama dan cadangan akan lebih kendur ketimbang teknik tambat Y.
Banyak cara dalam melakukan riging, biasa dalam pengoperasian tali tunggal untuk pekerjaan teknik sipil, tidak hanya untuk menghindari gesekan dengan struktur gedung, tapi juga untuk memangkuskan gerakan menuju lokasi yang dituju. Dalam pengoperasiannya biasa terkendala lokasi tambatan pada gedung yang sangat sedikit. Dalam kondisi vertikal juga ada kemungkinan tergesek pada struktur bangunan. Dikarenakan posisi yang tidak memungkinkan, pembuat jalur biasa melakukan kolaborasi jenis tambatan. Selain "tambatan Y" juga ada tambatan campuran, yang merupakan percampuran antara tali kendur dan tali tegang. Menyesuaikan kebutuhan pemanjat untuk mengoperasikan tali sebagai titian untuk manusia ataupun alat.
Biasa tambatan pada gedung hanya rumit di atas (tambatan) namun mudah di bawah. Tidak memerlukan deviasi ataupun intermediate (re-belay). Karena biasanya dalam gedung struktur jalurnya rapi, berbeda dengan di gua, gunung, ataupun tebing.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Sparrow, Andy (1996). The Complete Caving Manual. ISBN 978-1-86126-022-2.
- Smith, Bruce L. R.; Padgett, Allen; Speleological Society Vertical Section, National (1996). On rope: North American vertical rope techniques for caving... rappellers. Huntsville, Ala.: Vertical Section, National Speleological Society. ISBN 1-879961-05-9.
- Marbach, George; Tourte, Bernard; Alspaugh, Melanie. Alpine Caving Techniques. Speleo Projects, Switzerland. ISBN 3-908495-10-5.
- Lyon, Ben (1983). Venturing underground: the new speleo's guide. East Ardsley, Wakefield, West Yorkshire: EP Pub. ISBN 978-0-7158-0825-2.
- Elliot, Dave (1986). Single rope technique: a training manual. Oldham: Troll Safety Equipment. ISBN 978-0-904405-68-2.