Lompat ke isi

Teori motor dalam perspektif bicara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Teori motor dalam perspektif bicara adalah hipotesis bahwa orang mempersepsikan kata-kata yang diucapkan dengan mengenali gerakan saluran vokal yang digunakan untuk mengucapkannya, bukan dengan mengenali pola suara yang dihasilkan oleh ucapan.[1]

Asal usul dan perkembangannya

[sunting | sunting sumber]

Teori ini berpendapat bahwa terkandung sebuah maksud yang diinginkan dibalik suara-suara yang didengar. Hipotesis ini berasal dari penelitian yang memakai pemutaran pola untuk menciptakan mesin membaca bagi tunanetra. Dalam mesin tersebut, suara akan digantikan dengan huruf ortografik. Yang juga harus diselidiki dengan cermat bagaimana suara yang diucapkan berhubungan dnegan spektogram akustiknya sebagai rangkaian suara pendengaran. Penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa akan terjadi tumpang tindih antara konsonan dan vokal apabila mereka berurutan (koartikulasi).[2] Maka bisa dikatakan bahwa ucapan tidak terdengar seperti sebuah akustik, alfabet, atau sandi. Tetapi justru terdengar sebagai kode isyarat bicara yang tumpang tindih.

Hubungan persepsi dan tindakan

[sunting | sunting sumber]

Meskipun lebih populer di bidang lain seperti linguistik teoretis, teori motorik persepsi bicara tidak banyak dianut dalam bidag persepsi bicara. Seperti dalam catatan pendukungnya yang mengungkapkan bahwa teori ini hanya memiliki sedikit pendukung dalam bidang persepsi ucapan, dan banyak dikutip oleh penulis untuk diberi komentar kritis.

Berbagai Sumber

[sunting | sunting sumber]

Persepi ucapan tampaknya menggunakan banyak sumber yang berhubungan secara optimal. Karena persepsi ucapan ini dipengaruhi oleh sumber informasi nonproduksi, seperti konteks, maka sebuah kata-kata yang terpisah cenderung lebih sulit dipahami dibandingkan jika didengar dalam konteks kalimat.

Teori ini memperkirakan kemampuan bicara bayi diprediksi oleh motorik bicaranya. Akan tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Selain itu diperkirakan juga bahwa persepsi ucapan akan terganggu ketika terjadi cacat dalam produksi ucapan. Perkiraan ini juga tidak sesuai dengan kenyataannya. Hal tersebut mempengaruhi teori versi behavioris pertama yang kini suda digantikan, yaitu dimana bayi harus sejak masa kanak-kanak seharusnya mempelajari pola produksi-persepsi melalui peniruan sejak dini.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Liberman, A. M.; Cooper, F. S.; Shankweiler, D. P.; Studdert-Kennedy, M. (1967). Perception of the speech code. hlm. 431–461. 
  2. ^ Liberman, A. M.; Delattre, P.; Cooper, F. S. (1952). "The role of selected stimulus-variables in the perception of the unvoiced stop consonants". The American Journal of Psychology. 65 (4): 497–516.