Lompat ke isi

Terowongan Rumah Sakit

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Terowongan Rumah Sakit
SutradaraHelfi Kardit
ProduserShankar RS
SkenarioTim Timur Merah
CeritaHelfi Kardit
PemeranSarah Shafitri
Rifky Balweel
Kaditha Ayu
Ray Sahetapy
Henidar Amroe
Riri Rinta
Penata musikIndra Qadarsih
SinematograferJoel F. Zola
PenyuntingAziz Natandra
Perusahaan
produksi
Tanggal rilis
12 Maret 2009
Durasi90 menit
NegaraIndonesia
BahasaBahasa Indonesia

Terowongan Rumah Sakit adalah film hantu Indonesia yang dirilis pada tahun 2009. Film yang disutradarai oleh Helfi Kardit ini dibintangi oleh Sarah Shafitri, Rifky Balweel, Kaditha Ayu, Ray Sahetapy, Henidar Amroe dan Riri Rinta.

Dinar (Sarah Safitri) dirawat di rumah sakit selama dua minggu atas saran orangtuanya karena asma dan selama itu pula, ia dihantui kejadian-kejadian janggal dan menyeramkan. Dinar semakin sedih karena orang tuanya, Mordako (Ray Sahetapy) dan Laila (Henidar Amroe), tidak pernah muncul menjenguknya. Ayahnya sibuk di luar negeri dan ibunya malas menjenguknya.

Hanya Akila (Kaditha Ayu) dan Bimo (Rifky Balweel) yang setia menemani hari-hari sepi Dinar, tetapi itu pun tidak berlangsung lama. Mereka kerap melihat sosok wanita berambut panjang dengan sorot mata tajam sedang memeluk dan menindih tubuh Dinar. Kejadian itu membuat Akila dan Bimo ketakutan dan enggan menemani Dinar lagi. Arwah perempuan seram itu sangat mirip dengan gambaran wanita misterius yang sering Dinar ceritakan kepada Bimo dan Akila.

Awalnya mereka tidak menghiraukan cerita Dinar tentang penampakan wanita muda misterius di Terowongan Rumah Sakit itu, tetapi kini Dinar, Bimo dan Akila mulai berpikir tentang apa sebenarnya yang terjadi.

Arwah perempuan tersebut bernama Sumiati (Riri Rinta). Ia adalah ibu kandung Dinar. Konon saat Dinar lahir, terjadi perebutan bayi. Mordako yang mengkhawatirkan kondisi Laila saat bayinya meninggal, hendak merebut Dinar sebagai penggantinya. Di terowongan rumah sakit itulah Sumiati dibunuh oleh Mordako dan dikuburkan secara diam-diam. Arwah Sumiati bangkit selain untuk membalas dendam, juga untuk melindungi anaknya.

Saat datang menjenguk anaknya, Mordako dibunuh oleh arwah Sumiati. Laila akhirnya menceritakan kejadian sebenarnya pada Dinar. Terkuaklah bahwa penyakit yang diderita Dinar bukan asma, melainkan sesak nafas karena Sumiati selalu ingin memeluk anaknya. Di akhir cerita, kuburan Sumiati di dekat terowongan dibongkar dan dimakamkan secara layak.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]