Tersangede, Salam, Magelang
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Tersangede | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Magelang | ||||
Kecamatan | Salam | ||||
Kode pos | 56484 | ||||
Kode Kemendagri | 33.08.04.2009 | ||||
Luas | ± 2,5 Km persegi | ||||
Jumlah penduduk | 3500 jiwa (2007) | ||||
Kepadatan | 1000 km² | ||||
|
Tersangede adalah desa di kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.
Tersangede terletak di bagian paling selatan kecamatan Salam, berbatasan dengan desa Tirto, Baturono, Sirahan, Seloboro, Jumoyo dan Plosogede.
Tersangede terdiri dari 8 dusun, yaitu Medangan, Tumbreb, Karangpakis, Ketonggo, Tersan, Bobosan, Nabin dan Puguhan.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Daerah Desa Tersan Gede merupakan pemukiman penduduk yang sudah sangat tua. Tercatat dalam prasasti Gunung Wukir (2 km ke timur dari Tersangede) yang tertulis pada tahun 732M menyatakan bahwa daerah gunung Wukir dan sekitarnya pada waktu itu sudah terbentuk suatu masyarakat yang makmur yang menghasilkan bulir-bulir padi laksana emas, merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno dengan rajanya adalah Rakai Sanjaya. Di samping itu, di dusun Tumbreb sudah terdapat situs Megalitikum berupa patung-patung kuno yang diperkirakan merupakan karya masyarakat Jawa kuno. Hal ini menunjukkan bahwa daerah ini sudah mengalami kemajuan budaya sejak lama.
Adanya nama dusun bernama "Medangan" kemungkinan menunjukkan bahwa daerah ini pernah menjadi pusat kekuasaan, megingat nama medangan mungkin berasal dari kata "medang" yang berarti negara/ibu kota negara.
Pada masa kolonial Belanda, desa Tersangede menjadi salah satu daerah penting pada masa tanam paksa (cultuur stelsel). Daerah ini ditanami tebu dan memiliki jalur rel kereta lori (selatan dusun Tersan-Ketonggo-Tumbreb) yang digunakan untuk mengangkut hasil pertanian. Pada zaman Jepang, desa ini juga diperintahkan untuk menanam rami.
Pada masa revolusi 1945-1949, Tersan Gede merupakan daerah penting sebagai penyangga proses perjuangan, yaitu sebagai basis logistik pejuang RI. Diketahui pada tahun 1949, berulang kali terjadi penyerbuan tentara Belanda ke daerah ini, sampai gudang logistik di rumah bapak Atemo dusun Tersan dibakar tentara NICA Belanda, karena dicurigai sebagai penyedia logistik bagi para pejuang. Di desa ini juga gugur 2 pejuang yaitu Nawawi dan Saiman yang ditembak tentara Belanda ketika sedang menyingkir dari kejaran tentara NICA.
Ekonomi
[sunting | sunting sumber]Masyarakat Tersangede kebanyakan bermatapencaharian bertani, sebagian pedagang dan sedikit pegawai negeri. Bidang pertanian yang mendomonasi ekonomi sudah cukup maju di era 80-an sampai 90-an, dengan adanya dua kelompok tani utama yaitu Sido Luhur dan Sido Makmur yang telah berkiprah di tingkat provinsi. Hasil pertanian yang penting di daerah ini adalah padi, jagung, tembakau, tomat,cabai dan lain-lain.
Masalah utama dalam pengembangan Desa ini adalah kurangnya kualitas sumber daya manusia, masih banyaknya penduduk miskin dan sempitnya lahan. Sektor keamanan merupakan hal yang bisa dibanggakan dengan relatif tentramnya desa ini. Tersangede memiliki sumber daya alam terutama tanah pertanian yang subur dan kelimpahan air yang cukup sehingga petani dapat menanam padi sepanjang tahun. Namun demikian, managemant bidang pertanian pada tahun 2012 terasa sangat perlu untuk ditingkatkan, terutama mengenai pembenahan Kelompok Tani, budidaya yang berwawasan lingkungan, pengaturan dan pemeliharaan sumberdaya air serta peningkatan kualitas sumberdaya manusianya sehingga dapat tercapai peningkatan produksi pertanian dan kesejahteraan yang berkelanjutan (''sustainable development'').
Potensi peternakan yang menjanjikan merupakan bidang yang belum tergarap dengan baik. Desa Tersangede memiliki sumber pakan ruminasia yang melimpah sepanjang tahun, seperti batang padi (damen), merang (tangkai padi), pohon jagung, rumput gajah, dan lain sebagainya. Bahkan Tersangede menjadi daerah tujuan pencarian pakan ternak dari daerah lain, sehingga apabila potensi ini dapat dimanfaatkan dengan menagement yang baik kemungkinan dapat memberikan peningkatan ekonomi masyarakat.
Pada tahun 2009 desa Tersan Gede mendapatkan dana program PPIP dari pemerintah pusat senilai 250 juta rupiah yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur jalan antar dusun, sehingga mampu meningkatkan aksesibilitas dusun-dusun terutama lokasi Depok yang sebelumnya memiliki akses jalan sangat sederhana.
Erupsi Merapi 2010
[sunting | sunting sumber]Erupsi Gunung Merapi pada Oktober-November 2010 sangat mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat Desa Tersan Gede. Untuk pertama kalinya dalam ingatan warga, erupsi kali ini merupakan erupsi terbesar yang memberikan efek sangat terasa bagi warga. Hujan abu/pasir sempat membuat kerusakan pada rumah-rumah warga dan hampir semua tanaman tumbang sehingga sementara waktu menghancurkan sebagian sumber pencaharian penduduk, seperti rusaknya pohon kelapa, salak, dan padi serta palawija. Namun demikian, adanya bantuan logistik dari berbagai donatur di desa ini mampu memberikan keringanan yang cukup berarti bagi beban kehidupan masyarakat saat itu. Jaringan listrik juga putus total selama 15 hari, yang merupakan suasana tanpa listrik yang paling lama sejak adanya listrik di Tahun 1990.