Lompat ke isi

Lord Voldemort

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Tom Marvolo Riddle)
Lord Voldemort
PemeranRalph Fiennes (dewasa), Frank Dillane (remaja), Hero Tiffin-Fiennes (kecil)

Lord Voldemort adalah seorang tokoh ciptaan JK Rowling dalam novel Harry Potter. Voldemort digambarkan sebagai tokoh yang sangat jahat, kejam, licik, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Terlahir dengan nama Tom Marvolo Riddle, Voldemort dikenal sebagai salah satu siswa Hogwarts yang paling cemerlang di masanya. Tidak heran, ia sangat hebat dalam sihir dan ditakuti oleh nyaris seluruh penyihir hingga titik di mana rakyat sihir takut untuk menyebut namanya. Sehingga, Voldemort kerap disebut sebagai "Kau-Tahu-Siapa", "Pangeran Kegelapan", atau "Dia Yang Namanya Tak Boleh Disebut". Pada Harry Potter dan Relikui Kematian, radio pemberontak "Pantauan Potter" (Potterwatch), menyebutnya sebagai "Pemimpin Pelahap Maut".

Kata Voldemort sendiri berasal dari anagram nama "Tom Marvolo Riddle" yaitu "I Am Lord Voldemort". Cerita perubahan Voldemort dari Tom Marvolo Riddle menjadi Lord Voldemort merupakan sebuah kisah psikologis menarik dari JK Rowling. Tom Marvolo Riddle (Voldemort) dilahirkan pada tanggal 31 Desember 1926 di sebuah panti asuhan di London.

Kehidupan awal, pendidikan sihir, dan menjadi penyihir Hitam

[sunting | sunting sumber]

Masa lalunya banyak terungkap pada Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran. Ayah Voldemort bernama Tom Riddle Sr., adalah seorang muggle, (istilah dalam dunia sihir untuk komunitas non-sihir alias manusia biasa tanpa kekuatan sihir). Ibunya bernama Merope Gaunt, penyihir berdarah murni dari keluarga Gaunt, keturunan terakhir salah satu pendiri Hogwarts, Salazar Slytherin. Merope menggunakan Ramuan Cinta untuk memikat Tom Riddle senior. Akhirnya Tom Riddle Senior menjadi tergila-gila pada Merope dan mereka kawin lari ke London. Setelah 3 bulan mereka menikah, Merope mengandung Tom Riddle Junior (Voldemort). Merope kemudian memutuskan untuk berhenti menggunakan ramuan cinta pada Tom Riddle Senior karena dia mengira suaminya itu juga telah mencintainya dan akan tetap tinggal demi anaknya. Namun, Kedua dugaan tersebut keliru. Tom Riddle Senior meninggalkannya, tak pernah menjenguknya lagi, dan tak pernah bersusah-payah mencari tahu apa yang terjadi pada anaknya. Menjelang masa akhir kehamilan, Merope sendirian di London dan sangat membutuhkan uang sehingga terpaksa menjual satu-satunya harta bendanya yang sangat berharga, yaitu liontin Slytherin. Liontin tersebut dijual kepada Caractus Burke seharga 10 Galleons, jumlah yang tidak sebanding dengan nilai liontin berharga tersebut. Ketika Voldemort lahir, ia dititipkan di panti asuhan. Merope memilih meninggal daripada menggunakan kekuatan sihir untuk bertahan hidup.

Setelah lulus Hogwarts, Voldemort berkelana. Ketika kembali ke Inggris, ia sudah banyak berubah dan telah menjadi penyihir hitam. Sejak masa sekolahnya di Hogwarts, Voldemort telah memiliki kumpulan pengikut yang tergabung dalam Pelahap Maut, dan kumpulannya ini kemudian menjadi pengikut setianya setelah ia menjadi penyihir hitam yang berkuasa dan paling ditakuti di dunia penyihir. Voldemort sangat sulit dibunuh karena ia membagi nyawanya menjadi tujuh bagian dalam Horcrux. Ia mengetahui rahasia Horcrux dari guru favoritnya, Professor Horace Slughorn pada tahun keenamnya di Hogwarts. Sejak saat itulah, ia mulai menjalankan misi besarnya, menguasai dunia sihir. Pertama-tama, ia membunuh ayahnya sendiri (Tom Riddle Sr.), beserta seluruh keluarganya.

Voldemort dalam seri Harry Potter

[sunting | sunting sumber]

Buku pertama hingga ketiga

[sunting | sunting sumber]

Ia dimunculkan di buku pertama sebagai "orang yang membunuh orang tua Harry", yang akhirnya dikalahkan oleh kekuatan cinta dan pengorbanan ibu Harry, Lily, dan kehilangan tubuhnya. Harry pun memiliki bekas luka berbentuk petir di dahinya. Voldemort berusaha untuk bangkit kembali, di buku pertama ia merasuki Quirinus Quirrell, guru Hogwarts untuk mencoba mencuri Batu Bertuah, tetapi gagal. Kemudian, di buku kedua, muncul Tom Marvolo Riddle, manifestasi Voldemort remaja, yang menyembunyikan memorinya di sebuah buku harian, yang merasuki adik Ron Weasley, Ginny, yang diceritakan sebagai gadis pemalu yang menyukai Harry Potter sendiri.[1] Ia menggunakan Ginny untuk membuka kamar Rahasia dan melepaskan Basilisk, yang meneror Hogwarts di buku kedua. Pada akhirnya, kebenaran terungkap. Ialah Voldemort di waktu muda. Namun, ia berhasil dikalahkan dan buku harian itu dihancurkan, dan Basilisk tewas.[1] Buku harian tersebut ternyata adalah Horcrux (terungkap pada buku keenam).

Voldemort tidak dimunculkan dalam buku ketiga. Namun, ia muncul di pikiran Harry ketika ia pingsan akibat serangan Dementor. Kemudian, menjelang akhir cerita, Profesor Trelawney, membuat ramalan bahwa "Pangeran Kegelapan ditinggalkan sendiri tanpa teman. Pelayannya, yang telah menunggu selama 12 tahun, akan kabur untuk bergabung dengan tuannya pada malam ini. Pangeran Kegelapan akan bangkit dan lebih jahat dari sebelumnya".[2] Meskipun diperkirakan pelayan itu adalah Sirius Black, ternyata ia adalah Peter Pettigrew, yang menyamar sebagai tikus Ron, Scabbers.

Buku keempat hingga keenam

[sunting | sunting sumber]

Pada buku keempat (Piala Api), Voldemort akhirnya berhasil bangkit kembali dengan cara memanipulasi jalannya Turnamen Triwizard untuk menangkap Harry (yang dijadikan juara keempat oleh Barty Crouch Jr., yang menyamar sebagai Alastor Moody). Dengan ramuan dari darah Harry dan tangan Peter Pettigrew, Voldemort berhasil bangkit dan kuat kembali. Namun, Harry berhasil lolos dengan bantuan efek mantra balik (Priori Incantatem).

Voldemort pernah bertarung langsung dengan Albus Dumbledore di buku kelima, di Kementerian Sihir. Dua penyihir terhebat didunia bertemu dalam pertempuran sengit, Lord Voldemort di pihak Buruk vs Albus Dumbledore di pihak Kebenaran. Voldemort memancing Harry ke Departemen Misteri untuk mencuri ramalan tentang mereka berdua. Harry, yang di seri ini sedang mengalami tekanan emosi berat, pergi dan akhirnya harus menghadapinya kembali. JK Rowling menyatakan dalam seri ini, terbukti bahwa Harry adalah orang yang masih punya rasa kemanusiaan, dibandingkan musuhnya yang sudah tidak memiliki jiwa kemanusiaan lagi. Dan pada buku keenam, Voldemort mulai menebarkan teror dan membunuh banyak orang, terutama anggota Orde Phoenix dan simpatisannya. JK Rowling mengatakan, dalam seri ini, masa lalunya mulai terungkap (lihat bagian Kehidupan Awal, pendidikan sihir, dan menjadi Penyihir Hitam). Di akhir cerita, Albus Dumbledore bersama Harry Potter berusaha mencari Horcrux dari Lord Voldemort untuk dibinasakan. Namun usaha tersebut sia-sia karena ternyata horcrux yang asli telah diambil sebelumnya oleh seseorang dan salah satunya berinisial R.A.B.

Buku ketujuh dan kejatuhan

[sunting | sunting sumber]

Di buku ketujuh. Voldemort semakin giat memperluas kekuasaan. Ia berhasil menguasai Kementerian Sihir dan mendirikan pemerintahan totaliter. Ia menindas penyihir kelahiran-Muggle dengan tuduhan "mencuri sihir" (Dalam dunia kita, hal ini dapat dianalogikan dengan Holocaust maupun tindakan genosida lainnya). Ia mencari tongkat Elder, tongkat sihir yang menurut legenda, paling kuat dan membuat pemiliknya tak terkalahkan. Pencariannya bahkan hingga keluar negeri.

Kemudian, ia menemukan bahwa Harry dan kedua sahabatnya telah menghancurkan Horcrux-Horcruxnya. Ia kemudian menyerang Hogwarts dengan pasukan yang besar setelah ultimatum penyerahan Harry (yang tidak diindahkan penghuni Hogwarts), sedangkan Harry mencari Mahkota Ravenclaw. salah satu horcrux. Setelah pertempuran sengit, ia memerintahkan gencatan senjata satu jam dengan satu syarat: Harry harus diserahkan. Voldemort akhirnya membunuh Severus Snape, dengan harapan ia memiliki tongkat Elder sepenuhnya, sejak Snape membunuh Dumbledore. Ketika Harry menyerahkan dirinya kepada Voldemort untuk mati (karena ia ternyata adalah Horcrux juga), kekuatan cinta ibunya kembali menyelamatkannya. Dengan darah Harry di tubuh Voldemort, Harry tidak bisa dibunuh oleh Voldemort, dan jiwa Voldemort di tubuhnya hancur, meski ia pura-pura mati. Kembali ke Hogwarts. Harry mengungkapkan bahwa dirinya masih hidup, dan pada saat inilah, Nagini, horcrux terakhir, dimusnahkan oleh Neville Longbottom. Harry pun menyatakan bahwa ialah pemilik tongkat Elder sebenarnya, karena ia memenangkannya dari Draco Malfoy, yang memiliki tongkat itu setelah melucuti Dumbledore di akhir buku keenam. Dengan tongkat Draco, ia mengalahkan Voldemort dengan memantulkan Kutukan kematian kepada Voldemort dengan mantra pelucutan senjata (Expelliarmus). Voldemort tewas, dan mayatnya dibaringkan jauh dari para pejuang Hogwarts (gabungan siswa, guru, anggota Orde Phoenix, dan simpatisan) yang mati melawannya. Dunia sihir kembali aman dan penuh kedamaian seperti sediakala.

Perbandingan dengan dunia nyata

[sunting | sunting sumber]

Beberapa orang mencoba membandingkan Voldemort dengan beberapa politisi dan diktator. Rowling mengatakan bahwa Voldemort sebanding dengan Adolf Hitler, dan ideologinya dapat disamakan dengan Naziisme.[3][4] Rowling juga membandingkan Voldemort dengan Joseph Stalin.[5] Selain itu, George W. Bush, dan Saddam Hussein juga banyak dibandingkan dan disamakan dengan Voldemort.

Referensi

[sunting | sunting sumber]