Tsabit bin Aqram
Tsabit bin Arqam bin Tsa'labah Al Ajlani Al Balawi Al Anshari Al Madani ( Bahasa Arab : قالت بن أقرام ) adalah salah seorang Sahabat Nabi dari kalangan Kabilah Bali (بني بالي) yang terkenal akan kisahnya di Pertempuran Mu'tah dan Pertempuran Buzakhah. Ia merupakan sekutu dari Bani Malik bin Auf bin Aus dari Bani Aus, yang merupakan bagian dari kaum Anshar. Ia juga terlibat dalam Peperangan Riddah melawan kabilah-kabilah Arab yang murtad setelah wafatnya Rasulullah.[1]
Tsabit bin Aqram Al Balawi ثابت بن أقرام | |
---|---|
Lahir | Tsabit bin Aqram Hijaz, Arab Saudi |
Meninggal | 632 M ( 11 Hijriah ) Hail, Arab Saudi (Tepatnya di Buzakhah, 25 mil barat daya dari kota Ha'il) |
Sebab meninggal | Terbunuh oleh Salamah bin Thulaihah dan Thulaihah bin Khuwailid Al Asadi setelah perang Buzakhah |
Dikenal atas | Sahabat Nabi, Syuhada Perang Buzakhah |
Orang tua | Aqram bin Tsa'labah Al Balawi (ayah) |
Nasabnya
[sunting | sunting sumber]Tsabit bin Aqram berasal dari kaum Anshar. Nasab lengkapnya adalah Tsabit bin Aqram bin Tsa'labah bin Adi bin Al-Ajlan bin Haritsah bin Dhubayah bin Haram bin Ja'al bin Jashm bin Wada bin Dhubyan bin Hamim bin Dahlah bin Hani bin Bali (Balawi).[2] Bani Bali merupakan sebuah kabilah Arab yang bertempat tinggal di Hijaz dan wilayah di sebelah utara Hijaz.[butuh rujukan]
Keluarga Tsabit bin Aqram berasal dari Bani Ajlan yang merupakan keturunan dari Bani Bali (Balawi). Ayahnya bernama Aqram bin Tsa'labah Al Ajlani yang merupakan seorang tokoh sekaligus pemuka kota Yatsrib (nama lama Madinah sebelum diganti oleh Muhammad) sebelum masa Islam. Sehingga, dapat diketahui bahwa keluarganya telah memiliki kedudukan di Kota Madinah sebelumnya. Ada sumpah yang dilakukan oleh keluarga maupun Tsabit sendiri kepada kaum Anshar, sehingga menjadikannya bagian dari kaum Anshar itu sendiri dan juga ia merupakan sekutu dari Bani Malik bin Aus bin Aus yang merupakan salah satu dari keluarga-keluarga atau sub-suku penyusun kabilah Aus, salah satu kabilah terbesar kaum Anshar selain Bani Khazraj.[3]
Kisahnya di Pertempuran Mu'tah
[sunting | sunting sumber]Pada saat ketiga panglima muslimin di Perang Mu'tah yakni :
(Zaid bin Haritsah Al Kalbi diamanahkan oleh Rasul sebagai panglima Kaum Muslimin di Perang Mu'tah. Dan jika dirinya meninggal, maka akan digantikan oleh Ja'far bin Abu Thalib. Dan jika Ja'far meninggal, maka Abdullah bin Rawahah lah penggantinya. Dan ketika ketiga-ketiganya wafat, maka penggantinya dipilih oleh kaum Muslimin.)
Ketiga-tiganya wafat dibunuh dan Syahid oleh pasukan Romawi dengan meninggalkan bendera pasukan Muslimin atau panji pasukan Muslimin jatuh ke tanah. Hal ini langsung ditanggapi dengan sigap oleh Tsabit yang pada saat itu melihat panji muslim yang jatuh ke tanah dengan mengangkatnya seraya berkata : "Wahai Muslimin..!! Angkatlah pemimpin baru!.
Kaum Muslimin menjawab : "Engkau saja, wahai Tsabit!"
Tsabit pun menjawab : "Demi Allah, Aku tidak akan sanggup.."
Maka, Tsabit yang melihat ada Abu Sulaiman atau yang dikenal sebagai Khalid bin Walid di sana segera menyerahkan panji dan berkata :
"Engkau saja yang menjadi pemimpin, wahai Abu Sulaiman ( maksudnya Khalid bin Walid )..".
Semula Khalid bin Walid menolak, namun setelah diskusi singkat dengan Tsabit, Khalid pun menyetujuinya.
Perlu diketahui bahwa pada saat itu, Khalid bin Walid baru saja masuk Islam. Terhitung, sekiranya sekitar beberapa bulan Khalid bin Walid berikrar masuk Islam. Namun, karena kebesaran sekaligus kerendahan hati seorang Tsabit, ia dengan hati yang bersih dan objektif, melihat dan hanya mencari kemaslahatan umat Islam dengan memberikan panji kepemimpinan kepada orang yang baru saja masuk Islam.
Hal ini sangat sesuai dengan adab dan sifat seorang Mu'min sekaligus muslim. Dan juga Rasul pun menyetujui keputusan Tsabit ini dengan membiarkan Khalid bin Walid menjadi pemimpin pengganti setelah ketiga panglima Mu'tah wafat.[4]
Kisahnya di Pertempuran Buzakhah
[sunting | sunting sumber]Setelah pasukan gabungan pimpinan Tulaihah kalah di Buzakhah oleh pasukan Rasyidin ( Tentara Kekhalifahan Rasyidin ), Tulaihah Al Asadi si nabi palsu melarikan diri bersama dengan istri dan saudaranya. Saat itu, Khalifah Abu Bakar memberi amanah kepada Khalid bin Walid dalam mengatasi pemberontakan yang dilakukan Tulaihah dengan para pendukungnya.
Setelah Tulaihah kalah, Khalid sebagai panglima mengutus sahabat bernama Ukkasyah bin Mihsan Al Asadi dari Bani Asad bin Khuzaimah, dan Tsabit sendiri untuk mengejar dan menangkap Tulaihah yang melarikan diri. Pada saat Tsabit dan Ukkasyah berhasil menemukan Tulaihah, terjadilah pertarungan yang membuat terbunuhnya Tsabit dan Ukkasyah.
Beberapa tahun setelah kejadian ini, Tulaihah yang sudah bertaubat dan kekhalifahan Islam telah berada pada masa Khalifah Umar bin Khattab menunaikan haji sekalian ingin membai'at Umar bin Khattab sebagai Khalifah. Di sana ia bertemu dengan Khalifah Umar yang mengenalinya sebagai orang yang membunuh Ukkasyah dan Tsabit.
Mereka berdua terlibat dialog yang kiranya :
- Khalifah Umar : "bukankah engkau si pembunuh Ukkasyah dan Tsabit?" Demi Allah aku sangat tidak menyukaimu.
- Tulaihah : "Wahai Amirul Mu'minin, mengapa engkau sibuk mengurusi mereka? Sesungguhnya Allah telah memuliakan mereka berdua melalui tanganku ( maksudnya, Ukkasyah dan Tsabit telah dimuliakan oleh Allah dengan mati sebagai syuhada karena pada saat itu Tulaihah terhitung sebagai orang kafir, dan jika ada kafir yang membunuh seorang muslim dalam peperangan, maka muslim itu mendapatkan syahid ).
Mendengar jawaban ini, Khalifah Umar menyetujui perkataan Tulaihah dan nantinya akan membiarkan ia untuk mengikuti jihad bersama kaum muslimin. Sebuah tindakan yang tidak dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar karena mengingat Tulaihah dianggap sebagai pengkhianat Islam yang menimbulkan luka di hati kaum muslimin sehingga Khalifah Abu Bakar tidak pernah mengizinkan ia untuk ikut berjihad di barisan kaum muslimin setelah pertaubatannya.
Hal ini-lah yang menjadi salah satu kemuliaan dari Tsabit bin Aqram sebagai seorang sahabat nabi yang bergelar syuhada karena syahidnya ia selama perang Buzakhah dan dalam misi khusus untuk menangkap Tulaihah Al Asadi.