Lompat ke isi

Tumbrep, Bandar, Batang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

--114.79.57.222 29 Maret 2013 16.32 (UTC)

Tumbrep
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBatang
KecamatanBandar
Kode pos
51254
Kode Kemendagri33.25.02.2013 Edit nilai pada Wikidata
Luas1.156,955 ha.
Jumlah penduduk6315 jiwa
Kepadatan-
Peta
PetaKoordinat: 7°3′26″S 109°48′45″E / 7.05722°S 109.81250°E / -7.05722; 109.81250


Tumbrep adalah desa di kecamatan Bandar, Batang, Jawa Tengah, Indonesia. -Tumbrep terdiri dari 8 Pedukuhan al: 1.Sikandri,2.Cepoko, 3.Tembelang, 4.Tumbrep, 5.Buntit, 6.Bringin, 7.Rembul, 8.Sibelis -Tanaman hasil bumi yg berpotensi dismping padi adalah Cengkih

Asal Usul Desa Tumbrep

          Cerita asal usul desa Tumbrep atau lebih tepatnya asal usul nama ke 8 dukuh yang ada desa Tumbrep ini bersumber langsung dari orang yang memang secara turun temurun mewariskan cerita tentang sejarah asal usul desa Tumbrep jadi cerita ini bukanlah karangan penulis semata melainkan mengambil langsung dari sumber terpercaya, beliau bernama Tahrudin Baihaqi keturunan generasi 5 dari Mbah Suto Menggolo, orang yang membabat daratan Kecamatan Bandar.
          Bermula ketika Sultan Mataram Baru saat itu mengutus tiga bersaudara untuk membabat daerah karesidenan Batang, tiga bersaudara itu Suto Menggolo, Suro Menggolo, dan Singo Menggolo, Suro Menggolo lah yang paling tua diantara tiga bersaudara tersebut. Ketiga bersaudara tersebut ditugaskan untuk membabat wilayah Alas Roban yang mana nantinya wilayah tersebut menjadi Kabupaten Batang, dan yang bertugas untuk membabat daerah Kecamatan Bandar yaitu Mbah Suto Menggolo.

Asal Usul Penamaan Dukuh Tumbrep

          Banyak versi yang mengatakan tentang penamaan asal usul dukuh Tumbrep, ada yang mengatakan bahwa asal dari Tumbrep itu Watune Kerep karena meskipun batu yang ada dukuh tersebut mesipun sudah diambil tapi tidak habis-habis ada juga yang mengatakan Tumbrep dari kata Tutuk nang Ngarep, tetapi versi yang penulis dapat dari Bapak Tahrudin mengatakan.
          Bermula ketika Mbah Suto Menggolo menggolo jalan terus sampai ke arah selatan sampai ke daerah yang anntinya akan menjadi dukuh Tumbrep, disitu mbah suto menggolo memulai babat tanah dan membuat desa dan melakukan satu hari puasa kemudian setelah sore hari beliau yang telah selesai melaksanakan aktivbitas sebelumnya, keluar dan pada saat itu mbah suto menggolo mendapati suasananya menjelang waktu maghrib yang dalam bahasa jawanya yaitu "sudah rep" atau "wes rep" maka dari itu mbah Suto Menggolo Menamai daerah tersebut dengan "Tumbrep".

Jadi dapat disimpulkan bahwa asal usul nama desa Tumbrep terjadi ketika beliau keluar dan mendapati bahwa suasana pada saat itu menjelang waktu maghrib makanya beliau menamai desa tersebut dengan nama Tumbrep kepanjangan dari "Tumeko rep" Ketika datang sudah menjelang waktu maghrib.

Asal Usul Penamaan Dukuh Tembelang

          Setelah selesai dengan semua urusan di daerah yang nantinya akan menjadi Dukuh Tumbrep itu, beliau mbah Sutomenggolo melanjutkan perjalanannya ke arah barat, dan dalam perjalanannya mbah Suto Menggolo mendapati tanah “Balongan” yang di cor dan tiba-tiba tanah tersebut hilang, mbah Suto Menggolo kemudian berkata “wah kok tiba-tiba tanah mbel-mbel ini hilang, wah nantinya aku akan menamai tanah ini dengan Tembelang”. Dari peristiwa tersebutlah bagaimana nama dukuh Tembelang lahir atau “mbel-mbel ilang”.

Asal Usul Penamaan Dukuh Cepoko

Dukuh Cepoko dimana terletak PSDKU Undip memiliki sejarah asal usul penamaan yang cukup sederhana, setelah beliau dari daerah dukuh Tembelang beliau melanjutkan perjalanan lagi ke arah barat di perjalanan tiba-tiba beliau mencium aroma atau bau dari kembang Cempaka dari situlah mbah Suto Menggolo menamai daerah tersebut dengan nama dukuh Cepoko ada juga versi yang mengatakan bahwa kenapa daerah dukuh Cepoko dinamai Cepoko karena seorang Wali bernama mbah Wali Cempo karena di daerah tersebut saat ini terdapat makam mbah Wali Cempo.

Asal Usul Penamaan Dukuh Sikandri

Mbah Suto Menggolo kemudian melanjutkan perjalanannya Kembali dan sampai ke perbatasan, disitulah mbah Suto Menggolo kehilangan jejak atau tersesat dan dalam istilah katanya yaitu “ndra ndri ndra ndri” dan dalam situasi kebingunan tersebut beliau menengok kearah timur, beliau melihat sebuah gunung, di gunung tersebut saat ini terdapat makam mbah Wali Sabbat yang tepatnya di pinggir kali. Dan dari situasi kebingunan tersebutlah mbah Suto Menggolo menamai daerah tersebut dengan nama Sikandri

Asal Usul Penamaan Dukuh Buntit

Setelah akhirnya mbah Suto Menggolo sudah tidak kebingungan lagi, beliau menengok Kembali ke timur di daerah Buntit sekarang tepatnya disebelah jembatan, disitu beliau melihat buntut ular yang "kopat kapit" atau "jentit jentit" dari sanalah beliau menamai daerah tersebut dengan Buntit, dan sejarah kenapa terdapat buntut ular disana menurut penuturan dari beliau bapak Tahrudin Baihaqi konon katanya di Bandar ada sosok wali yaitu mbah Wali Sabuk, mbah Wali Sabuk ketika di Bandar sempat bertarung dengan ular besar, sampai akhirnya beliau berhasil membunuh ular tersebut kemudian beliau memotong bagian tubuh ular itu menjadi beberapa bagian dan disebar ke berbagai tempat.

          Bagian kepala dari ular itu dibuang ke timur yang sekarang menjadi sumber mata air bernama sisiran, sedangkan bagian bawah dari ular tersebut di buang ke arah barat, di tengah-tengah sungai malam maka jadilah sungai Domalam dan terus bagian tubuh ular yang bawahnya lagi dibuang ke ke daerah sebelah pondok Tazakka sekarang namanya Sibuntung. dan bagian terakhir yaitu ekornya dibuang ke daerah Sibuntit atau sekarang dukuh Buntit.

Asal Usul Penamaan Dukuh Beringin

Melanjutkan perjalanannya kembali membabat daerah desa Tumbrep, beliau mbah Suto Menggolo melanjutkan perjalanannya ke arah Timur disana ia menapaki pohon beringin yang besar saking takjubnya beliau berkata “wah disini kok ada pohon beringin besar banget, wah ini nantinya aku akan menamai daerah ini dengan nama Beringin” dan begitulah asal usul nama daerah dukuh Beringin.

Asal Usul Penamaan Dukuh Rembul dan Sibelis

Lalu mbah Sutomenggolo berlari lagi ke Utara disana beliau melihat sesuatu yang “mrembul-mrembul” dan mbah Suto Menggolo akhirnya menamai daerah tersebut dengan nama rembul ketika beliau ke arah timur mbah Suto Menggolo mendengar sebuah suara tapi tidak ada wujudnya maka daerah tersebut dinamai dengan Sibelis atau dalam bahasa jawanya Belis atau Iblis karena suara yang tidak mempunyai wujud selalu identik dengan makhluk halus atau iblis.