Vihara Empu Astapaka
Wihara Empu Astapaka | |
---|---|
ᬯᬶᬳᬭᬳᭂᬫ᭄ᬧᬸᬅᬲ᭄ᬢᬧᬓ᭟ | |
![]() | |
Agama | |
Afiliasi | Buddhisme |
Distrik | Kabupaten Jembrana |
Provinsi | Bali |
Status | Theravāda |
Lokasi | |
Lokasi | Jl. Raya Gilimanuk – Denpasar, Lingk. Jineng Agung, Kel. Gilimanuk, Kec. Melaya |
Arsitektur | |
Tipe | Wihara |
Gaya arsitektur | Bali |
Peletakan batu pertama | 1976 [1] |
Rampung | 2010 |
Vihara Empu Astapaka (bahasa Bali: ᬯᬶᬳᬭᬳᭂᬫ᭄ᬧᬸᬅᬲ᭄ᬢᬧᬓ᭟, translit. Wihara ĕmpu Astapaka) adalah sebuah wihara Buddha aliran Theravada yang terletak di Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali. Wihara ini berada sekitar 100 meter dari Pelabuhan Gilimanuk, tepat di sisi kiri jalan arah Gilimanuk-Denpasar.
Nama Empu Astapaka diambil untuk menghormati seorang empu penganut ajaran Buddha dari Jawa yang memperkokoh ajaran Buddha di Pulau Bali. Bagian depan Wihara ini berdiri Patung Buddha yang menjadi patung kedua di Gilimanuk, setelah Patung Hindu yakni Siwa Mahadewa yang berada di sebelah timur Pelabuhan Gilimanuk.[2]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pada Jumat, 6 Juni 2013, pukul 17.00 WITA, bertempat di Wihara Empu Astapaka yang terletak di Jl. Raya Gilimanuk-Jembrana, telah berlangsung acara peresmian Vihara Empu Astapaka. Vihara ini terkenal karena patung Buddha tertinggi yang terletak tepat di Candi Bentar Provinsi Bali dari arah Barat. Awalnya, tempat ini merupakan lokasi latihan meditasi yang kemudian diresmikan menjadi vihara saat bertepatan dengan Hari Tri Suci Waisak 2520 pada tahun 1976.[1] Nama Empu Astapaka diberikan untuk menghormati seorang empu penganut ajaran Buddha dari Jawa yang memperkokoh ajaran Buddha di Pulau Bali.
Acara peresmian tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting seperti Bupati Jembrana, I Putu Artha, dan Dirjen Bimas Buddha Kemenag RI, Drs. A. Joko Wuryanto. Selain itu, acara ini juga dihadiri oleh tokoh masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan, para dermawan, serta umat Buddha dari seluruh Indonesia.
Rangkaian acara dimulai dengan pembacaan Dhammapada dan doa bersama yang dipimpin oleh Ro Sutikno Gunawan. Kemudian, Ibu Sherly Mirani selaku ketua panitia memberikan ucapan selamat datang kepada seluruh undangan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, terutama para dermawan. Ibu Sherly juga memaparkan latar belakang terbentuknya Vihara Empu Astapaka, yang pertama kali diresmikan oleh Lurah Gilimanuk pada tahun 1976. Namun, seiring berjalannya waktu, kondisi Vihara semakin tidak layak sehingga pada 18 November 2007, dimulailah pemugaran kembali yang disepakati oleh Bhante Dhammasuto Thera. Pada tanggal 27 November 2010, bangunan Dhammasala, Kuti, dan toilet untuk umat diresmikan kembali penggunaannya oleh Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika, dan Dirjen Bimas Buddha, Drs. Budi Setiawan. Bangunan-bangunan tersebut kemudian diberkati oleh Bhikkhu Sri Pannavaro Mahatera.
Acara dilanjutkan dengan penampilan Paduan Suara Gita Dhamma, kemudian sambutan dari perwakilan Yayasan Empu Astapaka, Sudiarta Indrajaya, yang memaparkan sejarah perjalanan Empu Astapaka ke Bali. Rangkaian acara diakhiri dengan pemotongan pita oleh seluruh undangan VIP sebagai tanda diresmikannya Vihara Empu Astapaka dan dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata kepada seluruh undangan VIP. Acara ditutup dengan pertunjukan topeng Carangsari.
Keunikan dan Daya Tarik
[sunting | sunting sumber]Patung Buddha
[sunting | sunting sumber]Yang menarik dari Vihara tersebut adalah berdirinya patung Buddha setinggi 25 meter. Letaknya persis di Candi Bentar paling barat di Pulau bali. Patung Buddha berwarna putih tersebut merupakan hasil karya arsitek I Gusti Ngurah Artawa memiliki makna selamat datang kepada setiap orang yang akan memasuki pulau Bali melalui pelabuhan Ketapang-Gilimanuk.
Bangunan Buddha memiliki makna khusus dari bentuk Buddha Rupam, dengan sikap kedua tangan terbuka sejajar dengan bahu yang juga disebut abhaya-abhaya mudra. Sikap ini sebagai simbol rekonsiliasi dan perdamaian di Pulau Bali.[3] Patung tersebut dibangun oleh umat Buddha selama enam tahun, terhitung sejak 2007, dengan biaya pembangunan sekitar Rp 1 miliar yang merupakan sumbangan dari para umat, diresmikan pada 6 Juni 2013.[4]
Fasilitas
[sunting | sunting sumber]Untuk fasilitas di Wihara ini, terdapat balai pesandengan sebagai tempat istirahat, dan juga terbuka untuk wisatawan.[4]
Galeri
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b "Vihara Empu Astapaka Diresmikan". beritabali. Diakses tanggal 30 Januari 2024.
- ^ Suardika, i Ketut. "Megahnya Patung Buddha di Vihara Empu Astapaka Gilimanuk". detikbali. Diakses tanggal 2025-02-04.
- ^ "Dang Hyang Astapaka". Diakses tanggal 2025-02-04.
- ^ a b "Megahnya Patung Buddha di Vihara Empu Astapaka". detik.com. Diakses tanggal 30 Januari 2024.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Kanal youtube Vihara Empu Astapaka
- (Indonesia) data kemenag
- (Indonesia) google map