Wadeng, Sidayu, Gresik
Wadeng | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Gresik | ||||
Kecamatan | Sidayu | ||||
Kode pos | 61153 | ||||
Kode Kemendagri | 35.25.09.2003 | ||||
|
Desa Wadeng adalah salah satu desa di kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Wadeng merupakan desa terbesar kedua di Kecamatan sidayu. Penduduk desa ini bisa dibilang 100% muslim. Desa Wadeng merupakan desa industri utama di kecamatan sidayu, hal ini ditunjukan dengan adanya pabrik-pabrik pupuk, dolomit, dsb. Selain itu, Desa Wadeng juga memiliki lahan sawah, dan kebun yang sangat luas. Desa Wadeng sendiri terbagi menjadi 3 dusun, yaitu dusun Wadeng, Brak, dan Petiyin. Desa Wadeng berada di wilayah strategis di kecamatan Sidayu.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Wadeng merupakan desa yang bersejarah, karena arti kata Wadeng sendiri adalah "Watu Gandeng" atau dalam bahasa indonesia berarti Batu yang Bergandengan. Sejarah panjang bangsa ini telah mencatat arti dan fungsi penting wadeng dalam proses perjalanan bangsa Indonesia, baik pada masa pergerakan kemerdekaan atau pasca kemerdekaan.
Pada zaman kolonial/penjajah belanda, Wadeng dijadikan sebagai tempat singgah dan berkumpulnya para pejuang, pedagang, pengelana, sekitar wilayah gresik utara, karena fungsinya tersebut, maka daerah itu diberi nama BRAAK – secara etimologi Braak dalam bahasa Belanda berarti Tempat Persinggahan. Pada masa Adipati Suryoadiningrat / Kanjeng Sepuh (1817-1858 M) Bupati gresik di Sidayu, Wadeng memainkan peranan penting dalam proses islamisasi, posisinya yang strategis dijadiakn sebagai daerah penghubung empat kecamatan sidayu, dukun, panceng dan ujung pangkah, hal tersebut terbukti braak wadeng dikelilingi oleh pusat-pusat penyebaran islam, Kanjeng sepuh sidayu disebelah timur, sebelah utara dengan Syech Sridi di Kebun Agung Ujung Pangkah, Sunan Lasem di desa Lasem dibagian selatan dan Syech Mbesawan di gosari Ujung Pangkah atau Sunan Syech Surowiti di gunung sorowiti kecamatan Panceng di sebelah barat. Dengan demikian, Wadeng secara geografis merupakan titik tengah atau pusat kawedanan sidayu. Sebagai titik tengah kawedanan sidayu berimbas pula dalam laju pesat perkembangan ekonomi dan pendidikan.
Nama-nama Kepala Desa yang pernah memerintah di Desa Wadeng adalah sebagai berikut:
- Matrejo
- H. Su'udi
- Drs. Ec. H. Abdul Muhith
- Ir. H. M. Yatmo
- Ir. H. Sa'dullah
- Moh. Anang Khoidar (2013- 2019)
- Imam Khoiri (2019 - sekarang)
Letak Geografis
[sunting | sunting sumber]Dengan luas wilayah 47,13 Km2. Terdiri dari tanah sawah 1,069,610 Ha, pekarangan/ halaman 171,020 Ha, tegal/ kebun 1,153,720 Ha, tambak 1,439,310 Ha, dan lainya 879,740 Ha. Ketinggian daerah kurang lebih sekitar 7 meter di atas permukaan air laut. Desa Wadeng berbatasan langsung dengan Bolo (Ujung Pangkah) di sebelah utara. Desa Lasem di sebelah selatan. Sekapuk (Ujung Pangkah) di sebelah barat. Serta dengan Sambi Pondok di sebelah timur. Wadeng memiliki tiga daerah administratif, yakni 2 dusun Brak dan Petiyin dan 1 pusat desa, Wadeng. Sementara, Desa Wadeng sendiri menjadi pusat administratif dari kedua dusun tersebut.
Perekonomian
[sunting | sunting sumber]Industri pupuk dan dolomite adalah perekonomian utama Wadeng. Selain itu, perekonomian masyarakat Wadeng juga banyak ditopang dari sektor perdagangan, kuliner, UKM, pertanian dan perternakan. Salah satunya yaitu perternakan ayam, kambing, dan sapi.
Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Wadeng sejak dulu dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan di Kecamatan Sidayu, berbagai lembaga pendidikan ada di Wadeng yang jarak lembaga satu dengan yang lainnya bisa dikatakan sangat dekat. Kebanyakan pelajarnya adalah penduduk setempat yang menimba ilmu di Taman Pendidikan Nurul Huda (TPNH). Meski begitu, pelajar dari luar Wadeng juga cukup banyak untuk menuntut ilmu terlebih sejak berdirinya SMKN 1 Sidayu sebagai satu-satunya sekolah kejuruan negeri di kecamatan Sidayu.
Lembaga Pendidikan Swasta
[sunting | sunting sumber]Lembaga pendidikan yang paling utama di Desa Wadeng adalah Taman Pendidikan Nurul Huda (TPNH). Lembaga ini menjadi primadona masyarakat setempat karena mudah terjangkau baik dari segi geografi maupun ekonomi. Selain itu, didukung pula dengan fasilitas pendidikan, mulai dari gedung hingga guru yang berkualitas. Hampir semua tingkat pendidikan disediakan di TPNH mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) dan PAUD, Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ), Madrasah Diniyah (MD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), hingga Madrasah Aliyah (MA). Lembaga ini juga sempat melakukan kerja sama penyelenggaran kuliah kelas jauh. Namun karena minim peminat akhirnya penyelenggaran tersebut ditutup.
Tak hanya itu, dua dusun Wadeng (Brak dan Petiyin) juga turut mempunyai lembaga pendidikan setingkat SD/MI, yakni :
- Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda (Brak)
- Madrasah Ibtidaiyah Muttabiul Huda (Petiyin).
Pelajar dari kedua sekolah tersebut hanya berasal dari dusun setempat.
Lembaga Pendidikan Negeri
[sunting | sunting sumber]Wadeng juga memiliki beberapa lembaga pendidikan yang dikelolah oleh pemerintah, di antaranya:
Tingkat Dasar
[sunting | sunting sumber]- Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Wadeng -> Sayangnya, sekolah ini kemudian ditutup.
- Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Wadeng
- Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Wadeng
Tingkat Menengah
[sunting | sunting sumber]- Sekolah Menengah Pertama (SMPN) 2 Sidayu
- Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN) 1 Sidayu
Pesantren
[sunting | sunting sumber]Wadeng sempat memiliki pesantren yang diasuh oleh K.H. Kholidi. Sebagian besar santri berasal dari Brebes, Jawa Tengah. Para santri juga menjalani sekolah formal di TPNH guna mengimbangi ilmu agamanya di pesantren. Namun, setelah wafatnya KH. Kholidi, kehidupan pesantren menjadi lebih sepi dan para santri balik ke Brebes. Selanjutnya hanya menyelenggaran sekolah tingkat dasar. Sekarang, Yayasan Pendidikan Al-Kholidiyah hanya menyelenggarakan beberapa unit pendidikan, di antaranya TK Islam, PAUD, TPQ, Madin (merupakan lembaga Diniyah Pertama di Desa Wadeng), dan sejak tahun 2007, telah berdiri Madrasah Ibtidaiyah Al-Kholidiyah. Disamping itu, juga ada PKBM Al- Kholidiyah yang menyelenggarakan pendidikan Kejar Paket A,B dan C, juga SMP Terbuka binaan SMPN 1 Panceng.
Penduduk
[sunting | sunting sumber]Penduduk Wadeng pertahun 2012 adalah 5.004 jiwa dengan perbandingan laki-laki 2.832 dan perempuan 1.039. Yang menjadikan penduduk Wadeng merupakan salah satu yang terbesar di Kecamatan Sidayu. Meskipun Sidayu masa lampau adalah sebuah kadipaten sebagai salah satu tempat pusat penyebaran islam serta tempat perdagangan sekaligus pelabuhan di mana tempat berkumpulnya suku bangsa yang ada di nusantara juga etnis dari warga penjajah belanda, warga penyebar islam arab, serta warga pedagang tionghoa minim, akan tetapi
Suku Bangsa
[sunting | sunting sumber]Suku Jawa adalah suku bangsa mayoritas di Wadeng. Dalam akhir dekade ini banyak juga warga pendatang dari wilayah lain yang tinggal di Wadeng.
Agama
[sunting | sunting sumber]Agama Islam adalah agama mayoritas penduduk Wadeng. Mengingat Sidayu sebagai induk dari desa Wadeng merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam awal di tanah Jawa.
Agama Islam dapat dikatakan sebagai agama tunggal di Wadeng. Hampir seratus persen penduduknya memeluk Agama Islam. Dan kebanyakan dari mereka hanya berafiliasi pada organisasi sosial keagamaan seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Demografi penyebaran Organisasi Keagamaan Di Wadeng: 90% Organisasi Nahdlatul Ulama, dan 10% Muhammadiyah.
Jumlah Bangunan Masjid dan Musholah di desa Wadeng sangat banyak, diantaranya :
- Masjid Darussalam Wadeng
- Masjid Al-Falah Wadeng
- Masjid Darul Muhlisin Dusun Petiyin
- Masjid Sabilul Muttaqin Dusun Brak
- Musholah At-Taubah Wadeng
- Musholah Darussalam Wadeng
- Musholah At-Taqwa Wadeng
- Musholah Al-Ikhlas Wadeng
- dst.
Bahasa
[sunting | sunting sumber]Wadeng memiliki dialek khas Gresik Utara yang hampir mirip dengan Bahasa Jawa Surabaya yang dikenal dengan Boso Suroboyoan meskipun sejatinya memiliki perbedaan yang mencolok. Di samping itu, setiap dusun yang ada di wilayah Desa Wadeng memiliki dialeknya masing-masing yang cukup terlihat, hal ini memungkinkan bahwa dahulu banyak para pendatang yang menetap dan membentuk
komunitas-komunitas yang sekarang telah melebur dan membawa sebagian pengaruh bahasa dari daerahnya dahulu. Dialek jawa suroboyoan dituturkan di daerah Surabaya dan sekitarnya, termasuk Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto. Serta memiliki pengaruh di bagian timur Provinsi Jawa Timur. Dan juga mengenal ragam tingkatan bahasa seperti Bahasa Jawa standar pada umumnya, meskipun ada banyak juga yang pandai dalam menggunakan unggah ungguh bahasa.
Kuliner
[sunting | sunting sumber]Makanan khas Wadeng adalah Sego Rawon, Sego Jagung Lodeh Ikan Asin, Sego Bebek,Tempe Penyet, Sego Bali Bandeng, Otak-otak Bandeng dan Kelo Bandeng. Selain itu ada pula camilan yang sangat khas di Wadeng yaitu Martabak khas Wadeng, Bonggolan (sejenis Cireng di Jawa Barat dan pempek di palembang), yang terbuat dari tepung dan ikan, serta ada pula Gimbal atau disebut juga dadar jagung atau bakwan jagung untuk daerah lain dan juga Kerupuk Tayamum atau kerupuk goreng pasir. Dan tentu tak lupa martabak khas ala Wadeng. Akan tetapi dari sekian banyak makanan tersebut yang paling terkenal adalah Kare Ayam. Tepatnya berada di dusun Brak. Kira-kira 10 meter dari SMPN 2 dan SMKN 1 Sidayu.
Pariwisata
[sunting | sunting sumber]Sejatinya tidak ada pariwisata di Wadeng. Namun, sering dengan ekspolitasi sumber daya alam, beberapa bekas galian membentuk danau buatan. Danau tersebut lebih dikenal dengan sebutan Bukit Panu.