Wanita di luar angkasa
Wanita dari banyak kewarganegaraan telah bekerja di luar angkasa. Wanita pertama di luar angkasa, antariksawati Uni Soviet Valentina Tereshkova, terbang pada 1963. Program-program penerbangan antariksa lambat untuk mempekerjakan wanita, dan baru mulai melibatkan mereka dari 1980an. Kebanyakan wanita di luar angkasa berkewarganegaraan Amerika Serikat, dengan misi-misi di pesawat ulang alik dan Stasiun Antariksa Internasional. Tiga negara mengadakan program antariksa aktif yang melibatkan wanita: Tiongkok, Rusia dan Amerika Serikat. Selain itu, sejumlah negara lain — Kanada, Prancis, India, Iran, Italis, Jepang, Korea Selatan, dan Britania Raya — pernah mengirim wanita ke orbit atau luar angkasa pada misi-misi Rusia atau AS.
Wanita di luar angkasa menghadapi tantangan serupa yang dialami oleh pria: kesulitan fisik yang dihadapi dalam kondisi non-Bumi dan tekanan psikologi dalam isolasi dan perpisahan. Kajian-kajian ilmiah terhadap amfibi betina dan mamalia non-manusia tak menunjukkan dampak khusus dari misi-misi antariksa jangka pendek, meskipun dampak perjalanan luar angkasa terhadap reproduksi manusia perempuan tak diketahui.
Pada tahun 2020 Roscosmos mengumumkan pemilihan Anna Kikina, satu-satunya kosmonot wanita Rusia untuk penerbangan luar angkasa ke ISS pada tahun 2022. Anna Kikina diterima di korps kosmonot Rusia pada tahun 2012.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Russia's only female cosmonaut expected to make spaceflight in autumn of 2022". TASS. 27 June 2020. Diakses tanggal 27 June 2020.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Women in Space Diarsipkan 2020-10-31 di Wayback Machine. from Telegraph Jobs
- 50 years of humans in space: European Women in Space (ESA)