Zainal Abidin II

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sultan Zainal Abidin II adalah Sultan ke 18 sekaligus Terakhir dari Kesultanan Berau. Beliau berkuasa selama 4 tahun (1800-1804) karena pada masa pemerintahannya yakni pada Menjelang abad ke-19 M, bibit perpecahan Kesultanan Berau mulai menguat. Pemimpin Kerajaan Berau yang berkuasa saat itu, yakni Sultan Zainal Abidin II (1800-1804) yang merupakan keturunan dari Aji Pangeran Dipati, menderita penyakit cacar yang cukup parah. Dampak dari penyakit itu membuat kondisi Sultan Zainal Abidin II menjadi cacat, yakni sang sultan tidak bisa lagi berbicara dengan lancar sehingga perkataannya tidak dapat dipahami oleh orang lain. Situasi ini menimbulkan wacana bahwa Sultan Zainal Abidin II dianggap sudah tidak layak lagi memimpin kerajaan dan harus segera diganti. Pada saat inilah terjadi kericuhan mengenai siapa yang menggantikan Sultan Zainal Abidin II, baik dari pihak keluarga Aji Pangeran Tua atau keturunan Aji Pangeran Dipati. Adik dari Sultan Zainal Abidin II yang bernama Gazi Mahyudin bersikukuh untuk menggantikan kakaknya. Di pihak lain, keturunan dari Aji Pangeran Tua yakni Raja Alam, juga merasa berhak memimpin Kerajaan Berau. Perselisihan ini membuat suasana menjadi semakin tegang dan mengakibatkan terjadinya insiden di beberapa tempat yang melibatkan keterlibatan antara pendukung kedua kubu. Jalan musyawarah pun tidak bisa lagi ditempuh karena setiap diadakan sidang untuk membicarakan masalah ini, pasti terjadi kejadian yang tidak akan terjadi usai. Sementara itu, konflik internal yang sedang melanda Kerajaan Berau rupanya dimanfaatkan oleh beberapa daerah taklukannya untuk mencoba lepas dari pendudukan Kerajaan Berau. Pada tahun 1800 M, Bulungan dan Tidung berhasil memisahkan diri dari Kerajaan Berau dan membentuk pemerintahan sendiri. Pertikaian saudara yang terjadi di lingkungan keluarga besar Kerajaan Berau pada akhirnya memang tidak mampu diselesaikan. Setelah melalui proses sidang yang berbelit-belit dan berlangsung panas, maka diputuskan bahwa Kerajaan Berau akan dibagi menjadi dua, masing-masing untuk kubu yang merasa berhak memimpin kerajaan. Pihak keluarga Aji Pangeran Dipati memperoleh wilayah di sebelah utara Sungai Berau, serta wilayah kiri dan kanan Sungai Segah. Kubu keturunan Aji Pangeran Dipati ini kemudian mendirikan Kesultanan Gunung Tabur yang dipimpin oleh Sultan Gazi Mahyudin.[1]

Zainal Abidin II
Berkuasa1800-1804
PenerusAji Kuning II
AyahMuhammad Badaruddin
  1. ^ https://borneohistory57.blogspot.com/2016/12/sejarah-kerajaan-berau.html?m=1