Lompat ke isi

Angkatan darat Romawi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Seorang prajurit mengenakan zirah lempeng, Museum Militer Nasional, Romania.

Angkatan Darat Romawi adalah salah satu kekuatan militer paling terkenal dalam sejarah, yang memainkan peran penting dalam pembentukan dan keberlanjutan Kekaisaran Romawi. Sepanjang sejarahnya yang panjang, dari masa Kerajaan Romawi (753–509 SM) hingga jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 M, struktur, taktik, persenjataan, dan fungsi Angkatan Darat Romawi berkembang secara signifikan.

Sejarah dan Perkembangan

[sunting | sunting sumber]

Periode Kerajaan (753–509 SM)

[sunting | sunting sumber]

Pada masa awal berdirinya Romawi, angkatan darat terdiri dari pasukan kecil yang diorganisir oleh suku-suku lokal. Awalnya, angkatan darat Romawi bersifat milisi, di mana setiap warga negara laki-laki yang memiliki tanah diwajibkan untuk bertugas sebagai prajurit. Pada masa ini, angkatan darat dipimpin langsung oleh raja dan berperan lebih dalam mempertahankan wilayah daripada melakukan ekspansi.

Formasi pasukan awal Romawi disebut sebagai phalanx, yang diadopsi dari bangsa Yunani. Taktik ini sangat bergantung pada formasi infanteri berat, di mana para prajurit berdiri dalam barisan yang rapat dan menggunakan tombak panjang serta perisai besar.

Periode Republik (509–27 SM)

[sunting | sunting sumber]

Selama periode Republik, angkatan darat mengalami restrukturisasi besar-besaran yang dikaitkan dengan reformasi Marcus Furius Camillus dan, lebih signifikan, Gaius Marius pada abad ke-2 SM. Pada masa ini, unit utama angkatan darat Romawi adalah legiun, sebuah formasi pasukan yang terdiri dari sekitar 4.500 hingga 6.000 prajurit.

Sebelum reformasi Marius, angkatan darat Romawi hanya terdiri dari warga negara Romawi yang mampu membeli perlengkapan perang mereka sendiri. Namun, setelah reformasi Marius pada 107 SM, warga yang lebih miskin diperbolehkan bergabung, dan peralatan militer mulai disediakan oleh negara. Reformasi ini mengubah angkatan darat Romawi dari milisi menjadi pasukan profesional yang siap bertugas sepanjang tahun.

Pada era ini, angkatan darat Romawi mulai memperluas kekuasaannya melalui berbagai penaklukan, termasuk Perang Punisia melawan Kartago, di mana angkatan darat memainkan peran penting dalam membangun kekuatan Romawi di Mediterania.

Periode Kekaisaran (27 SM–476 M)

[sunting | sunting sumber]

Ketika Augustus menjadi Kaisar Romawi pertama pada 27 SM, angkatan darat mengalami perubahan signifikan untuk memenuhi kebutuhan Kekaisaran. Legiun-legiun menjadi pasukan tetap yang ditempatkan di provinsi-provinsi dan perbatasan Kekaisaran. Masing-masing legiun dipimpin oleh seorang legatus, dan terdiri dari berbagai unit seperti infanteri berat, kavaleri, serta satuan pendukung lainnya.

Pada masa ini, legiun dilengkapi dengan berbagai jenis senjata, seperti pedang pendek (gladius), tombak lempar (pilum), serta perisai besar (scutum). Selain itu, setiap legiun juga memiliki insinyur militer yang bertugas membangun jembatan, benteng, dan infrastruktur lainnya.

Angkatan darat Kekaisaran juga menggunakan pasukan tambahan yang dikenal sebagai auxilia, yang terdiri dari non-warga negara Romawi yang menyediakan kavaleri, pemanah, dan unit spesialis lainnya. Setelah 25 tahun bertugas di auxilia, seorang prajurit diberikan kewarganegaraan Romawi.

Periode Akhir Kekaisaran (284–476 M)

[sunting | sunting sumber]

Pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus dan Konstantinus I, angkatan darat Romawi mengalami perubahan besar lagi dalam struktur dan fungsi. Pasukan dibagi menjadi dua kelompok utama: comitatenses (pasukan lapangan bergerak) dan limitanei (pasukan perbatasan yang tetap). Pasukan lapangan ini lebih mobile dan digunakan untuk menghadapi ancaman internal dan eksternal, sementara limitanei mempertahankan benteng-benteng di sepanjang perbatasan Kekaisaran.

Pada abad ke-4 dan ke-5, Romawi menghadapi ancaman besar dari bangsa-bangsa Jermanik, Hun, dan berbagai suku barbar lainnya. Kelemahan internal, termasuk korupsi, perselisihan politik, dan penurunan disiplin dalam angkatan darat, turut berkontribusi pada runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 M.

Struktur dan Organisasi

[sunting | sunting sumber]

Legiun adalah tulang punggung Angkatan Darat Romawi, yang terdiri dari 4.000 hingga 6.000 prajurit. Setiap legiun dibagi menjadi beberapa unit yang lebih kecil yang disebut cohortes, di mana setiap cohort terdiri dari sekitar 480 prajurit. Setiap cohort dibagi lagi menjadi centuriae yang dipimpin oleh centurion, seorang perwira yang terkenal karena keberanian dan kemampuannya dalam pertempuran.

Dalam setiap legiun, terdapat berbagai peran dan spesialisasi, seperti insinyur, tenaga medis, dan unit dukungan lainnya.

Auxilia adalah pasukan tambahan yang berfungsi sebagai pelengkap bagi legiun. Mereka direkrut dari wilayah-wilayah taklukan Romawi dan terdiri dari non-warga negara. Unit-unit auxilia terkenal karena keahlian mereka dalam kavaleri, pemanah, dan pertempuran jarak jauh. Setelah bertugas selama 25 tahun, prajurit auxilia diberikan kewarganegaraan Romawi.

Meskipun infanteri adalah komponen utama angkatan darat Romawi, kavaleri juga memainkan peran penting dalam operasi militer. Kavaleri Romawi biasanya ditempatkan di sayap pasukan utama selama pertempuran untuk melindungi infanteri dan mengejar musuh yang mundur. Kavaleri sering kali direkrut dari suku-suku yang memiliki tradisi berkuda yang kuat, seperti Numidia dan Galia.

Perwira dan Komando

[sunting | sunting sumber]

Pimpinan tertinggi dalam angkatan darat Romawi adalah Kaisar, yang secara de jure memegang kendali penuh atas seluruh kekuatan militer. Di bawah Kaisar, legatus memimpin legiun, dibantu oleh berbagai perwira seperti tribunus laticlavius dan praefectus castrorum yang mengatur urusan logistik dan administrasi.

Setiap centuriae dipimpin oleh centurion, yang dikenal sebagai perwira yang sangat berpengaruh di lapangan, dengan tanggung jawab langsung atas disiplin dan pelatihan prajuritnya.

Persenjataan dan Perlengkapan

[sunting | sunting sumber]

Gladius adalah pedang pendek yang menjadi simbol prajurit Romawi. Pedang ini digunakan untuk serangan jarak dekat, terutama dalam formasi rapat.

Pilum adalah tombak lempar yang dirancang untuk menembus perisai musuh. Senjata ini digunakan untuk mengganggu formasi musuh sebelum infanteri Romawi menyerang.

Scutum adalah perisai besar berbentuk persegi panjang yang digunakan oleh infanteri Romawi. Perisai ini memberikan perlindungan yang sangat baik dalam formasi testudo, di mana prajurit saling menutupi dengan perisai mereka untuk menciptakan benteng bergerak.

Taktik dan Strategi

[sunting | sunting sumber]

Angkatan darat Romawi terkenal karena kemampuan mereka untuk menyesuaikan taktik dengan situasi medan perang. Formasi testudo digunakan untuk perlindungan terhadap serangan proyektil, sementara maniple memungkinkan fleksibilitas dalam pertempuran.

Romawi juga sangat mengandalkan rekayasa militer. Mereka membangun benteng-benteng, jalan, dan infrastruktur lainnya untuk mendukung operasi militer mereka. Selain itu, Romawi sering menggunakan strategi pengepungan yang canggih, seperti dalam pengepungan Alesia, di mana Julius Caesar mengalahkan pasukan Galia.