Lompat ke isi

Bajangrejo, Banyuurip, Purworejo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bajangrejo
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenPurworejo
KecamatanBanyuurip
Kode pos
54171
Kode Kemendagri33.06.07.2003 Edit nilai pada Wikidata
Luas-
Jumlah penduduk624 jiwa
Kepadatan-
Peta
PetaKoordinat: 7°46′41″S 109°57′37″E / 7.77806°S 109.96028°E / -7.77806; 109.96028

Bajangrejo adalah desa di kecamatan Banyuurip, Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia.

Desa Bajangrejo dipimpin seorang kepala desa bernama Wagiran, dan desa bajangrejo terbagi menjadi beberapa dukuh (dusun) yang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Dusun (bayan), meliputi:

  • Trukan dipimpin kadus Rohmat
  • Krajan dipimpin kadus Margono
  • Kepeksari dipimpin kadus
  • Semayaan dipimpin kadus
  • Onggowangsan dipimpin kadus

Berdasarkan sejarah yang berkembang, masyarakat desa Bajangrejo yang ada sekarang sebagain besar adalah keturunan dari Bapak Kerto Muhammad yang dipercaya sebagai cikal bakal masyarakat Bajangrejo. Beliau memiliki lima putra yang tinggal di desa Bajangrejo dan seorang putra yang tinggal di Ponorogo. Lima putra Beliau yang tinggal di Bajangrejo yang kemudian menurunkan sebagaian masyarakat desa Bajangrejo sekarang adalah Bapak Achmad Karnawi, Bapak Achmad Sariyo, Bapak Achmad Salikin, Bapak Achmad Senawi (Kasan Pawiro) dan Bapak Achmad Sarpan sedangkan yang tinggal di Ponorog adalah Bapak Imam Murodji.

Masyarakat desa Bajangrejo sebagian besar hidup sebagai petani dengan hasil utamanya adalah padi. Namun orang-orang Bajangrejo yang sudah lulus sekolah sebagian besar lebih memilih mencari kerja ke luar dari Jawa Tengah.

Sebagian dari orang-orang Bajangrejo yang merantau bekerja sebagai anggota Polri, TNI, pejabat pemerintahan maupun buruh pabrik. dan beberapa anak desa bajangrejo kembali ke desa dan membangun desa dan kota kelahiran salah satunya adalah Bpk H. Marsaid, SH. Msi yang pernah menjabat sebagai Bupati di Purworejo periode 2000 - 2005.

Dalam kehidupan sosial, warga di desa Bajangrejo mempunyai semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan tanpa memandang status dan jabatan.

Sebagian besar warga desa bajangrejo beragama Islam, tetapi demikian sesama umat beragama tercipta kerukunan yang sangat harmonis tanpa membeda-bedakan.

Suatu hal yang sangat menarik dan menjadi sarana untuk lebih mempererat silaturahim antara penduduk dan para perantau adalah pada waktu hari raya Idul Fitri. Dimana seluruh masyarakat yang tinggal di desa maupun perantau bertemu dan saling berbagi informasi.

Desa Bajangrejo mempunyai sebuah seni kesenian tradisional yang sudah berlangsung dari turun temurun, yaitu kesenian Kuda Lumping. Dukuh Kepeksari dan dukuh Onggowangsan sampai saat ini masih mempertahankan budaya tradisional kuda lumping.