Bali Beach Hotel
Bali Beach Hotel | |
---|---|
Informasi umum | |
Lokasi | Bali, Indonesia |
Alamat | Jl. Hang Tuah, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Denpasar |
Koordinat | 8°40′39″S 115°15′50″E / 8.67745°S 115.26385°E |
Pembukaan | 1 November 1966[1] |
Pemilik | Wijaya Karya Realty[2] |
Manajemen | Injourney Hospitality |
Data teknis | |
Jumlah lantai | 10 |
Desain dan konstruksi | |
Arsitek | Rusdi Hatamarrasjid Hatmadi Team 4 (1993) Yolodi+Maria Architects (2024) |
Pengembang | PP Construction & Investment Nindya Karya (2024) |
Informasi lain | |
Jumlah kamar | 457 |
Jumlah rumah makan | 3 |
Situs web | |
balibeachsanur |
Bali Beach Hotel adalah sebuah hotel mewah yang terletak di tepi Pantai Sanur, Bali. Hotel yang dibuka pada tahun 1966 ini mencetak sejarah sebagai hotel berbintang 5 pertama yang didirikan di Bali.[3] Saat ini, Bali Beach Hotel dimiliki oleh Wijaya Karya Realty dan dikelola oleh Injourney Hospitality, masing-masing merupakan anak badan usaha milik negara Indonesia.[2]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pembangunan Bali Beach Hotel merupakan salah satu perwujudan rencana Presiden Soekarno untuk mengembangkan citra Indonesia sebagai destinasi pariwisata. Pada akhir tahun 1950-an, Soekarno berhasil melobi Pemerintah Jepang untuk membayar dana pampasan perang sejumlah US$223 juta, membatalkan utang niaga Indonesia seharga US$177 juta, dan memberikan bantuan ekonomi sebanyak US$400 juta. Dana tersebut digunakan untuk mendanai pembangunan empat hotel mewah, yakni Bali Beach Hotel, Hotel Indonesia, Hotel Samudra Beach, dan Ambarrukmo Palace Hotel.[4]
Pada tanggal 21 November 1961, Soekarno secara resmi menyetujui rencana pembangunan hotel di tepi Pantai Sanur yang diajukan oleh Pembangunan Perumahan (PP), meskipun beliau agak segan dengan desain gedung yang bergaya internasional, sehingga dianggap tidak mencerminkan budaya Indonesia. Pembangunan hotel dimulai pada tahun 1962 dan selesai pada tahun 1966. Hotel diresmikan oleh Menteri Pariwisata Hamengkubuwana IX pada tanggal 1 November 1966 dalam upacara yang dihadiri oleh 100 tamu undangan asing, termasuk 40 wartawan. Awalnya, pemerintah Indonesia menekan perjanjian pengelolaan dengan Inter-Continental Hotels & Resorts untuk mengelola hotel dengan nama Bali Beach Inter-Continental. Kepemilikan hotel berada di tangan PT Hotel Indonesia International (HII), sebuah badan usaha milik negara Indonesia.[1]
Hotel ini awalnya dirancang dengan kapasitas kamar sebanyak 307, meskipun kurang dari setengah jumlah tersebut yang siap untuk dihuni saat hotel diresmikan. Jumlah kamar bertambah menjadi 515 pada tahun 1974 dengan penambahan sayap baru di sebelah selatan hotel yang dibangun untuk menyambut pagelaran Pacific Area Travel Association (PATA) 1974. Pada tahun 1979, Bali Beach Inter-Continental bergabung dengan Bali Seaside Cottage, sebuah sanggraloka milik HII berbentuk pondok yang terletak di sebelah selatan pekarangan hotel. Inter-Continental mengakhiri kontrak pengelolaan hotel ini pada tahun 1983, sehingga hotel ini selanjutnya bersalin nama menjadi Bali Beach Hotel.[1]
Pada tanggal 20 Januari 1993, Bali Beach Hotel mengalami kebakaran yang menghanguskan hampir keseluruhan kamar di gedung lama. Kebakaran yang berasal dari kantor maskapai Qantas tersebut menyebabkan kerugian mencapai Rp60 miliar, belum termasuk kehilangan potensi omzet Rp28 miliar. Setelah 9 bulan masa renovasi yang diawasi oleh PP, hotel dibuka kembali dengan nama Grand Bali Beach Hotel pada tanggal 4 Oktober 1993. Proses renovasi dilansir memakan biaya Rp82 miliar.[1]
Pasca penggabungan HII dengan PT Natour pada tahun 1999 untuk membentuk PT Hotel Indonesia Natour (HIN), hotel ini sempat bersalin nama dua kali, pertama menjadi Inna Grand Bali Beach, kemudian Grand Inna Bali Beach sekitar tahun 2017. Pada tanggal 29 Juni 2018, HIN mengumumkan perombakan besar-besaran untuk merevitalisasi hotel yang saat itu sudah mulai pudar pamornya. Sebagai bagian dari renovasi, Pemerintah Indonesia juga akan membangun fasilitas-fasilitas pendukung seperti gedung pertemuan dan rumah sakit untuk membentuk sebuah kawasan terpadu bernama Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur. Hotel ditutup untuk renovasi pada tanggal 1 Agustus 2022 dan dibuka kembali dengan nama lamanya, Bali Beach Hotel, pada tanggal 2 April 2024.[5]
Arsitektur
[sunting | sunting sumber]Gedung Bali Beach Hotel mengusung perpaduan Gaya Internasional dan Jawa Kuno. Salah satu ciri khas hotel ini adalah sebuah relief hasil pahatan Gregorius Sidharta yang hingga sekarang masih dipertahankan. Relief tersebut menggambarkan kehidupan masyarakat Bali.[6] Renovasi yang dilakukan setelah insiden kebakaran 1993 menambahkan polesan interior dengan nuansa lebih tradisional, namun polesan ini disingirkan saat renovasi pada tahun 2024 untuk mengembalikan gaya internasional sebagaimana visi hotel saat pertama kali dibangun.[1] Gedung utama Bali Beach Hotel yang berlantai 10 merupakan sebuah anomali di Bali, di mana terdapat peraturan pembatasan tinggi gedung yang dikeluarkan oleh Pemerintah Bali pada tahun 1971. Dikarenakan hotel sudah ada jauh sebelum peraturan tersebut dikeluarkan, terdapat pengecualian atas hal ini.[4]
Fasilitas
[sunting | sunting sumber]Sejak dibuka kembali pasca renovasi pada tahun 2024, Bali Beach Hotel saat ini dipasarkan menjadi dua hotel berbeda, yakni Bali Beach Hotel dan The Meru Sanur. Bali Beach Hotel menempati gedung lama berlantai 10 yang dibangun pada tahun 1966 dan memiliki jumlah kamar sebanyak 273 yang tersebar menjadi 8 tipe, termasuk kamar biasa dan suite. Sementara itu, The Meru Sanur merupakan "hotel di dalam hotel" dan menempati bekas perluasan hotel tahun 1974. Seluruh 184 kamar yang ada di gedung berlantai 3 ini bertipe suite, dengan 5 tipe berbeda.[7]
Bali Beach Hotel menyediakan fasilitas pendukung berupa rumah makan (Arunika Restaurant, Roso Restaurant, Sutasoma Lounge), spa, pusat kebugaran, kolam renang, taman bermain anak-anak, dan sejumlah ruang pertemuan untuk MICE, termasuk gedung Bali Beach Convention dengan luas 3.750 m2 yang mampu menampung 5.000 orang.[8]
Kamar sakral
[sunting | sunting sumber]Bali Beach Hotel dikenal dalam budaya populer karena memiliki dua kamar yang dianggap sakral, yakni Kamar 327 di gedung utama dan Kamar 2401 di bekas Bali Seaside Cottage. Kamar 327 konon diperuntukkan untuk Presiden Soekarno bersemadi (meskipun beliau tidak pernah mengunjungi hotel ini), dan merupakan satu-satunya kamar di gedung lama yang selamat dari kebakaran tahun 1993. Sementara itu, Kamar 2401 didekasikan untuk Kanjeng Ratu Kidul sejak pertama kali dibangun. Sebelum renovasi tahun 2024, hotel tidak menyewakan kedua kamar ini untuk umum, namun tamu diperbolehkan untuk mengunjungi mereka demi keperluan sembahyang, dan pegawai hotel rutin membersihkan dan mengganti sesajen di kedua kamar.[6] Pasca renovasi, Kamar 327 saat ini disewakan untuk umum.[9]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e "Bali Beach Hotel". Setiap Gedung Punya Cerita. 25 Desember 2018. Diakses tanggal 1 Agustus 2024.
- ^ a b "Wika Realty Mulai Terima Pengalihan Aset Hotel BUMN Rp 3,2 T". CNBC Indonesia. 23 Agustus 2021. Diakses tanggal 1 Agustus 2024.
- ^ "Grand Inna Bali Beach, Hotel Bintang 5 Pertama dan Tertua di Pulau Dewata". Kintamani. 31 Desember 2019. Diakses tanggal 1 Agustus 2024.
- ^ a b "Sejarah Bali Beach Hotel, Hotel Tertinggi di Bali". IDN Times. 3 Februari 2022. Diakses tanggal 1 Agustus 2024.
- ^ "KEK Kesehatan Sanur Dilengkapi Dua Akomodasi Mewah, Siap Beroperasi pada Juni 2024". Bali Bisnis. 2 April 2024. Diakses tanggal 1 Agustus 2024.
- ^ a b "Hotel Bali Beach, Karunia Bung Karno untuk Sanur". Sarasvati. 6 September 2017. Diakses tanggal 1 Agustus 2024.
- ^ "Revealing the New Bali Beach Hotel and The Meru, Sanur". NOW! Bali. 19 April 2024. Diakses tanggal 1 Agustus 2024.
- ^ "Terbesar di Indonesia, Bali Beach Convention Center – Sanur Diresmikan". My Home Magazine. 1 Februari 2024. Diakses tanggal 1 Agustus 2024.
- ^ "Kamar Bung Karno di Grand Inna Bali Beach Direnovasi, Disewakan Kemudian". Detik Travel. 31 Januari 2024. Diakses tanggal 28 September 2024.