Batara-Batari dalam pewayangan
Batara-Batari (Dewa-Dewi) dalam pewayangan merupakan Dewa-Dewi yang muncul dalam mitologi agama Hindu di India, dan diadaptasi oleh budaya Jawa. Dewa dalam budaya Jawa disebut sebagai Batara (pria) atau Batari (perempuan).
Pertama munculnya Hyang Nur Cahya, bertempat tinggal di puncak gunung Mahameru. Hyang Nur Cahya menurunkan Nurasa, lalu menurunkan Hyang Wenang, lalu Hyang Tunggal dan berikutnya terciptalah dewata.
Genealogi Batara awal
[sunting | sunting sumber]- Sang Hyang Nurcahya
- Sang Hyang Nurrasa
- Sang Hyang Wenang
- Sang Hyang Tunggal & Dewi Wardani
- Sang Hyang Parang
Batara generasi awal
[sunting | sunting sumber]Generasi awal ini terlahir dari bagian telur. Menurut R.A. Kosasih, urutannya dimulai dari Antaga, Ismaya, Manikmaya. Hanya kepada Manikmayalah Keturunan berikutnya di teruskan.
- Sang Hyang Antaga, berasal dari kulit telur. Merasa dirinya lebih penting dari ketiganya, dia beradu ilmu dan sempat kalah. Tidak terima kekalahannya, dia menantang saudaranya beradu ilmu terakhir yaitu menelan gunung tetapi dia gagal dan berakibat dirinya seperti sekarang. Antaga kemudian diberikan nama Togog. Diberikan tugas untuk berada di sisi kejahatan dan mengayomi Kurawa.
- Sang Hyang Ismaya, berasal dari putih telur yang nantinya akan menjadi Semar. Dia beradu ilmu dengan Antaga karena Togog atau Antaga yang bersifat sombong. Maka Semar dapat mengalahkan Togog atau Antaga ketika sayembara menelan gunung sehingga perutnya membesar seperti bentuknya sekarang. Dan tugas Semar yakni mengayomi Pandawa.
- Sang Hyang Manikmaya, berasal dari kuning telur. Yang menjadi pemimpin dan bapak para batara-batara selanjutnya. Gelarnya banyak salah satunya batara Guru.
Walaupun dalam kehidupan nantinya mereka akan berpisah dan mengabdi pada orang yang berbeda, tetapi mereka memiliki satu tugas penting yaitu menjaga keseimbangan dunia. Pada masa depan akan banyak muncul ketidakseimbangan dunia seperti ulah Rahwana hingga perang Mahabaratha, tetapi semua itu adalah sebuah proses keseimbangan dunia yang sudah diatur.
Batara generasi selanjutnya
[sunting | sunting sumber]Keturunan Batara Guru dengan Dewi Uma
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Slamet Muljana, 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhrathara