Bongkel adalah alat musik yang berasal dari wilayah Banyumasan. Bongkel merupakan instrumen musik bambu yang merupakan hasil karya dari masyarakat pedesaan agraris di wilayah Banyumasan. Pada mulanya alat musik ini sangat populer dikalangan petani hutan dan lahan kering karena para petani pada zaman dimana lingkungan hutan masih rimba dan binatang hunianya sebagai ancaman bagi para petani. Bunyian dari alat musik Bongkel inilah para petani menjadikannya sebagai alat musik binatang perusak tanaman maupun binatang dan hama pemangsa lainnya. Alat musik Bongkel mulanya terinspirasi dari alat pertanian yang lain yaitu panja kenclung sebuah alat untuk melubangi tanah yang akan menjadi media benih padi atau palawija di musim lahan kering. Dari panja kenclung inilah kemudian timbul kreasi petani untuk membuat Bongkel atau penghalang binatang. Bongkel berasal dari kata bong dan kel , bong untuk penyebutan nada rendah dan kel untuk nada tinggi pada rangkaian bambu kenclung tersebut. Dari Bongkel ini kemudian menjadi angklung . Bentuk Bongkel ini Sama dengan angklung . Kalau Bongkel empat nada di rangkai menjadi satu , namun cara memainkannya sama yaitu di gerakkan / digerakkan bersama.[1][2]