Lompat ke isi

Kalimantan (wilayah Indonesia)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Borneo Belanda)
Kalimantan
Wilayah
Negara  Indonesia
Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Ibu Kota Nusantara
Kota Pontianak, Singkawang, Palangka Raya, Banjarbaru, Banjarmasin, Balikpapan, Bontang, Samarinda, Tarakan
Titik tertinggi Bukit Raya
 - lokasi Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya
 - elevasi 2.278 m (7.474 ft)
Area 544,150 km2 (210 sq mi)
Population 14.944.742 (2014)
Zona waktu WIB, WITA
ISO 3166-2 ID-KA
Pelat kendaraan DA[1]
KB
KH
KT
KU

Kalimantan adalah sebuah wilayah di Pulau Kalimantan di bawah administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah Kalimantan berbatasan dengan Sabah dan Sarawak di bagian utara, sedangkan di bagian barat berbatasan dengan Selat Karimata, di bagian selatan berbatasan dengan Laut Jawa, dan di sebelah timur berbatasan dengan Selat Makassar, dan Laut Sulawesi. Sebelum pemekaran pada tahun 1957 wilayah ini merupakan sebuah wilayah administratif/provinsi yang beribu kota di Banjarmasin.

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Pada zaman kerajaan dan Hindia Belanda, "Kalimantan" dapat merujuk kepada keseluruhan pulau yang dikenal sebagai Borneo yang meliputi Sabah, Sarawak, Brunei, dan wilayah Kalimantan Hindia-Belanda. Dalam surat-surat Pangeran Tamjidillah dari Kerajaan Banjar kepada Residen Belanda di Banjarmasin pada tahun 1857, ia menyebut nama "Pulau Kalimantan", bukan dengan sebutan "Pulau Borneo". Ini menunjukkan bahwa di kalangan penduduk setempat, nama "Kalimantan" lebih umum digunakan daripada nama "Borneo" yang digunakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Dengan kedatangan Inggris di Kalimantan, Inggris memisahkan Sabah, Sarawak, dan Brunei dari Kalimantan. Ketika Sabah dan Sarawak dimasukkan ke dalam wilayah Malaysia, keseluruhan pulau mulai dikenal sebagai Borneo. Sampai saat ini Pulau Kalimantan secara luas lebih dikenal sebagai "Borneo" daripada "Kalimantan", dan kata "Kalimantan" sendiri lebih umum diartikan merujuk pada wilayah di "Pulau Borneo" yang dimiliki oleh Indonesia. Namun hal ini tidak berlaku di Indonesia, di mana istilah "Kalimantan" merujuk baik kepada keseluruhan pulau maupun khusus pada wilayah Indonesia.

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Asal usul nama Kalimantan tidak begitu jelas. Sebutan kelamantan digunakan di Sarawak untuk menyebut kelompok penduduk yang mengonsumsi sagu di wilayah utara pulau ini.[2] Menurut Crowfurd, kata Kalimantan adalah nama sejenis mangga (Mangifera) sehingga pulau Kalimantan adalah pulau mangga, namun dia menambahkan bahwa kata itu berbau dongeng dan tidak populer.[3] Mangga lokal yang disebut klemantan ini sampai sekarang banyak terdapat di perdesaan di daerah Ketapang dan sekitarnya, Kalimantan Barat.

Menurut C. Hose dan Mac Dougall, "Kalimantan" berasal dari nama-nama enam golongan suku-suku setempat yakni Iban (Dayak Laut), Kayan, Kenyah, Klemantan (Dayak Darat), Murut, dan Punan. Dalam karangannya, Natural Man, a Record from Borneo (1926), Hose menjelaskan bahwa Klemantan adalah nama baru yang digunakan oleh bangsa Melayu. Namun menurut Slamet Muljana, kata Kalimantan bukan kata Melayu asli tapi kata pinjaman sebagai halnya kata Malaya, melayu yang berasal dari India (malaya yang berarti gunung).

Pendapat yang lain menyebutkan bahwa Kalimantan atau Klemantan berasal dari bahasa Sanskerta, Kalamanthana yaitu pulau yang udaranya sangat panas atau membakar (kal[a]: musim, waktu dan manthan[a]: membakar). Karena vokal a pada kala dan manthana menurut kebiasaan tidak diucapkan, maka Kalamanthana diucap Kalmantan yang kemudian disebut penduduk asli Klemantan atau Quallamontan yang akhirnya diturunkan menjadi Kalimantan.[4] Terdapat tiga kerajaan besar (induk) di pulau ini yaitu Borneo (Brunei/Barune), Succadana (Tanjungpura/Bakulapura), dan Banjarmasin (Bumi/Nusa Kencana). Penduduk kawasan timur pulau ini menyebutnya Pulu K'lemantan,[5][6][7] orang Italia mengenalnya Calemantan dan orang Ukraina: Калімантан.

Jika ditilik dari bahasa Jawa, nama Kalimantan dapat berarti "Sungai Intan".[8][9][10]

Sebuah sungai di Kalsel dan transportasi airnya

Sepanjang sejarahnya, Kalimantan juga dikenal dengan nama-nama yang lain. Kerajaan Singasari, misalnya, menyebutnya "Bakulapura" yaitu jajahannya yang berada di barat daya Kalimantan. Bakula dalam bahasa Sanskerta artinya pohon tanjung (Mimusops elengi) sehingga Bakulapura mendapat nama Melayu menjadi "Tanjungpura" artinya negeri/pulau pohon tanjung yaitu nama kerajaan Tanjungpura yang sering dipakai sebagai nama pulaunya. Sementara Kerajaan Majapahit di dalam Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 menyebutnya "Tanjungnagara" yang juga mencakup pula Filipina seperti Saludung (Manila) dan Kepulauan Sulu.

Hikayat Banjar, sebuah kronik kuno dari Kalimantan Selatan yang bab terakhirnya ditulis pada tahun 1663, tetapi naskah Hikayat Banjar ini sendiri berasal dari naskah dengan teks bahasa Melayu yang lebih kuno pada masa kerajaan Hindu, di dalamnya menyebut Pulau Kalimantan dengan nama Melayu yaitu pulau "Hujung Tanah". Sebutan Hujung Tanah ini muncul berdasarkan bentuk geomorfologi wilayah Kalimantan Selatan pada zaman dahulu kala yang berbentuk sebuah semenanjung yang terbentuk dari deretan Pegunungan Meratus dengan daratan yang berujung di Tanjung Selatan yang menjorok ke Laut Jawa. Keadaan ini identik dengan bentuk bagian ujung dari Semenanjung Malaka yaitu Negeri Johor yang sering disebut "Ujung Tanah" dalam naskah-naskah Kuno Melayu. Semenanjung Hujung Tanah inilah yang bersetentangan dengan wilayah Majapahit di Jawa Timur sehingga kemudian mendapat nama Tanjungnagara artinya pulau yang berbentuk tanjung/semenanjung.

Sebutan "Nusa Kencana" adalah sebutan pulau Kalimantan dalam naskah-naskah Jawa Kuno seperti dalam Ramalan Prabu Jayabaya dari masa kerajaan Kadiri (Panjalu), tentang akan dikuasainya Tanah Jawa oleh bangsa Jepang yang datang dari arah Nusa Kencana (Bumi Kencana).Memang terbukti sebelum menyeberang ke Jawa, tentara Jepang terlebih dahulu menguasai ibu kota Kalimantan saat itu yaitu Banjarmasin. Nusa Kencana sering pula digambarkan sebagai Tanah Sabrang yaitu sebagai perwujudan Negeri Alengka yang primitif tempat tinggal para raksasa di seberang Tanah Jawa. Di Tanah Sabrang inilah terdapat Tanah Dayak yang disebutkan dalam Serat Maha Parwa.

Sebutan-sebutan yang lain antara lain: "Pulau Banjar",[11][12] Raden Paku (kelak dikenal sebagai Sunan Giri) diriwayatkan pernah menyebarkan Islam ke Pulau Banjar, demikian pula sebutan oleh orang Gowa, Selaparang (Lombok), Sumbawa dan Bima karena kerajaan-kerajaan ini memiliki hubungan bilateral dengan Kesultanan Banjar; "Jawa Besar" sebutan dari Marco Polo penjelajah dari Italia[13] atau dalam bahasa Arab;[14] dan "Jaba Daje" artinya "Jawa di Utara (dari pulau Madura) sebutan suku Madura terhadap pulau Kalimantan baru pada abad ke-20.

Pembagian wilayah

[sunting | sunting sumber]

Wilayah Kalimantan dibagi menjadi 5 buah wilayah atau provinsi:

Provinsi di Kalimantan
Provinsi Luas (km2) Total populasi (Sensus tahun 2000) Total populasi (Sensus tahun 2010) Total populasi (Sensus tahun 2020)[15] Ibu kota provinsi
Kalimantan Barat 147.307,00 4.016.353 4.397.162 4.317.400 Pontianak
Kalimantan Tengah 153.564,50 1.801.965 2.181.002 5.320.100 Palangkaraya
Kalimantan Selatan 38.744,23 2.984.026 3.589.731 5.325.600 Banjarbaru
Kalimantan Timur 204.534,34 2.451.895 3.536.503 5.414.400 Samarinda
Kalimantan Utara 71.176,72 473.424 2.670.000 Tanjung Selor
Total 615.326,79 11.254.239 13.704.398 23.047.500
Mengulur naga dalam pesta adat Erau, upacara adat suku Kutai.
Karakter naga dalam budaya Banjar.

Suku asli Kalimantan biasanya menamakan dirinya BAKUDAPATI yang merupakan akronim dari Banjar, Kutai, Dayak, Paser, dan Tidung.[16][17] Sebagian keturunan suku Banjar dan suku Dayak di Kalimantan Barat ada menyebut dirinya sebagai Suku Melayu.[18] Suku Melayu juga sering dianggap sebagai suku asli Kalimantan.[19] Pada sensus BPS tahun 2010, suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu, suku Dayak Indonesia (268 subsuku bangsa), suku Melayu dan suku asal Kalimantan lainnya (non Dayak dan non Melayu).[20]

Suku Melayu menempati wilayah Kalimantan Barat, terutama kawasan pesisir. Suku Banjar menempati Kalimantan Selatan dan menyebar hingga Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Suku Bugis terdapat di daerah pesisir pantai Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Di kawasan pesisir Kalimantan Timur juga ditempati Suku Kutai, Berau, Paser, Tidung dan Bulungan. Suku Dayak menempati daerah pedalaman Kalimantan. Orang Tionghoa banyak bermukim di Kalimantan Barat terutama kawasan perkotaan seperti Singkawang dan Pontianak.

Program kolonisasi pada masa Hindia Belanda dan Program transmigrasi sejak masa Orde Baru juga berpengaruh besar terhadap demografi Kalimantan. Suku transmigran yang terdapat di Kalimantan yaitu Suku Jawa, Sunda, Banten, Madura, Sunda, Bali, Sasak (Lombok), Flores dan Adonara.

Memang beberapa kota di pulau Kalimantan diduduki secara politis oleh mayoritas suku-suku pendatang seperti Tionghoa-Hakka (Singkawang), suku Jawa (Balikpapan, Samarinda), Bugis (Balikpapan, Samarinda, Pagatan, Nunukan, Tawau) dan sebagainya. Suku-suku imigran tersebut berusaha memasukkan unsur budayanya dengan alasan tertentu, padahal mereka tidak memiliki wilayah adat dan tidak diakui sebagai suku asli Kalimantan, walaupun keberadaannya telah lama datang menyeberang ke pulau ini. Suku Bugis merupakan suku imigran pertama menetap, ber-inkorporasi dan memiliki hubungan historis dengan kerajaan-kerajaan Melayu (baca: kerajaan Islam) di Kalimantan. Beberapa waktu yang lalu suku Bugis, mengangkat seorang panglima adat untuk pulau Nunukan yang menimbulkan reaksi oleh lembaga adat suku-suku asli. Tari Rindang Kemantis adalah gabungan tarian yang mengambil unsur seni beberapa etnis di Balikpapan seperti Banjar, Dayak, Bugis, Jawa, Padang dan Sunda[21] dianggap kurang mencerminkan budaya lokal sehingga menimbulkan protes lembaga adat suku-suku lokal.[22][23] Di Balikpapan pembentukan Brigade Lagaligo[24] sebuah organisasi kemasyarakatan warga perantuan asal Sulawesi Selatan dianggap provokasi dan ditentang ormas suku lokal.[25][26][27][28][29][30] Kota Sampit pernah dianggap sebagai Sampang ke-2. Wali kota Singkawang yang berasal dari suku Tionghoa membangun di pusat kota Singkawang sebuah patung liong yaitu naga khas budaya Tionghoa yang lazim ditaruh atau disembahyangi di kelenteng. Pembangunan patung naga ini merupakan simbolisasi hegemoni politik ECI Etnis Tionghoa Indonesia dengan mengabaikan keberadaan etnis pribumi di Singkawang sehingga menimbulkan protes oleh kelompok Front Pembela Islam, Front Pembela Melayu dan aliansi LSM. Penguatan dominasi politik ECI merupakan upaya revitalisasi negara Lan Fang[31] yang tentu saja akan ditolak oleh suku-suku bukan ECI,[32] namun di lain pihak, suku Dayak mendukung keberadaan patung naga tersebut.[33] Dalam budaya Kalimantan karakter naga biasanya disandingkan dengan karakter enggang gading, yang melambangkan keharmonisan dwitunggal semesta yaitu dunia atas dan dunia bawah. Seorang tokoh suku imigran telah membuat tulisan yang menyinggung etnis Melayu.[34]

Walaupun demikian sebagian budaya suku-suku Kalimantan merupakan hasil adaptasi, akulturasi, asimilasi, amalgamasi, dan inkorporasi unsur-unsur budaya dari luar misalnya sarung Samarinda, sarung Pagatan, wayang kulit Banjar, benang bintik (batik Dayak Ngaju), ampik (batik Dayak Kenyah), tari zafin dan sebagainya.

Pada dasarnya budaya Kalimantan terbagi menjadi budaya pedalaman dan budaya pesisir. Atraksi kedua budaya ini setiap tahun ditampilkan dalam Festival Borneo yang ikuti oleh keempat provinsi di Kalimantan diadakan bergiliran masing-masing provinsi.[35][36][37] Kalimantan kaya dengan budaya kuliner, di antaranya masakan sari laut.[38]

Kelompok etnis

[sunting | sunting sumber]

Etnik/Bahasa di regional Kalimantan (wilayah Indonesia)

  Banjar (26.31%)
  Dayak (19.49%)
  Jawa (18.23%)
  Melayu (14.22%)
  Bugis (7.24%)
  Madura (3.05%)
  Tionghoa (2.98%)
  Kutai (2.01%)
  Sunda (1.16%)
  Batak (0.64%)
  Suku-suku lain (4.67%)

Berikit 10 etnis terbesar di Kalimantan menurut Sensus 2010:

Urutan Suku Bangsa Kalimantan Barat [39] Kalimantan Tengah [40] Kalimantan Selatan [41] Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara [42] Jumlah Keterangan
1 Suku Banjar 14.430
(0,33%)
464.260
(21,28%)
2.686.627
(74,84%)
440.453
(12,45%)
3.605.770
(26,31%)
Menempati Kalimantan Selatan dan menyebar hingga Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan sedikit di Kalimantan Barat.
2 Suku Dayak 1.259.890
(28,65%)
1.002.817
(45,98%)
56.447
(1,57%)
351.437
(9,86%)
2.670.591
(19,49%)
Menempati daerah pedalaman Kalimantan, terutama Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan sedikit di Kalimantan Selatan.
3 Suku Jawa 427.238
(9,72%)
478.393
(21,93%)
523.276
(14,58%)
1.069.605
(30,25%)
2.498.512
(18,23%)
Orang Jawa transmigran umumnya menempati desa-desa kawasan transmigrasi di seluruh Kalimatan. Terdapat pula orang Jawa perantauan yang juga menyebar di kawasan perkotaan di Kalimantan.
4 Suku Melayu 1.767.990
(40,21%)
102.348
(4,69%)
13.681
(0,38%)
65.000
(1,84%)
1.949.019
(14,22%)
Menempati Kalimantan Barat khususnya wilayah pesisir, sebagian pesisir Kalimantan Tengah, & Kalimantan Timur.
5 Suku Bugis 137.282
(3,12%)
17.104
(0,78%)
101.727
(2,84%)
735.819
(20,81%)
991.932
(7,24%)
Menempati kawasan pesisir pantai dan perkotaan terutama di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.
6 Suku Madura 274.869
(6,25%)
42.668
(1,95%)
53.002
(1,48%)
46.823
(1,33%)
417.362
(3,05%)
Terutama tersebar di Kalimantan Barat namun juga cukup banyak jumlahnya di daerah Kalimantan lainnya, baik di perkotaan maupun kawasan trasnmigrasi.
7 Suku Tionghoa 358.451
(8,15%)
5.130
(0,24%)
13.000
(0,36%)
32.757
(0,93%)
409.338
(2,98%)
Banyak bermukim di kawasan perkotaan terutama di Kalimantan Barat, seperti kota Singkawang dan Pontianak.
8 Suku Kutai Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 275.696
(7,80%)
275.696
(2,01%)
Menempati wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur dan Kutai Barat di Kalimantan Timur.
9 Suku Sunda 49.530
(1,13%)
28.580
(1,31%)
24.592
(0,69%)
55.659
(1,57%)
158.361
(1,16%)
Juga menempati sebagian daerah transmigrasi dan juga terdapat di perkotaan.
10 Suku Batak 26.486
(0,60%)
12.324
(0,56%)
12.408
(0,35%)
37.145
(1,05%)
88.363
(0,64%)
Menempati kawasan perkotaan dan biasanya mengisi jabatan birokrasi dan sedikit terdapat di pedalaman biasanya bekerja sebagai pekerja tambang atau sawit.
11 Lainnya

639.454
(4,67%)
Suku-suku lainnya yang tidak masuk 10 besar seperti Tidung, Buton, Mandar, Makassar, Minahasa/Manado, Bali, Bawean, Sasak/Lombok, Arab, Flores, Manggarai, Gorontalo, Minangkabau, Melayu Bulungan, Minang dan lain-lain
Total 4.397.162
(100%)
2.181.002
(100%)
3.589.731
(100%)
3.536.503
(100%)
13.704.398
(100%)

Nama Kalimantan yang lain

[sunting | sunting sumber]
  • Waruna Pura
  • Tanjungpura (Bakulapura)
  • Tanjung Negara adalah sebutan untuk pulau Borneo oleh Kerajaan Majapahit. Kalimantan merupakan daerah taklukan Kerajaan Majapahit yang kelapan.
  • Hujung Tanah atau Ujung Tanah adalah sebutan pulau Kalimantan dalam Hikayat Banjar dan Hikayat Raja-raja Pasai. Tampaknya, ini adalah nama yang digunakan oleh penduduk Sumatra dan sekitarnya untuk menyebut pulau Kalimantan.
  • Nusa Kencana adalah sebutan untuk pulau Kalimantan dalam Ramalan Prabu Jayabaya dari Majapahit tentang prospek penguasaan Tanah Jawa oleh bangsa Jepang yang datang dari arah pulau Kencana (Kalimantan).

Kalimantan dalam nama

[sunting | sunting sumber]


Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Pernah digunakan untuk wilayah Polda Kalselteng, sebelumnya digunakan untuk seluruh Kalimantan-Indonesia selain Kalimantan Barat
  2. ^ Charton, Barbara (2008). The Facts on File dictionary of marine science (edisi ke-2). Infobase Publishing. hlm. 203. ISBN 0816063834. ISBN 978-0-8160-6383-3
  3. ^ Descriptive Dictionary of the Indian Island (1856)
  4. ^ Muljana, Slamet (2006). Sriwijaya. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 88. ISBN 9798451627. ISBN 978-979-8451-62-1
  5. ^ Raffles, Lady Sophia (1835). Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles. 2. J. Duncan. hlm. 396. 
  6. ^ Royal Institution of Great Britain (1817). "The Quarterly journal of science and the arts". 2. John Murray: 331. 
  7. ^ Christoph Friedrich von Ammon, Leonhard Bertholdt (1817). "Kritisches Journal der neuesten theologischen Literatur". 6. J. E. Seidel: 444. 
  8. ^ Kalimantan Rivers
  9. ^ Kalimantan - Indonesia
  10. ^ MacKinnon, Kathy (1996). The ecology of Kalimantan. Oxford University Press. ISBN 9780945971733.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)ISBn 0-945971-73-7
  11. ^ Chambert-Loir, Henri (2004). Kerajaan Bima dalam sastra dan sejarah. Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 121. ISBN 9799100119.  ISBN 978-979-9100-11-5
  12. ^ Zaini-Lajoubert, Monique (2008). Karya lengkap Abdullah bin Muhammad al-Misri: Bayan al-Asmaʾ, Hikayat Mareskalek, ʿArsy al-Muluk, Cerita Siam, Hikayat tanah Bali. Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 144. ISBN 9798116135.  ISBN 978-979-8116-13-1
  13. ^ Pinkerton, John (1806). Modern geography: A description of the empires, kingdoms, states, and colonies; with the oceans, seas, and isles in all parts of the world... (edisi ke-2). T. Cadell. hlm. 478. 
  14. ^ East India Company, East India Company (1821). The Asiatic journal and monthly miscellany. 12. Wm. H. Allen & Co. hlm. 118. 
  15. ^ Jumlah Penduduk Menurut Provinsi di Indonesia (Ribu Jiwa), 2019-2021
  16. ^ http://kaltim.tribunnews.com/2015/10/20/pekan-budaya-bakal-tampilkan-kearifan-lokal-suku-di-bumi-etam
  17. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-08. Diakses tanggal 2016-04-30. 
  18. ^ http://www.antarakalbar.com/berita/313094/kesultanan-banjar-miliki-kaitan-dengan-sarawak-dan-landak
  19. ^ Haris, Syamsuddin (2004). Desentralisasi dan otonomi daerah: Naskah akademik dan RUU usulan LIPI. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 188. ISBN 979-98014-1-9. ISBN 978-979-98014-1-8
  20. ^ Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. 2011. ISBN 9789790644175. 
  21. ^ Orang Asing Minati Tarian Balikpapan
  22. ^ Balikpapan Punya Kesenian Lokal
  23. ^ Tarian Rindang Kumantis Diprotes
  24. ^ LAGALIGO di facebook.com
  25. ^ Deklarasi Lagaligo di Balikpapan
  26. ^ 2 Pekan Demonstrasi Pengaruhi Kerja DPRD Balikpapan
  27. ^ kota-lagaligo-dilarang-lakukan-kegiatan Wali kota: Lagaligo Dilarang Lakukan Kegiatan [pranala nonaktif permanen]
  28. ^ "Gubernur Kaltim Larang Brigade Lagaligo Beraktivitas". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-01. Diakses tanggal 2013-04-02. 
  29. ^ "Brimob Gagalkan Sweeping Warga Pendatang di Balikpapan". Metrotvnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-11. Diakses tanggal 2013-04-02. 
  30. ^ Ormas La Galigo Dibekukan
  31. ^ "Etnis Cina Indonesia dalam Politik: Politik Etnis Cina Pontianak dan Singkawang di Era Reformasi 1998". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-31. Diakses tanggal 2013-04-02. 
  32. ^ FPI Akan Bongkar Patung Naga di Kota Singkawang
  33. ^ "Dukung Keberadaan Tugu Naga, Massa Datangi DPRD Singkawang". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-14. Diakses tanggal 2013-04-02. 
  34. ^ "Singkawang Siaga I, FPI-Polisi Bentrok di Tugu Nag". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-11. Diakses tanggal 2013-04-02. 
  35. ^ "Ribuan Massa Saksikan Pembukaan Festival Borneo Jumat, 20 Mei 2011 | 15:40". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-30. Diakses tanggal 2013-04-02. 
  36. ^ "Festival Borneo Palangka Raya 2011". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-21. Diakses tanggal 2013-04-02. 
  37. ^ "Pagelaran Tari Festival Borneo di Pontianak tahun 2009". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-05. Diakses tanggal 2013-04-02. 
  38. ^ Sanaji, Miftah. Seafood: Citarasa Kalimantan. PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9792261990. ISBN 978-979-22-6199-8
  39. ^ Kalimantan Barat - Suku Bangsa
  40. ^ Kalimantan Tengah - Suku Bangsa
  41. ^ Kalimantan Selatan - Suku Bangsa
  42. ^ Kalimantan Timur - Suku Bangsa