Candi gelung kori gilimanuk
Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini)
|
Candi Gelung Kori Gilimanuk (Aksara Bali: ᬘᬦ᭄ᬤᬶᬕᬾᬮᬸᬗ᭄ᬓᭀᬭᬶᬕᬶᬮᬶᬫᬦᬸᬓ᭄᭟) ini dibangun sekitar tahun 1996. Monumen ini berdiri kokoh dan melintang di atas jalan raya Gilimanuk menuju Singaraja dan Denpasar. Kira-kira berjarak 1,5 km dari pelabuhan Gilimanuk. Desainnya berbentuk empat ekor ular naga yang menyatu di bagian tengah, dengan ornamen ukiran hitam khas Bali dan ditopang oleh empat pilar. Di bagian tengahnya terdapat sebuah bangunan pura.[1][2]
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Candi Gelung Kori Gilimanuk, atau dikenal juga sebagai "Gelung Kori Unik Empat Naga," adalah sebuah gerbang pintu yang menandai perbatasan wilayah Bali di bagian barat, tepatnya di kawasan Gilimanuk. Nama "Gilimanuk" berasal dari bahasa Madura, yang berarti "pulau kecil dengan banyak burung" (gili = pulau kecil, manuk = burung).
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Wilayah Gilimanuk awalnya adalah hutan lebat yang dihuni oleh satwa liar. Pada tahun 1930-an, pemerintah kolonial Belanda memindahkan sekitar 100 tahanan kelas berat dari Desa Candikusuma ke wilayah ini dan membangun sebuah penjara. Di bawah pengawasan Raden Mas Jasiman dari Negara, sebuah penjara didirikan di Gilimanuk, yang menjadi tempat tinggal pertama di kawasan tersebut.
Tak hanya penjara, kehadiran seorang pegawai perusahaan Belanda bernama Tuan Cola juga membawa perubahan besar. Dengan izin untuk membuka hubungan dagang antara Jawa dan Bali, Tuan Cola menjadikan Gilimanuk sebagai titik penting perdagangan lintas pulau. Bersama dengan para tahanan dan pekerja dari berbagai suku, Gilimanuk mulai berkembang menjadi komunitas kecil yang beragam, dengan penduduk dari Jawa, Madura, Makassar, dan Bugis.
Pada waktu itu, orang Jawa yang sesekali melintasi wilayah ini menyebutnya "Tanjung Selat", sementara orang Bali mengenalnya sebagai "Ujung". Kala itu, tak ada yang berani menetap di wilayah tersebut karena wilayah ini dianggap terlalu liar dan berbahaya.
Suatu saat terdapat perahu terdampar di sebuah teluk yang kini dikenal sebagai Teluk Gilimanuk. Orang Madura menyebut pulau kecil dengan sebutan gili, dan kebetulan di sana banyak buruk yang dalam bahasa Madura disebut Manuk atau Manok.
Pada tahun 1996, Pemerintah membangun Bangunan Candi Gelung Kori Gilimanuk yang bertujuan sebagai pintu gerbang Pulau Dewata bagian barat yang tepat mengenai bangunan Gereja Katolik perdana ini. Sehingga, dikeluarkannya Surat Perjanjian Hak Guna Bangunan (HGB) oleh Bupati Jembrana Ida Bagus Indugosa, SH, dengan Ketua Dewan Gereja Katolik Paroki Palasari Bapak Ir. B. I Gusti Ngurah Wisnu Purwadi, tertanggal 31 Januari 1996, dengan nomor A.III/17.18/T.PEM/1996. Surat tersebut menyatakan bahwa tanah seluas 690 m² (bagian timur) digunakan untuk Bangunan Candi Gelung Kori, sedangkan tanah seluas 690 m² (bagian barat) boleh dimohon sebagai Hak Guna Bangunan (HGB) dan dalam jangka waktu 1 tahun, bangunan harus sudah terlaksana.
Mengingat Bangunan Candi Gelung Kori Gilimanuk telah selesai, dilanjutkan dengan penataan taman di sekitarnya. Pada tanggal 10 Juli 1996, Bupati Jembrana menyarankan agar bangunan Gereja perdana ini dipindahkan oleh umat sendiri ke sebelah barat dengan suratnya No. 590/1958/T.Pem/1996. Namun, karena wilayah tersebut juga dijadikan kawasan wisata, maka lokasi Gereja perdana ini digusur ke tempat lain untuk kepentingan daerah (yang pertama untuk Gelung Kori, dan yang kedua untuk pengembangan pariwisata).[3]
Peresmian
[sunting | sunting sumber]Upacara piodalan atau ulang tahun pemelaspasan pura Gelung Kori ini diadakan setiap tahun pada purnama sada, sekitar bulan Juni. Prosesi ritual ini melibatkan bedawangnala jangkep dengan pedagingan cupu manik beserta rerajahan dewata nawa sanga, dimohonkan kepada semua dewa di sembilan penjuru mata angin untuk menyucikan dan memberi kekuatan kepada bangunannya.[4]
Lihat Juga
[sunting | sunting sumber]Catatan Kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ "Gelung Kori Unik Empat Naga di Gilimanuk – Nusaweek". nusaweek.com. Diakses tanggal 2024-12-03.
- ^ Velantina, Viany (2023-01-28). "Keunikan Gelung Kori Empat Naga di Gilimanuk". denpasar360. Diakses tanggal 2024-12-05.
- ^ "Sejarah Gereja Stasi Gilimanuk – Gereja Katolik HKY Palasari". gerejahkypalasari.com. Diakses tanggal 2024-12-03.
- ^ "Gelung Kori Unik Empat Naga di Gilimanuk – Nusaweek". nusaweek.com. Diakses tanggal 2024-12-03.