Clodius Albinus
Clodius Albinus (bahasa Latin: Decimus Clodius Septimius Albinus) adalah seorang jenderal Romawi yang terkenal sebagai salah satu dari empat calon Kaisar Romawi selama krisis yang terjadi setelah kematian Kaisar Commodus pada tahun 193 M, periode yang dikenal sebagai Tahun Lima Kaisar. Albinus awalnya ditunjuk sebagai Caesar (penguasa junior) oleh Septimius Severus, namun kemudian memberontak dan mengklaim gelar Augustus (kaisar) untuk dirinya sendiri, yang berujung pada konfrontasi dan pertempuran terakhir antara mereka.
Awal Kehidupan dan Karier Militer
[sunting | sunting sumber]Clodius Albinus lahir pada sekitar tahun 150 M di kota Hadrumetum (modern Sousse, Tunisia), yang merupakan bagian dari provinsi Afrika Romawi. Keluarganya berasal dari kelas equestrian yang cukup terhormat, dan ia memulai karier militernya dengan bergabung ke dalam angkatan bersenjata Romawi. Albinus dikenal karena prestasinya dalam berbagai kampanye militer, terutama di provinsi-provinsi perbatasan Kekaisaran Romawi, seperti Britania dan Pannonia. Karena keunggulannya dalam strategi militer dan kemampuannya memimpin pasukan, ia dengan cepat naik pangkat dan menjadi gubernur Britania pada akhir abad ke-2.
Krisis Tahun 193 dan Peranannya
[sunting | sunting sumber]Setelah pembunuhan Kaisar Commodus pada akhir tahun 192, Romawi mengalami krisis politik yang parah. Pertama, Pertinax dinyatakan sebagai kaisar oleh senat, tetapi hanya bertahan selama tiga bulan sebelum dibunuh oleh Garda Praetoria. Didius Julianus kemudian membeli gelar kaisar dari Garda Praetoria, tetapi kekuasaannya tidak diakui secara luas di seluruh Kekaisaran Romawi. Pada saat yang sama, tiga gubernur provinsi utama, yaitu Septimius Severus di Pannonia, Pescennius Niger di Syria, dan Clodius Albinus di Britania, semuanya menyatakan diri sebagai kaisar.
Untuk memperkuat posisinya, Septimius Severus menawarkan Albinus gelar Caesar dan mengakui dia sebagai pewaris takhta yang sah. Pada awalnya, Albinus menerima tawaran ini dan mendukung Severus dalam perebutan kekuasaan melawan Didius Julianus dan Pescennius Niger. Setelah kemenangan Severus melawan Niger, hubungan antara Severus dan Albinus memburuk, terutama karena Severus ingin memberikan gelar pewaris kepada putra-putranya sendiri, Caracalla dan Geta.
Pemberontakan dan Klaim Kaisar
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 195 M, Clodius Albinus memberontak melawan Severus, memproklamasikan dirinya sebagai Augustus, yang berarti ia mengklaim kekaisaran penuh. Sebagai gubernur Britania, ia memiliki kendali atas tiga legiun Romawi yang ditempatkan di sana, dan ia membawa pasukan ini ke Galia untuk menghadapi Severus. Pada awal pemberontakan, Albinus mendapatkan dukungan dari banyak bagian Kekaisaran, termasuk dari provinsi-provinsi Galia dan Hispania.
Pertempuran besar antara Albinus dan Severus terjadi pada bulan Februari 197 M di Pertempuran Lugdunum (sekarang Lyon, Prancis). Kedua belah pihak mengerahkan kekuatan penuh mereka dalam pertempuran ini, yang digambarkan sebagai salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah Romawi. Meskipun pasukan Albinus bertempur dengan gagah berani, Severus berhasil memenangkan pertempuran setelah pertempuran yang sengit dan berdarah.
Kematian dan Dampak
[sunting | sunting sumber]Setelah kekalahan telak di Lugdunum, Clodius Albinus melarikan diri tetapi segera ditangkap oleh pasukan Severus. Ada beberapa versi mengenai nasib akhirnya. Menurut beberapa sumber, Albinus bunuh diri sebelum ditangkap; menurut yang lain, ia dibunuh oleh prajurit Severus. Setelah kematiannya, Severus memerintahkan agar tubuh Albinus dibawa ke depannya, di mana ia menginjak-injak mayat Albinus dan kemudian memerintahkan agar kepalanya dikirim ke Roma sebagai trofi kemenangan.
Kekalahan dan kematian Clodius Albinus menandai berakhirnya ancaman terbesar terhadap kekuasaan Septimius Severus. Dengan kematian Albinus, Severus mengonsolidasikan kendalinya atas seluruh Kekaisaran Romawi dan memulai apa yang dikenal sebagai Dinasti Severa, yang memerintah selama hampir 40 tahun.
Keluarga
[sunting | sunting sumber]Clodius Albinus menikah dengan seorang wanita bernama Aurelia Messalina, namun sedikit informasi yang diketahui tentang kehidupan pribadi atau keturunannya. Sejarawan kuno seperti Cassius Dio dan Herodian tidak banyak memberikan rincian tentang keluarganya, dan sebagian besar catatan tentang Albinus berfokus pada karier militernya dan persaingannya dengan Septimius Severus.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Cassius Dio, Roman History
- Herodian, History of the Roman Empire
- Historia Augusta, "Life of Clodius Albinus"