Evvy Kartini
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada November 2022. |
Evvy Kartini | |
---|---|
Lahir | 22 April 1965 Bogor |
Kebangsaan | Indonesia |
Warga negara | Indonesia |
Almamater | Institut Teknologi Bandung (Sarjana Sains,1988)
(Master of Science, 1992.) (Dr.rer.nat,1996) Rekan pascadoktor Universitas McMaster (1999-2000) |
Dikenal atas | Penemu penghantar listrik berbahan gelas |
Penghargaan | 10 Inovator Indonesia dalam Teknologi
(Tempo, 2012) Penghargaan Alumni Profesional ( ITB,2015) Penghargaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) (Yayasan Sains Toray Indonesia(ITSF), 2004) RUT( Riset Unggulan Terpadu) (2002,2003) Satyalancana Karya Satya (1999,2008) Satyalancana Wira Karya (2003) |
Karier ilmiah | |
Bidang | Fisikawan |
Institusi | BATAN
(1988-) (2010-) |
Pembimbing doktoral | Ferenc Mezei |
Pembimbing akademik lain | Malcolm F. Collins. |
Evvy Kartini (lahir 22 April 1965) adalah seorang fisikawan dari Indonesia dengan keahlian pada bidang penghamburan neutron dan ilmu material. Dia terkenal atas penemuannya tentang konduktor superionik berbahan gelas. Penemuannya berpotensi mempengaruhi teknologi baterai yang lebih ramah lingkungan. Evvy adalah salah satu peneliti utama di BATAN. Evvy menerima penghargaan Riset Unggulan Terpadu yang dihadiahkan oleh mantan Presiden Republik Indonesia (RI) Megawati Soekarnoputri.
Kehidupan Pribadi dan Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Evvy adalah anak dari seorang hakim dengan nama Eddy Djunaedi. Ayahnya adalah orang yang mendorongnya untuk belajar tentang fisika. Dorongan ini bermula dari ketertarikan dirinya terhadap peralatan yang membuatnya penasaran. Dia memiliki kebiasaan membongkar pasang korek api gas milik ayahnya. Perilakunya ini didasari dari pertanyaanya " Kok bisa benda ini mengeluarkan api?". Kebiasaan inilah yang menjadi dasar dorongan ayahnya untuk dia belajar fisika, bukan menjadi dokter seperti cita-cita awalnya.[1]
Evvy menyelesaikan studi S-1 jurusan fisika di Institut Teknologi Bandung pada tahun 1988 dan melanjutkan studi S2 dan S-3 nya di Institut Teknologi Berlin dengan jurusan yang sama. Dia lulus dengan gelar cum laude atau lulus dengan pujian dan mendapatkan gelar Dr.rer.nat, (rerum naturalium ) pada tahun 1994[2] Dia melanjutkan studinya sebagai rekan pascadoktor setelah menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Mcmaster di Kanada selama 2 tahun, yaitu dari tahun 1999 hingga 2000.[3]
Evvy kartini telah menikah dan mempunyai dua orang anak.[4]
Karier
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1996, Evvy kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai peneliti utama di BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) di kota Yogyakarta.[5] Dia telah menjadi presiden Perkumpulan Masyarakat Riset Material-Indonesia (Mrs-Ina) sejak tahun 2013 sekaligus dipilih menjadi Presiden Perkumpulan Hamburan Neutron Indonesia pada tahun 2015. Dia juga merupakan kepala cabang Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo) di BATAN.[6] LIPI menganugerahkan gelar profesor riset pada tahun 2010.[3]
Kontribusi di bidang fisika
[sunting | sunting sumber]Penemuan pertamanya adalah model baru difusi dalam material gelas yang dia temukan selama studi magisternya di Jerman yang dibimbing oleh seorang ahli hamburan neutron, Prof. Dr. Ferenc Mezei pada tahun 1990. Temuan ini pertama kali dipublikasikan di Konferensi Internasional Hamburan Neutron di Jepang dan telah diterbitkan di dalam jurnal internasional Physica B pada tahun 1994.[5]
Evvy berhasil menemukan puncak Boson pada energi rendah di bawah bimbingan seorang Profesor di McMaster Kanada pada masa studi doktoralnya, yaitu Malcolm F. Collins. Setelah penemuan tersebut, Evvy kembali ke Jerman dan menyelesaikan studinya pada tahun 1996.[6][7] Pada tahun yang sama, Evvy pulang ke Indonesia dan melanjutkan penelitian tentang superionik dengan bahan material gelas di Bantan. Ketertarikannya kepada materi gelas sebagai bahan superionik bermula dari permintaan profesornya untuk menyediakan materi gelas sebagai bahan hamburan neutron. Evvy tak mampu membuatnya sendiri karena selalu disediakan oleh Universitas Mcmaster. Akhirnya, dia meminta bantuan Prof. Dr. Ferenc Mezei untuk mengirimkan bahan tersebut. Namun, Mezei tak mampu menyediakannya. Peristiwa ini yang menjadi dorongan Evvy untuk mempelajari literatur tentang pembuatan material gelas sehingga keahlian ini yang membuatnyamenjadi terkenal.[1]
Penelitiannya tentang material superionik di Batan menggunakan fasilitas yang sangat sederhana. Kondisi ini sempat membuatnya frustasi. Evvy harus menghitung secara manual dan menggunakan voltmeter sebagai alat untuk menghitung daya hantar listrik yang seharusnya bisa menggunakan LCR-meter yang lebih canggih. Atas ketekunannya, Evvy berhasil menemukan jenis bahan material gelas dengan bahan-bahan gelas superionik (AgI)x(AgPO3).[5]
Penemuannya ini dinilai lebih ramah lingkungan kareana tidak terbuat dari bahan baku berbahaya seperti, timbal, kadmium dan nikel sehingga berpotensi akan menjadi pengganti baterai litium yang sering digunakan.[1]
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]Evvy telah mendapat banyak penghargaan intenasional dan nasional. Salah satu penghargaan yang ia dapatkan ialah penghargaan Riset Unggulan Terpadu (RUT) VI dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi atas penelitiannya berjudul "Sintesa dan Karakterisasi Bahan-bahan Gelas Superionik (AgI)x(AgPO3)1-x" pada tahun 1998.[5] Pada tahun 2002 dan 2003, dia kembali menerima penghargaan RUT dari Presiden RI, Megawati Soekarnoputri sebagai peneliti utama terbaik nasional dan ‘Penghargaan IPTEK ’ dari ITSF, Jepang pada tahun 2004. Penghargaan terbarunya adalah penghargaan 10 Inovator Indonesia dalam bidang teknologi oleh Penerbit TEMPO (2012) serta penghargaan 'Alumnus Profesional' dari ITB pada tahun 2015.[8]
Evvy juga mendapatkan tanda kehormatan, yaitu Satyalancana Karya Satya pada tahun 1999 dan 2008 atas dedikasinya selama bertahun-tahun dan Satyalancana Wira karya pada tahun 2003 dari Presiden Republik Indonesia.[9]
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c Pusat Data dan Analisa Tempo (2020). 10 Tokoh Penemu Pilihan Tempo - Mereka yang Tak Mengutuk Gelap. Tempo Publishing. hlm. 62–65. ISBN 9786232620728.
- ^ Himpenindo (2018). "e-Bulletin Himpenindo 2018" (PDF). e-Bulletin. 5: 1–10.
- ^ a b "Educations". National Nuclear Energy Agency of Indonesia. Diakses tanggal 2020-07-07.
- ^ Liputan6.com (2004-11-07). "Evvy Kartini, Ahli Nuklir Kaliber Internasional". liputan6.com. Diakses tanggal 2020-07-07.
- ^ a b c d Pranowo, Lilih Prilian Ari. (2009). 30 tokoh penemu Indonesia (edisi ke-1). Yogyakarta: Narasi. hlm. 29–32. ISBN 978-979-16817-6-6. OCLC 591737943.
- ^ a b "Prof. Dr.rer.nat. Evvy Kartini". National Nuclear Energy Agency of Indonesia. Diakses tanggal 2020-07-07.
- ^ Hariyanto, Gesit (2004). ":: KANIGARA - Ragam Pustaka: Bendera Nusantara - Evvy". www.jaist.ac.jp. Harian Kompas. Diakses tanggal 2020-07-07.
- ^ "Members - Prof. Evvy Kartini". mrs-ina.org. Diakses tanggal 2020-07-07.
- ^ "Awards and Honours". National Nuclear Energy Agency of Indonesia. Diakses tanggal 2020-07-07.