Garawastu, Sindang, Majalengka
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Garawastu | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Majalengka | ||||
Kecamatan | Sindang | ||||
Kode Kemendagri | 32.10.25.2003 | ||||
Luas | ... km² | ||||
Jumlah penduduk | ... jiwa | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Garawastu adalah desa di kecamatan Sindang, Majalengka, Jawa Barat, Indonesia.
Desa Garawastu Berbatasan Dengan :
Sebelah Utara : Desa Sindang
Sebelah Selatan : Desa Mekarwangi dan Desa Cikaracak Kecamatan Argapura
Sebelah Barat : Desa Pasirayu Kecamatan Sindang dan Desa Heubeulisuk Kecamatan Argapura
Sebelah Timur : Desa Sangkanhurip
Sejarah Desa Garawastu Kec. Sindang
[sunting | sunting sumber]Pada Tahun 1552-1570 Seyekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) memegang tampuk pemerintahan tertinggi di kerajaan Cirebon, masa itu pula beliau senantiasa mengadakan penyebaran Agama Islam ke berbagai wilayah, hingga akhirnya singgah di suatu daerah kaki gunung Ciremai, tepatnya di Buyut Cibiru (sekarang Masjid Jamie Desa Sangkanhurip) .
Dalam menyebarkan Agama Islam tersebut, Syekh Syarif Hidayatullah selalu didampingi oleh seorang ajudan yang dikenal dengan nama Mbah Santan. Setelah Syekh puas menyebarkan Agama Islam ke daerah tersebut, dan sekitarnya beliau kembali ke Cirebon. namun sang ajudannya tetap tinggal di wilayah Cibiru hingga ia menemukan jodoh dengan seorang ratu bernama Nyai Endang Sari keturunan Kerajaan Sindang Kasih, setelah menikah mereka mulai menata untuk membuat suatu perkampungan yang sebelumnya merupakan hutan belantara.
Sekitar Abad ke 16 perkampungan tersebut diberi nama oleh Nyai Endang Sari dengan sebutan Kampung Garwana Ratu, yang berasal dari kata Garwa artinya Istri Ratu artinya penguasa perempuan. Jadi sejak berdirinya kampung Garwanaratu kepemimpinannya dikuasai oleh Nyai Endang Sari. Setelah lama mereka menikah, pada suatu hari terjadi perdebatan sengit antara Mbah Sangkan dengan Nyai Endang Sari tentang keyakinan mereka masing-masing dan akhirnya Nyai Endang Sari menghilang ke gunung Embe (sekarang Gunung Garawastu) serta Mbah Sangkan-pun kembali ke Cirebon.
Setelah nama kampung Garwanaratu dikenal di wilayah lain, maka sekitar abad ke-18 datanglah sepasdang suami istri dari desa Parakan dengan julukan Bapak dan Ibu Bule. Karena kampung Garwanaratu masih menyimpan sejuta keindahan dan kesuburan tanahnya, maka mereka menetap sambil menata kembali perkampungan tersbut. seiring waktu berjalan, merekapun berhasil menghidupkan perkampungan yang sempat porakporanda akibat perpecahan antar masyarakat. kedua orang inilah yang pertama kali mengatur Desa/menjalankan Pemerintahan secara sederhana, setelah mereka mempunyai beberapa keturunan dan pendatang, penduduk Desapun bertambah banyak hingga nama Garwana Ratu pun berubah menjadi Garawastu.
Disisi lain pada saat itu masyarakat Garawastu mendatangkan seorang Guru Ngaji dari Desa Sindang yang bernama Sanusi dan dikenal dengan julukan Kiai Sapi’i hingga Kiai tersebut menikah dengan seorang Cucu Bule dan mempunyai seorang anak bernama Hasan dengan julukan Tirtalaksana, setelah dia dewasa maka dialah yang pertama kali menjadi Kuwu untuk menata pemerintahan yang selanjutnya terjadi beberapa kali pergantian kekuasaan sampai sekarang.
Lalu siapa sajakah kuwu atau kepala desa yang pernah menduduki pemerintahan di Desa Garawastu? berikut urutan jabatan kuwu
Daftar Kuwu Desa Garawastu
[sunting | sunting sumber]- Tirtalaksana (Hasan) (Kuwu)
- Musti (Kuwu)
- Mail (Kuwu): ……. s.d. 1946
- Raksamerta/Erman (kuwu): 1946 s.d. 1963
- Bahri (Kuwu): 1963 s.d. 1971
- Abdul Fatah (Kuwu): 1971 s.d. 1982
- Ahmad Suharna (Pjs): 1982 s.d. 1984
- Abdul Kohar (Pjs): 1984 s.d. 1986
- Udin Makmudin (Kuwu): 1986 s.d. 1994
- Madsahir Pail (Pjs): 1994 s.d. 1998
- Madsahir Pail (Kuwu): 1998 s.d. 2003
- Ajid Sajidin (Pjs): 2003 s.d. 2005
- Hasan (Pjs): 2005 s.d. 2007
- Wahyudin (Kepala Desa): 2007 s.d. 2013
- Dedi Setiadi (Kepala Desa): 2014 s.d.Sekarang
Referensi
[sunting | sunting sumber]