Genbuku
Genbuku (元服 ) atau Genpuku adalah ritus peralihan untuk menandai usia yang dianggap cukup umur bagi anak laki-laki dari kalangan samurai dan kuge (bangsawan istana) di Jepang. Upacara kedewasaan ini juga disebut Kakan (加冠 ) (Hatsukan) karena hiasan kepala (mahkota) yang disebut kanmuri dikenakan untuk pertama kalinya oleh anak laki-laki yang menjalani inisiasi. Genbuku dikenal sejak zaman Heian, dan sudah tidak pernah dipraktikkan lagi sejak zaman Meiji. Selain itu, upacara cukup umur bagi anak perempuan disebut Mogi (裳着 ).
Pada umumnya, genbuku dilakukan untuk untuk menandai kedewasaan bagi anak laki-laki yang sudah berusia 15 tahun. Upacara dilakukan di depan kuil Shinto milik keluarga. Pakaian yang dikenakan anak laki-laki yang sedang menjalani genbuku adalah pakaian orang dewasa. Setelah sejak kanak-kanak rambut ditata model mizura (rambut di belah tengah, sebagian diikat menutupi daun telinga)[1] Diarsipkan 2008-02-10 di Wayback Machine., rambut anak laki-laki yang menjalani genbuku ditata dengan model rambut orang dewasa yang disebut kanmuri shita no motodori [2] Diarsipkan 2008-02-10 di Wayback Machine. (motodori adalah istilah rambut yang digelung di atas kepala). Selanjutnya, orang yang disebut Eboshi-oya (orang dewasa yang bersedia menjadi wali) memakaikan kanmuri di atas kepala anak yang diupacarakan. Anak bangsawan istana atau anak samurai keturunan klan Taira dirias dengan rias wajah yang tebal berikut hikimayu (alis mata digambar di dahi setelah alis mata yang asli dicukur habis), dan gigi yang dihitamkan (ohaguro). Sebaliknya, anak laki-laki keturunan klan Minamoto jarang menggunakan rias wajah, hikimayu dan ohaguro. Setelah genbuku, nama genbuku atau nama kehormatan (imina) dipakai sebagai pengganti nama panggilan sewaktu kecil. Ushiwakamaru atau Shanaō, misalnya, adalah nama panggilan sewaktu kecil untuk Minamoto no Yoshitsune.
Sejak zaman Muromachi, upacara genbuku meluas ke kalangan rakyat biasa. Anak laki-laki dari kalangan orang biasa, untuk pertama kalinya dipakaikan cawat (fundoshi) oleh orang yang disebut heko-oya (ayah fundoshi).
Sejak zaman Edo, anak perempuan juga mengikuti upacara genbuku. Usia cukup umur untuk genbuku bagi wanita adalah 18-20 tahun atau lebih muda bila wanita tersebut sudah menikah. Wanita yang menjalani genbuku mengenakan kimono sederhana dengan model rambut marumage. Dibandingkan sebelum genbuku, rias wajah yang digunakan lebih tebal dengan hikimayu. Gigi dihitamkan (ohaguro) dengan bantuan orang yang disebut kane-oya. Bila gigi dihitamkan tetapi alis mata tidak dicukur maka disebut han-genbuku (setengah genbuku). Tradisi ini masih berlanjut di kalangan maiko distrik Gion (Kyoto) dan beberapa kawasan hiburan tradisional di Jepang.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Nihon-shi jiten. shinseiban (edisi baru). Tokyo: Suken Shuppan, 1983.
- Ōbunsha nihon-shi jiten. Tokyo: Ōbunsha, 2000.