Jamur portabella
Jamur portabella adalah salah satu galur dari jamur kancing yang berwarna cokelat. Nama lainnya adalah Agaricus brunescens, jamur cokelat atau jamur portobello. Bentuk jamur portobello membulat dan gemuk dengan tangkai berwarna cokelat muda berbercak gelap dan bagian dalamnya hitam. Ukurannya lebih besar dibandingkan jenis jamur lainnya. Kandungan nutrisi di dalam jamur portabella meliputi protein, lemak, serat, vitamin B kompleks, dan beberapa jenis mineral.
Penanama jamur portabella harus melalui pasteurisasi di wadah kompos dengan lingkungan dingin dan lembab yang bebas dari pencemaran pestisida dan mikroba. Musim panennya ketika spora berwarna cokelat tua dihasilkan oleh lamella. Jamur portabella digunakan sebagai bahan makanan sebagai lauk atau camilan. Manfaatnya adalah menurunkan tekanan darah dan mencegah terjadinya kelumpuhan.
Genetika
[sunting | sunting sumber]Jamur portabella pada dasarnya adalah salah satu galur dari jamur kancing berwarna cokelat. Spesiesnya termasuk jamur kancing cokelat bersama dengan jamur kancing cremini. Selain itu, jamur portabella juga satu galur dengan jamur kancing putih.[1] Karena itu, nama umum untuk jamur portabella adalah jamur cokelat.[2] Jamur portabella juga dikenal dengan nama jamur portobello. Sementara nama ilmiahnya adalah Agaricus brunescens.[3]
Ciri fisik
[sunting | sunting sumber]Bentuk jamur portabella sama persis dengan jamur kancing.[4] Hanya saja, Uukuran dari jamur portabella dapat dua atau tiga kali lebih besar dibandingkan dengan jamur kancing.[5] Ukuran jamur portabella juga dibandingkan dengan jamur lainnya. Penanda lain dari jamur portabella adalah bagian dalam tangkainya yang berwarna hitam.[6]
Nutrisi
[sunting | sunting sumber]Jamur portabella mengandung protein dan lemak dengan kadar yang rendah.[7] Namun, kadar serat di dalam jamur portabella termasuk tinggi.[8] Jamur portabella juga mengandung vitamin B kompleks yang terdiri dari vitamin B2, vitamin B3, dan vitamin B5.[7] Kandungan vitamin B3 pada jamur portabella sebanyak 3,6 mg tiap 100 gram. Kandunagn vitamin B3 pada jamur portabella mampu memenuhi kebutuhan nutri hariannya sebesar 23%.[9] Hasil pemanggangan jamur portabella dengan nilai setengah kalorimeter dapat mengandung vitamin B3 sebanyak 30%.[10]
Di dalam jamur portabella juga terkandung mineral berupa natrium, kalium dan selenium. Ada pula jenis senaywa lain yang berfungsi sebagai antioksidan dan antikanker.[7]
Budidaya
[sunting | sunting sumber]Penanaman
[sunting | sunting sumber]Budidaya jamur portabella sama dengan budidaya jamur kancing. Tempat penanamannya berisi kompos yang telah menerima perlakuan pasteurisasi. Lingkungan penanaman harus dingin dan lembab, Kondisi lingkungannya harus terbebas dari residu pencemaran khususnya senyawa kimia yang digunakan dalam pestisida. Lingkungan penanamannya juga harus terbebas dari kontaminasi mikroba baik berupa bakteri maupun jamur liar.[7]
Pemanenan
[sunting | sunting sumber]Masa panen dari jamur portabella ditandai dengan usia dewasa dari lamella. Penandanya adalah lamella telah menghasilkan spora berwarna cokelat.[1]
Kegunaan
[sunting | sunting sumber]Bahan masakan
[sunting | sunting sumber]Jamur portabella termasuk jenis jamur yang bisa dimakan.[11] Masakan jamur portabella berfungsi sebagai lauk. Jamur portabella juga dapat digoreng dengan lumuran tepung untuk dijadikan sebagai camilan.[5] Dalam masakan, jamur portabella merupakan pengganti dari jamur kancing ataupun jamur shitake.[12]
Menjaga kesehatan
[sunting | sunting sumber]Kandungan kalium di dalam satu jamur portabella berukuran sedang diketahui lebih banyak dibandingkan dengan satu buah pisang atau satu gelas jus jeruk. Kalium pada jamur dengan jumlah yang melimpah bermanfaat bagi penurunan tekanan darah dan pencegahan risiko menderita kelumpuhan.[13]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Achmad, dkk. (2011). Panduan Lengkap Jamur. Depok: Penebar Swadaya. hlm. 90. ISBN 978-979-002-505-9.
- ^ Tim Ide Masak. Resep Sup Jamur ala Cafe. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 7. ISBN 978-979-227-265-9.
- ^ Aditya, R., dan Saraswati, D. (2011). Rahmansyah D., dan Nugroho, S., ed. 10 Jurus Sukses Beragribisnis Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya. hlm. 15. ISBN 978-979-002-503-5.
- ^ Tim Ide Masak (2015). Budiarti, Petra Aquina, ed. 100 Aneka Sup Lezat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 59. ISBN 978-602-03-1544-7.
- ^ a b Maharani, Carla (2012). Jamur: Masakan Sehat dan Lezat. Jakarta Selatan: Demedia Pustaka. hlm. 7. ISBN 979-082-084-4.
- ^ Yuhyan P., dan Nihyatul F. (2014). Jamur Superlezat dan Sehat. Jakarta: Kriya Pustaka. hlm. 70. ISBN 978-602-213-017-8.
- ^ a b c d Suhanda, Irwan, ed. (2009). Rahasia Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. hlm. 193. ISBN 978-979-709-407-2.
- ^ Yogasmara, E., dan Lestari, P. (2010). Buku Pintar Keluarga Sehat: Panduan Praktis Hidup Sehat bagi Seluruh Anggota Keluarga. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 217. ISBN 978-979-22-5905-6.
- ^ Naviri, Tim (2015). 1001 Makanan Sehat. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 41. ISBN 978-602-02-5796-9.
- ^ Nardina, E. A., dkk. (2021). Watrianthos, Ronal, ed. Gizi Reproduksi. Yayasan Kita Menulis. hlm. 138. ISBN 978-623-342-284-0.
- ^ Waluyo, Lud (2018). Bioremediasi Limbah. Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. hlm. 138. ISBN 978-979-796-294-4.
- ^ Tim Dapur Demedia (2010). Hidangan Favorit Serba Sayur untuk Menu Sehari-hari. Jakarta Selatan: Demedia Pustaka. hlm. 47. ISBN 979-082-023-2.
- ^ Pangkalan Ide dan Mayarisanti (2013). Booming Oyster Mushroom: Mendulang Rupiah dan Gizi dari Usaha Kuliner Jamur Tiram. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 9–10. ISBN 978-602-021-354-5.