Kongco Pura Taman Gandasari
Kongco Pura Taman Gandasari | |
---|---|
ᬓᭂᬮ᭄ᬦ᭄ᬢᬾᬂᬕᬸᬯᬦ᭄ᬕᭀᬂ 關公廟 | |
![]() | |
Agama | |
Afiliasi | Tridharma |
Provinsi | Bali |
Dewa | Kwan Kong |
Festival | Sejid Konco |
Kepemimpinan | Jero Mangku Kadek Semarajaya[1] |
Lokasi | |
Lokasi | Jalan Gatot Subroto IV Blok XI Ujung, Kota Denpasar, Bali |
Negara | Indonesia |
Arsitektur | |
Gaya arsitektur | Bali - Tiongkok |
Dibangun oleh | Jro Mangku Merta |
Rampung | 11 Juli 2011 [2] |
Kongco Pura Taman Gandasari (hanzi= 關公廟;pinyin= Guāngōng Miào; lit. "Kelenteng Yang Mulia Guan") merupakan tempat ibadat umum bagi umat Khonghucu dan Hindu di Bali. Terletak di Kelurahan Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali. Dewata utama yang dipuja di kelenteng ini adalah Kwan Kong sehingga tempat ibadah ini juga diberi nama Kwan Kong Bio Keunikan dari tempat ibadah ini adalah adanya akulturasi antara agama Hindu Bali dengan budaya Tionghoa-Indonesia, khususnya Konghucu, Taoisme dan agama Buddha.[3][4]Motivasi umat datang ke kongco ini seperti sembahyang, memohon kelancaran usaha, chamsi (ramalan), hingga matamba (pengobatan).
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Tempat ibadah Kongco Pura Taman Gandasari awalnya berupa tempat peribadatan Hindu bernama Pura Ratu Gede Pancung, tempat pengayatan Ida Batari Sri. Pada tahun 1990an, pemangku pura yang bernama I Ketut Merta (alm) memperoleh pengalaman spiritual dengan Dewa Kwan Kong sehingga ia menyungsung (memuja) batara tersebut di Pura Ratu Gede Pancung. Atas permintaan pemangku pura yang lebih senior, areal pemujaan Batara Kwan Kong akhirnya dipisahkan dari area pura, yaitu di lokasi yang sekarang di samping Pura Ratu Gede Pancung.[5]
Kongco 'Kwan Kong Bio' atau Pura Taman Gandasari didirikan oleh Jero Mangku Ketut Mertha DK pada tahun 2001. Beliau adalah paman dari Jero Mangku Kadek Semarajaya, Ketua Pengurus Kongco saat ini. Pendirian kongco ini berawal dari pengalaman pribadi Jero Mangku Ketut Mertha yang menderita penyakit kencing manis dan hampir diamputasi kakinya.
Seminggu sebelum amputasi, beliau menerima wangsit untuk pergi ke Kelenteng Kwan Sing Bio di Tuban, Jawa Timur. Setelah mengikuti wangsit tersebut, beliau menerima petunjuk untuk mendirikan kongco Yang Mulia Kwan Kong di Bali agar memperoleh kesembuhan.
Demi merealisasikan pendirian kongco, Jero Mangku Ketut Mertha dan istrinya, Made Suarni, menjual harta benda mereka, termasuk rumah mereka dan Kelenteng Kwan Kong Bio Tuban juga memberikan bantuan. Kemudian diresmikan oleh ketua Yayasan Kwan Sing Bio pada hari Rabu, 11 Juli 2001.[6]
Pada awalnya, kongco ini berukuran kecil, namun seiring berjalannya waktu dan usaha yang dilakukan, kongco ini berkembang menjadi tempat ibadat umum seluas 8 are. Kondisi kesehatan Jero Mangku Ketut Mertha pun berangsur membaik hingga beliau wafat pada tahun 2015 dalam usia 70 tahun.
Pada 10 Agustus 2023 telah dipilih penggurus Kongco periode 2023-2028, dengan Made Suarni sebagai pengempon (pemilik) yang tidak lain istri dari Jero Mangku Ketut Mertha (alm) dan Jero Mangku Kadek Semarajaya sebagai ketua.
Persembahyangan
[sunting | sunting sumber]Sejid/Pujawali Konco
[sunting | sunting sumber]Dalam perayaan Sejid Konco, patung dewa diusung di atas joli atau tandu. Selain itu, patung dewa juga bisa dibawa dengan kiem sien, yaitu dengan diletakkan di atas pelangkiran kecil yang dipegangi dan diikat dengan kain merah di leher agar tidak jatuh saat mengikuti acara kirab.
Perayaan dimulai dengan menjamu para tamu yang disimbolkan dengan patung dewa yang akan mengikuti kirab Sejid Konco. Tahap selanjutnya adalah perjamuan yang dimulai dengan penerimaan kiem sien atau patung dewa dari seluruh peserta secara bergantian. Setelah prosesi tersebut, dilanjutkan dengan doa bersama di depan sejumlah patung dewa.
Kemudian, karpet merah dibuka dari depan pintu gerbang hingga ke ruang doa, tempat kiem sien disimpan. Melalui karpet tersebut, anak-anak, kaum muda, dan orang tua secara bergiliran memasuki area konco untuk melangsungkan persembahyangan. Tabuhan tambur mulai dimainkan saat menjelang tengah hari.
Dalam kegiatan ini, musik khas Tionghoa dimainkan oleh para peserta kirab. Tambur ditabuh, simbal dimainkan bersahutan, dan dalam prosesi kirab ini masyarakat sekitar biasanya ikut berpartisipasi.[7]
Piodalan
[sunting | sunting sumber]Daftar altar
[sunting | sunting sumber]Nomor Altar | Dewata | Lokasi | Keterangan |
---|---|---|---|
01 | Thien Kong | Teras klenteng | |
02 | Yang Mulia Kwan Seng Tee Kun Cou Chang Ciang Kun Kwan Pheng Thai Ce Pak Ket Ong Tay Te |
Ruang Utama (tengah) | |
03 | Tien Sang Sen Mu | Sayap kiri | |
04 | Chai Sen Ye | Sayap kanan | Altar kiri |
Fu Te Cen Sen | Sayap kanan | Altar kanan | |
Dewa Macan | Sayap kanan | Di bawah altar Fu Te Cen Sen | |
06 | Dewa Kuda | Teras | Kuda tunggangan Kwan Kong yaitu Kelinci Merah |
08 | Dewa Pintu | Ruang belakang | Kanan dan kiri pintu |
09 | Buddha Sakyamuni, Kwan Im Pou Sat, Buddha Maitreya | Ruang belakang | |
10 | Dewi Gangga | Ruang belakang | Altar samping kanan |
11 | Pesinggahan Ida Ratu Ayu Mas Subandah (Pura Dalem Balingkang) Pesinggahan Pura Dalem Purwa (Kubon Tingguh-Tabanan) |
Halaman depan ruang belakang | Padmasana |
12 | Pesinggahan Pura Luhur Lempuyang (Karangasem) Pesinggahan Ida Ratu Gede Maospait (Pura Dalem Ped-Nusapenida) Pesinggahan Ida Ratu Subandar (Pura Ponjok Batu-Buleleng) Pesinggahan Yang Mulia Kwan Seng Tee Kun (Kwan Sing Bio - Tuban, Jawa Timur) |
Halaman depan ruang belakang | Padmasana |
15 | Bale Kulkul (kentongan) | Halaman depan | Menara |
16 | Ida Ratu Niang Lingsir | Halaman depan | Depan menara |
17 | Dewa Penunggu Pekarangan | Halaman depan | Depan menara |
18 | Dewa Pengiring Pria | Halaman depan | Depan menara |
19 | Dewa Pengiring Wanita | Halaman depan | Depan menara |
20 | Dewa Macan | Halaman depan | Depan menara |
22 | Dewa Asu | Samping Gerbang Masuk | |
23 | Ida Ratu Pengadang-Adang | Gerbang masuk | |
24, 25 | Apit Lawang | Gerbang masuk Pura | |
26, 27 | Dewa Naga | Gerbang masuk Pura | |
28, 29 | Cili | Gerbang masuk Pura |
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ https://www.nusabali.com/berita/63878/index.php/berita/160996/bisa-memohon-kesembuhan-dari-penyakit-medis-dan-non-medis
- ^ http://www.chinatownology.com/Denpasar_Kwan_Kong_Bio.html%7Cauthors=Chinatownology
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamachin
- ^ MDBG. "MDBG Chinese Dictionary". Diakses tanggal 22 Oktober 2015.
- ^ I Wayan Sucipta (Maret 2007). "Nyama Braya: Tukar Titah Bali - Tionghoa". Majalah Sarad Bali Edisi No. 83/ Tahun VIII.
- ^ NusaBali. "Melihat Kongco Akulturasi Bali-Tionghoa yang Tersembunyi di Jalan Nangka Selatan, Denpasar". www.nusabali.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-27.
- ^ Mardika, I. Putu. "Konco Pura Taman Gandasari :Tidak ada Pemaksaan Sembahyang di Pelinggih Hindu - Jembrana Express - Halaman 2". Konco Pura Taman Gandasari :Tidak ada Pemaksaan Sembahyang di Pelinggih Hindu - Jembrana Express - Halaman 2. Diakses tanggal 2025-01-27.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- "Imlek 'Hidden Gem' di Kongco Pura Taman Gandasari Denpasar". IDN Times Bali.