Lompat ke isi

Kulur, Saparua, Maluku Tengah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kulur
Ulu Haite Siralouw
Ama Ulu
Negara Indonesia
ProvinsiMaluku
KabupatenMaluku Tengah
KecamatanSaparua
Luaskm2
Jumlah pendudukjiwa
Kepadatanjiwa/km2

Kulur adalah salah satu dari tujuh negeri yang termasuk ke dalam wilayah kecamatan Saparua, Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Kulur adalah satu-satunya negeri yang berpenduduk mayoritas Islam di Kecamatan Saparua, sekaligus satu dari tiga negeri Muslim di seluruh Pulau Saparua selain Iha dan Sirisori Islam di Saparua Timur.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Nama Kulur berasal dari kata ulu atau uru yang berarti kepala. Teun negeri ini dan pelabuhannya adalah Uru Haite Siralouw dan dalam bahasa adat, acap dikenali sebagai Ama Ulu.

Geografi[sunting | sunting sumber]

Kulur adalah negeri pesisir yang terletak di ujung barat laut Pulau Saparua, di tepian Selat Seram dan Selat Saparua Dari Kulur, tampak pesisir selatan Pulau Seram di arah utara dan pesisir Hulaliu di arah barat. Negeri ini merupakan yang terjauh dari pusat pemerintahan kecamatan, dengan jarak 17 km.[1] Kulur memiliki luas 6,5 km2 atau setara dengan 8% luas Kecamatan Saparua, sekaligus menjadi yang terkecil di kecamatan tersebut.[2]

Demografi[sunting | sunting sumber]

Negeri ini merupakan satu-satunya negeri berpenduduk mayoritas Islam di Kecamatan Saparua, serta satu dari tiga negeri Salam (Mohamedanen negeri)[3] di seantero pulau bersama Negeri Iha dan Sirisori Islam di kecamatan tetangga, Saparua Timur. Ada satu buah masjid di Kulur.[4]

Penduduk Kulur adalah yang terkecil kedua di Saparua setelah Booi, dengan komposisi 528 jiwa laki-laki dan 549 jiwa perempuan, sehingga totalnya menjadi 1.077 jiwa.[5] Jumlah ini setara dengan 5,93% populasi Kecamatan Saparua. Kepadatan penduduknya terbilang jarang, 166 jiwa per km2.[6]

Statistika kesejahteraan[sunting | sunting sumber]

Tidak ditemukan kasus gizi buruk per tahun 2021 di Kulur maupun negeri-negeri lain di Saparua.[7]. Ada 347 keluarga pengguna listrik di negeri ini, 345 di antaranya melanggan listrik dari PLN, sementara 2 keluarga menggunakan sumber listrik lainnya.[8] Kulur menjadi satu-satunya negeri di Saparua yang telah memiliki rambu-rambu jalur evakuasi saat bencana dan telah melakukan normalisasi atau perawatan tanggul, sungai, atau waduk yang ada di wilayahnya.[9]

Akomodasi, transportasi, dan komunikasi[sunting | sunting sumber]

Ada satu penginapan di Kulur.[10] Negeri ini dilalui oleh jalan darat yang menghubungkannya dengan Dusun Pia dan kota kecamatan di Saparua, dengan trayek angkutan umum yang sifatnya tetap.[11] Jalan darat yang menghubungkan Kulur dengan kota kecamatan telah diaspal dan dapat dilalui sepanjang tahun.[2]

Terdapat 1 menara BTS dan 1 operator seluler yang melayani Kulur, dengan sinyal kuat, tetapi belum dilayani oleh 4G.[12] Kantor pos dan atau jasa ekspedisi belum ada yang membuka pelayanan di Kulur.[13]

Lembaga dan pranata adat[sunting | sunting sumber]

Raja[sunting | sunting sumber]

Tuhulele berkedudukan sebagai matarumah parentah yang berhak atas jabatan raja secara turun-temurun. Namun, fam lain seperti Tutupoho juga pernah menjabat sebagai raja di Kulur. Terakhir, dalam pemilihan raja tahun 2022 yang diklaim sarat kecurangan, Abdulah Tutupoho dinyatakan menang dengan 300 suara, melawan calon dari keluarga Tuhulele. Hasil pemilihan tersebut ditolak keluarga Tuhulele, tetapi pada akhirnya, Abdulah Tutupoho tetap dilantik oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah sebagai Raja Kulur.

Matarumah[sunting | sunting sumber]

Matarumah atau fam di Kulur terbagi atas kelompok fam asli dan fam pendatang. Berikut adalah seluruh fam di Negeri Kulur.

  1. Bartun
  2. Lilitoly (pendatang dari Iha)
  3. Luhulima
  4. Ningkeula atau Nengkelwa (pendatang dari Ullath)
  5. Patina
  6. Pupun
  7. Sahupala (pendatang dari Islam)
  8. Saihitu
  9. Syauta
  10. Tuahuns
  11. Tuhulaha
  12. Tuhulaola
  13. Tuhulele
  14. Tuahuns
  15. Tutupoho

Soa[sunting | sunting sumber]

Matarumah di Kulur dikelompokkan menjadi tiga soa, yakni Soa Purwatan, Sepai, dan Pia. Matarumah pendatang kecuali Lilitoly dikelompokkan ke dalam Soa Pia. Soa Sepai berkedudukan sebagai soa raja.

Hubungan Sosial[sunting | sunting sumber]

Hubungan dengan negeri-negeri tetangga[sunting | sunting sumber]

Pada konflik horizontal 1999, Kulur yang mahir dalam pembuatan bom ikan terlibat dalam penghancuran Dusun Pia termasuk gereja yang ada di sana. Pia sendiri merupakan bagian dari Negeri Sirisori Amalatu dan menurut kepercayaan di Kulur, dulu negeri mereka berkedudukan di Pia, sebelum akhirnya Belanda membagian tanah tersebut kepada orang Sirisori Kristen atas balas jasa dalam penghancuran Kerajaan Iha. Belanda menyingkirkan Kulur ke lokasinya yang sekarang, di ujung barat laut Pulau Saparua.

Negeri ini memiliki hubungan yang cukup panas dengan Porto terkait perbatasan pertuanan dan sengketa lahan, umumnya baku hantam antara penduduk kedua negeri berbeda agama ini terjadi pada masa mulai tanam. Menurut masyarakat Kulur, orang Porto menyerobot tanah ulayat mereka.[14]

Pela[sunting | sunting sumber]

Kulur memiliki hubungan pela dengan Negeri Oma. Jenis pelanya adalah pela batu karang alias pela keras. Selain itu, Kulur juga mengangkat pela dengan Negeri Iha, Tuhaha,[15] dan Nolloth. Khususnya dengan dua negeri yang disebutkan terakhir, Kulur pada masa lalu memberikan bantuan kepada Tuhaha dan Nolloth berupa kayu-kayu dari pertuanan-nya guna dipakai untuk pembangunan sekolah dan gereja. Pada akhirnya, baik Tuhaha maupun Nolloth masing-masing mengangkat pela tampa siri dengan Kulur.

Gandong[sunting | sunting sumber]

Kulur memiliki hubungan gandong dengan Negeri Samasuru di Pulau Seram. Samasuru dalam hubungan ini merupakan gandong kaka, sementara Kulur adalah gandong adik.

Referensi[sunting | sunting sumber]

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]