Lompat ke isi

Lanjan, Sumowono, Semarang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lanjan
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenSemarang
KecamatanSumowono
Kode pos
50662
Kode Kemendagri33.22.09.2004 Edit nilai pada Wikidata
Luas424,98 Ha
Jumlah penduduk4.280 (23 Desember 2021) jiwa
Kepadatan19 Jiwa/ Km2
Peta
PetaKoordinat: 7°14′8″S 110°18′59″E / 7.23556°S 110.31639°E / -7.23556; 110.31639

Lanjan adalah merupakan sebuah nama salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang. Desa Lanjan terdiri dari 7 dusun, yaitu Dusun Lanjan, Dusun Kalibanger, Dusun Jambon, Dusun Susukan, Dusun Larangan, Dusun Tegalroto, dan Dusun Ngelo.

Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian petani, pedagang, wiraswasta, dan peternak. Hasil pertanian yang utama adalah sayuran,kopi, tanaman keyu keras selain dari padi dan palawija.

Legenda Desa

[sunting | sunting sumber]

Sepasang suami istri petani yang berasal dari Desa Candigaron bernama Kyai Rusmi dan Nyai Rusmi, ada juga yang menyebut namanya Kyai Arum dan Nyai Arum, dan ada juga yang memanggil beliau dengan sebuatan Kyai Abdul Madjid dan Nyai Abdul Madjid. Sepasang suami istri ini mempunyai rumah yang sekaligus juga sebagai bobak citak (pendiri) di daerah Candigaron.[butuh rujukan]

Kyai Rusmi mempunyai tanah di luar Desa yang jaraknya cukup jauh dari rumah. Sehingga mereka memutuskan untuk membawa bekal bahan makanan yang masih mentah untuk dibawa kesawah dan kemudian dimasak disana. Lama kelamaan mereka berfikir untuk mendirikan sebuah gubuk sebagai sarana tempat tinggal mereka . Selain itu mereka juga membawa serta lembu/ sapi mereka yang biasa digunakan untuk membajak sawah dan kemudian dibuatkan kandang disekitar gubuk tempat tinggal mereka. Sejak saat itu sepasang suami istri ini merasa senang dan damai tinggal di tempat itu dan memiliki keturunan disitu. Tempat yang memerka tinggali tersebut mereka berinama Lanjan[butuh rujukan]

Nama Dusun Lanjan berasal dari kata Nglajo atau Lajo yang berarti perjalanan pulang pergi dari dan ke tempat kerja. Dalam perkembangannya, penduduk Dusn Lanjan bukan saja berasal dari anak keturunan Kyai dan Nyai Rusmi, namun sudah banyak pedatang dari luar daerah. Menurut cerita Bapak Taris selaku narasumber menyebutkan bahwa penduduk Lanjan berasal dari wilayah Mataram atau Jogja. Mereka menyingkir kewilayah utara karena wilayah Mataram terjadi situasi yang kurang aman dengan merajalelanya gerombolan berandal atau penjahat. Rombongan oraqng-orang tersebut kemudian sampai diwilayah Lanjan. Menurut cerita pekerjaan para pendatang tersebut adalah sebagai bakul Gereh atau pedagang ikan asin.[butuh rujukan]

Mayoritas penduduk Lanjan adalah keturunan langsung dari Kyai Rusmi dan Nyai Rusmi, melainkan orang-orang dari pendatang dari wilayah Selatan misalnya dari daerah menoreh dan daerah Yogya. Sedangkan keturunan langsung Kyai Rusmi sampai sekarang ada di Dusun Suruhan Desa Jubelan yang bernama Mbah Mudji Marsaid. Sedangkan di Dusun Lanjan sendiri juga ada tetapi sudah meninggal dan mempunyai keturunan yang masih menetap di Dusun Lanjan.

Cerita mengenai kehebatan Kyai Rusmi dan Nyai Rusmi ini tidak saja terletak pada kepandaiannya menemukan dan membuka hutan dan dijadikan sawah, namun beliau juga memiliki daya linuwih. Seperti orang suci, konon setelah membuka sawah kemudian bermaksud untuk mengairinya. Namun kerana belum ada air unutk mengairi sawah tersebut, maka mereka menancapkan sebuah incis atau sejenis tongkat yang ujungya berupa besi aji. Kemudian beliau mencabutnya, bersamaan dengan tongkat itu tercabut keluarlah air. Sumber air atau blumbang sedianya untuk anak cucunya dalam memenuhi kebutuhan mengairi sawah mereka dikemudian hari. Namun karena perkembangan jaman, penduduk setempat cenderung merawat sumber air ini, sehingga sampai saat ini dapat dikatakan sumber air tersebut tidak mengalir. Menurut penutur yaitu Pak Sarbini rusak dan padamnya sumber air ini sumber air ini karena ulah penduduk yang meanggar pantangan yang berlaku di blumbang ini. Pantangan tersebut antara lain dilarang mencuci alat dapur terutama sarangan dan dilarang membuang kotorandi Blumbang ini. Masyarakat kebanyakan tidak mengindahkan hal ini dan

bahkan melanggarnya, sehingga sumber air disini berkurang debit airnya lalu pada akhirnya mati. Dusun Lanjan setidaknya memiliki tiga sumber mata air yang merupakan peninggalan dari Kyai Rusmi selaku pendiri dusun ini, ketiga blumbang ini antara lain blumbang Kali Tlumpak, Blumbang Kali Beji yang masih terawat dengan baik serta memiliki debit air yang melimpah. Sedangkan kedua blumbang yang lain sudah berkurang jauh debit airnya dan terlihat kotor, bahkan salah satu blumbang itu dijadikan tempat meredam kayu.

Cerita mengenai daya linuwih dari tokoh Mbah Kyai Rusmi adalah mengenai peralatan pertaniannya, yaitu alu dan lesung. Konon tempat untuk alu dan lesung ini kemudian bernama daerah Tumpak. Di wilayah Lanjan terdapat aturan untuk dilarang memukul lesung pada malam hari.

Hubungan kemasyarakatan antar penduduk Desa Lanjan dengan penduduk Dusun Candi di Desa Candigaron juga memiliki kisah yang unik. Dalam masalah pernikahan, antara penduduk Desa Lanjan dengan penduduk Dusun Candi Desa Candigaron dilarang menjalin hubungan pernikahan. Menurut cerita, hal ini terjadi karena asal dari pendiri atau bobak citak wilayah Lanjan yaitu Kyai dan Nyai Rusmi berasal dari dusun Candi sehingga menurut keyakinan masyarakat penduduk candi”lebih tua” dari penduduk Dusun Lanjan.[butuh rujukan]

Kyai dan Nyai Rusmi hingga akhir hayatnya tetap tinggal di Dusun Lanjan dan dimakamkan disebuah Bukit Manjeran. Bukit ini masuk wilayah Lanjan karena mereka berdua telah menemukan kebahagiaan ditempat ini. Daerah Lanjan merupakan kawasan yang subur sehingga akan mendatangkan kebahagiaan bagi siapa saja yang hidup di daerah ini.[butuh rujukan]