Lompat ke isi

Luoisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Luoisme
羅教
PenggolonganAgama keselamatan Tiongkok
Kitab suciWubuliuce (五部六册)
PendiriLuo Menghong
Didirikanakhir abad ke-15
Shandong
Nama lainWuweiisme (无为教), Luozuisme (罗祖教) Changshengdao (长生道 Way of the Eternal Life), Kendaraan Besar (大乘 Great Vehicle), Sancheng (三乘 Third Vehicle), Wukong (悟空 Nothing Emptiness), Wunian (无年 Timeless), Ajaran Yuandun (圆顿 Sudden Stillness), Yaoisme

Luoisme (Hanzi sederhana: 罗教; Hanzi tradisional: 羅教; Pinyin: Luōjiào, Luójiào; harfiah: 'Ajaran Luo') atau Luozuisme (Hanzi sederhana: 罗祖教; Hanzi tradisional: 羅祖教; Pinyin: Luōzǔjiào, Luózǔjiào; harfiah: 'Ajaran Patriarkh Luo'), yang aslinya dikenal sebagai Wuweiisme (Hanzi: 无为教; Pinyin: Wúwéijiào; harfiah: 'agama non-aksi'),[1] merujuk kepada sebuah aliran dari organisasi-organisasi agama dari kepercayaan tradisional Tionghoa, yang mengikuti pengajaran Luo Menghong (1443-1527[2]) alias Luo Qing atau Luozu ("Patriarkh Luo") dan ajarannya terdapat dalam skriptur utamanya, Wǔbùliùcè (五部六册 "Lima Instruksi dalam Enam Buku").[3]

Patriarkh Luo dan ajarannya dianggap sebagai ajaran paling berpengaruh pada tradisi sekte-sekte keselamatan Tionghoa.[3] Berbagai kelompok sekte agama keselamatan dan agama rahasia seperti Sekte Abadi (長生教), Sekte Teratai Hijau (青蓮教), Zhenkong (真空教), Zhaijiao (齋教) dan Yiguandao (一貫道) dapat ditelusuri berasal ajaran Luo ini.

Dewa dan Dewi

[sunting | sunting sumber]

Artikel utama : Wusheng Laomu

Dalam teologi sekte Luo, prinsip absolut alam semesta adalah fokus utama dari pemaknaan dan pemujaan. Dalam tulisan-tulisan asli Luo, prinsip ini direpresentasikan sebagai “Kekosongan Sejati” (真空 Zhēnkōng).[4] Sejak abad ke-17, representasi lazim yang diyakini banyak orang adalah seorang dewi, Ibu Yang Tak Terlahir (無生老母 Wúshēng Lǎomǔ).[5] Simbol-simbol lain dari dewi ini, yang juga umum dalam tradisi-tradisi lainnya, adalah Wuji (舞技 “Yang Tak Terbatas”), Zhen (真 “Sejati”, “Kebenaran Sejati”), Gufo (古佛 “Buddha Kuno”).[6]

Simbol-simbol ini biasanya digabungkan dalam gulungan-gulungan kitab sekte untuk mengekspresikan asal usul absolut yang tidak personal sesuai dengan selera kelompok sosial yang berbeda-beda.[7] Prinsip absolut ini juga dikaitkan dengan asterisme Gayung Besar.[8]

Wahyu asal Luo Menghong menekankan representasi impersonal dari yang absolut.[9] Namun, ia juga berbicara tentang Patriark Suci yang Tak Terbatas (无极圣祖 Wújí Shèngzǔ)[10] dan Ibu Suci sebagai dualitas, Orang Tua Abadi (無生父母 Wúshēng Fùmǔ).[11] Patriark Luo dianggap sebagai penjelmaan Tuhan universal oleh para pengikutnya.[12]

Eskatologi

[sunting | sunting sumber]

Doktrin eskatologi Tiga Pancaran (三陽 sānyáng) menempatkan diri dalam sebuah tradisi yang berkembang setidaknya sejak dinasti Ming.[13] Hal ini dapat ditelusuri kembali ke aliran Tao Hunyuan yang dinamai berdasarkan konsep hunyuan (“asal mula yang belum ditentukan”) yang ada sebelum hundun (“penyatuan yang belum ditentukan”) dan merupakan awal dari qi primordial (yuanqi) menurut beberapa kosmologi Tao.[14] Meskipun pada awalnya merupakan ajaran Tao, konsep-konsep tersebut menjadi bagian dari tradisi rakyat dan menjadi dasar keyakinan dari sekte-sekte keagamaan.[15]

Dalam sekte-sekte paling awal yang muncul pada periode Ming, Penguasa Kekacauan Awal (混元主 Hùnyuánzhǔ) mewakili asal usul alam semesta yang berkembang melalui tiga tahap (陽 yang), atau periode kosmik.[16] Dalam sebagian besar kitab suci sekte, ketiga periode ini dikenal sebagai Periode Pancaran Hijau (清陽 qingyang), Pancaran Merah (紅陽 hongyang), dan Pancaran Putih (白陽 baiyang).[17] Mereka dikenal dengan nama-nama lain karena transmisi ajaran secara lisan.[18]

Bukti tertulis paling awal dari doktrin ini dapat ditemukan dalam Huangji jieguo baojuan (皇极结果宝卷), yang diterbitkan pada tahun 1430.[19] Dalam teks ini, ketiga tahap tersebut telah dikaitkan dengan tiga Buddha, yaitu Dipankara, Gautama, dan Maitreya.[20]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Ma, Meng. 2011. p. 169
  2. ^ Nadeau 2012. p. 230
  3. ^ a b Seiwert, 2003. pp. 214-215
  4. ^ Seiwert, 2003. p. 387
  5. ^ Seiwert, 2003. p. 331, p. 444
  6. ^ Seiwert, 2003. p. 387
  7. ^ Seiwert, 2003. p. 387
  8. ^ Seiwert, 2003. p. 387
  9. ^ Seiwert, 2003. p. 387
  10. ^ Seiwert, 2003. p. 221
  11. ^ Seiwert, 2003. p. 444
  12. ^ Seiwert, 2003. p. 387
  13. ^ Seiwert, 2003. p. 326
  14. ^ Seiwert, 2003. p. 326
  15. ^ Seiwert, 2003. p. 327
  16. ^ Seiwert, 2003. p. 327
  17. ^ Seiwert, 2003. p. 327
  18. ^ Seiwert, 2003. p. 327
  19. ^ Seiwert, 2003. p. 328
  20. ^ Seiwert, 2003. p. 328
  • Hubert Michael Seiwert. Popular Religious Movements and Heterodox Sects in Chinese History. Brill, 2003. ISBN 90-04-13146-9
  • Xisha Ma, Huiying Meng. Popular Religion and Shamanism. BRILL, 2011. ISBN 90-04-17455-9
  • Randall L. Nadeau. The Wiley-Blackwell Companion to Chinese Religions. John Wiley & Sons, 2012.
  • Vincent Goossaert, David Palmer. The Religious Question in Modern China. University of Chicago Press, 2011. ISBN 0-226-30416-7
  • Bernard J. ter Haar. A Lay Buddhist Movement in Late Imperial China. University of Hawai Press, 2015, ISBN 9780824853389

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]