Lompat ke isi

Manifesto Bagdad

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Manifesto Bagdad adalah maklumat yang dikeluarkan Kekhalifahan Abbasiyah pada tahun 1011 oleh Khalifah al-Qadir untuk menegakkan ortodoksi Sunni dan menentang Kekhalifahan Dinasti Fatimiyah yang bermadzhab Syiah Ismailiyah dan merupakan saingannya.

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Manifesto Baghdad dipicu oleh perluasan wilayah Khekhalifahan Fatimiyah dan menggerogoti wilayah Kekhalifahan Abbasiyah, selain juga aktivitas dakwah Syiah Ismailiyah di seantero Timur Tengah yang merupakan madzhab pendukung dinasti Fatimiyah. Pada tahun 1010/1011, aktivitas dakwah Ismailiyah memperoleh hasil signifikan ketika kaum Syiah Uqaylid, yang menguasai Mosul, Mada'in, Kufa, dan kota-kota lain di sekitar Syria dan Irak, secara terbuka mengakui kedaulatan Khalifah Fatimiyah, ditandai dengan menyebut nama Khalifah al-Hakim dalam setiap khutbah Jumat. Pengakuan ini kemudian diikuti oleh suku Banu Asad yang berada di Irak.[1]

Perluasan pengaruh Fatimiyah hingga keperbatasan Baghdad membuat khalifah Abbasiyah al-Qadir khawatir dan segera melancarkan serangkaian gerakan balasan. Pada tahun yang sama, ia berhasil memaksa penguasa Uqaylid, Qirwash, untuk kembali mengakui kedaulatan Abbasiyah dengan ancaman akan menyerang wilayahnya jika mengabaikan Baghdad dan tetap mengakui khalifah di Mesir.[2]

Manifesto

[sunting | sunting sumber]

Khalifah al-Qadir mengumpulkan para ulama dari kalangan Sunni dan Syiah Dua Belas, termasuk beberapa pemuka dari keturunan Ali bin Abi Thalib. Majelis tersebut mengeluarkan manifesto yang mengecam klaim Fatimiyah bahwa mereka adalah keturunan sah dari Ali bin Abi Thalib dan Ahlul-Bayt, dan dengan demikian menggugurkan klaim khalifah Dinasti Fatimiyah di dunia Islam.[2][3]

Isi dari manifesto di antaranya memuat silsisah Dinasti Fatimiyah sebagai keturunan Daysan Ibnu Sa'id, yang diambil dari karya Ibn Rizam dan Akhu Muhsin.[4] Dokumen ini kemudian diperintahkan untuk dibaca di masjid-masjid di seluruh wilayah Abbasiyah, dan Khalifah al-Qadir menugaskan sejumlah teolog (ahli kalam) untuk menulis risalah anti-Fatimiyah.[2] Manifesto ini, beserta daftar nama-nama yang menandatanganinya, direproduksi oleh berbagai sumber abad pertengahan,[5] dan hingga awal abad ke-20 digunakan sebagai sumber utama tentang asal-usul dan sejarah awal Dinasti Fatimiyah.[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Daftary 2007, hlm. 184–185.
  2. ^ a b c Daftary 2007, hlm. 185.
  3. ^ a b Jiwa 2018, hlm. 22.
  4. ^ Daftary 2007, hlm. 101–102, 185.
  5. ^ cf. Jiwa 2018