Syekh Haji Raden Muhammad Mukhtar bin ‘Atharid al-Bughuri al-Batawi al-Jawi al-Makki (bahasa Arab: الشيخ محمد مختار بن عطارد البوغورى البتاوى الجاوى المكى) atau Tuan Mukhtar Bogor[1] atau Syekh Atharid,[2] nama Sunda beliau adalah Raden Muhammad Mukhtar bin Raden Natanagara,[3] adalah satu dari UlamaNusantara, sekaligus seorang Bangsawan dan juga seorang Umara’,[2] yang terkenal dan berpengaruh di Makkah pada zamannya. Dalam literatur Indonesia tidak tercatat biografi beliau, yang ada adalah dalam literatur Arab.[4] Di Makkah beliau dikenal dengan Syekh Atharid.[2] Dalam catatan sejarah Tuan Mukhtar Bogor adalah seorang yang sangat giat belajar, mengajar, membaca dan sangat kuat beramal. Syekh Atharid termasuk Ulama Nusantara yang mempunyai banyak guru, setidaknya, jumlah gurunya mencapai 35 ulama.[5]
Tuan Mukhtar Bogor adalah seorang Syekh, Mudarris atau guru besar di Masjidil Haram Makkah, juga seorang Musnid dan Muhaddits.[4]Syekh Abul Faidh Muhammad Yasin bin Muhammad ‘Isa Al-Fadani Al-Makki menyebutkan di dalam catatan kakinya untuk kitab Kifayah Al-Mustafid Lima ‘Ala Lada At-Tarmasi min Al-Asanid, mengatakan bahwa ada sekitar 130 ulama pakar hadits riwayah yang berasal dari Nusantara dan dari mereka, ada 7 ulama yang memiliki periwayatan paling banyak dan semua berasal dari Indonesia dan Tuan Mukhtar Bogor adalah termasuk dari ke-7 ulama itu.[6]
Biografi Syekh Mukhtar bin ‘Atharid al-Bughuri al-Batawi al-Jawi al-Makki banyak dimuat dalam kitab-kitab biografi (tarâjim) Ulama besar dunia Islam yang mengajar di Masjidil Haram pada abad ke-14 H (20 M), seperti Nats al-Jawâhir wa al-Durar (karangan Yûsuf al-Mar’ashlî), Tasynîf al-Asmâ’ (karangan Mahmud Mamduh al-Syâfi’î), al-Jawâhir al-Hisân (karangan Zakariyyâ Billâ), dan lain-lain.[3]
Raden Muhammad Mukhtar lahir pada hari Kamis 14 Sya'aban 1278 H bersamaan 14 Februari 1862 M,[7] di Bogor, Jawa Barat.[7] Adalah seorang putra dari Raden Aria Natanagara [2][8] atau bernama Kiai Atharid.[8] Raden Aria Natanagara adalah putra dari Raden Wira Tanu Datar VI dan termasuk keturunan dari ulama-ulama besar yang menyambung ke Walisongo dan juga umara turunan Eyang Dalem Cikundul, Bupati pertama Cianjur.[2] Berikut silsilah lengkapnya:
Raden Muhammad Mukhtar memperoleh pendidikan awal dari orang tuanya sendiri, terutama tentang Al-Qur'an sekaligus beliau Hafiz kitab suci Islam itu.[1] Selain kepada orangtuanya, Raden Muhammad Mukhtar juga belajar kepada Ulama yang ada disekitar kediamannya. Kecerdasannya sejak kecil tercermin dengan banyaknya hafalan kitab-kitab salaf dari berbagai disiplin ilmu seperti Nadzam al—Jurumiyyah, Nadzam al-Fiyah Ibnu Malik juga beberapa kitab syarah lainnya seperti Fath al—Qarib al-Mujib dan Syarah Fath al-Muin, dengan bekal itu Raden Muhammad Mukhtar mampu menggali ilmu agama Islam dalam kitan-kitab yang lain.[8]
Dalam tahun 1299 H/1881 M [1] Raden Muhammad Mukhtar melanjutkan belajarnya kepada para Ulama di Tanah Betawi / (sekarang Jakarta). Di Tanah Betawi, beliau mengkhatamkan berbagai kitab dalam berbagai bidang keilmuan, selama belajar di Tanah Betawi juga, Raden Muhammad Mukhtar telah mahir dalam riwayat-riwayat ilmu Qiraat.[1]
Sayyid Usman Betawi seorang Mufti di Batavia adalah guru Syekh Mukhtar, dan juga salah satu guru Habib Ali Kwitang
— Zainul Milal Bizawie, 2005, Penulis buku Masterpiece Islam Nusantara [11]
Tuan Mukhtar Bogor selanjutnya berangkat menunakan ibadah haji dan selanjutnya belajar di Hijaz. Di Haramain Tuan Mukhtar Bogor menimba ilmu pada banyak Ulama. Tabiat Tuan Mukhtar Bogor adalah cerdas, tekun, rajin, sopan dan menghormati para gurunya, yang dengan modal tersebut Tuan Mukhtar Bogor mampu menyerap ilmu yang diberikan guru-gurunya dengan mudah.[8] Dalam pandangan guru-gurunya Tuan Mukhtar Bogor lebih menojol dibandingkan dengan teman-teman seangkatannya, sehingga Tuan Mukhtar Bogor mempunyai karier dan prestasi selama belajar di Haramain.[8] Tuan Mukhtar Bogor menyebutkan daftar nama para guru beliau di dalam tsabt-nya yang berjudul Al-Manhal Al-Warid fi Asanid Ibn ‘Atharid.
Tuan Mukhtar belajar kitab FiqihMazhab Syafi'i yang besar-besar Tuhfah dan Nihayah kepada Sayyid Abu Bakar asy-Syatha (Pengarang kitab I'anatuth Thalibin), selain itu Tuan Mukhtar juga belajar kita Fathul Mu'in dan syarahnya I'anatuth Thalibin, kedua kitab itu adalah mengenai fiqih. Tokoh yang nama sebenarnya Abu Bakar bin Muhammad Zainal Abidin Syatha.
Syekh Muhammad Zainuddin bin Muhammad Badawi as-Sumbawi
Seorang Ulama yang berasal dari Tepal, Pulau Sumbawa, Indonesia, yang merupakan murid dari Syekh Nawawi Al-Bantani. Syekh Muhammad Zainuddin adalah penulis Siraj al-Huda Syarh Umm al-Barahin li al-Sanusi.
Termasuk guru dari Syekh Ahmad al-Fathani. Tuan Mukhtar Bogor belajar mengenai ilmu hadis dari awal hingga akhir terutama kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim kepada Sayyid Husein bin Sayid Muhammad al-Habsyi.
Jabatan yang pernah diembannya dan merupakan Ulama Nusantara pertama yang pernah memegangnya adalah imam dan khatib mazhab Syâfi‘i, selain sebagai guru besar, Ia mempunyai banyak murid asal Nusantara yang kemudian menjadi Ulama besar
Nama lengkapnya adalah Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Qudus / Kudus bin Abdul Qadir al-Khathib bin Abdullah bin Mujir Qudus / Kudus . Syekh Abdul Hamid Kudus merupakan generasi kedua mahasiswa dunia Melayu yang belajar di al-Azhar sesudah Syekh Ahmad al-Fathani, sejak itu beliau sentiasa pulang pergi antara Mekah dan Mesir dalam urusan tertentu yang ada kaitannya dengan kerja-kerja Syekh Ahmad al-Fathani .
Di bawah bimbingan Syekh Ahmad al-Fathani, Tuan Mukhtar mengkhatamkan beberapa kitab, diantaranya adalah Fathul Mu'in dan syarahnya I'anatuth Thalibin. Tuan Mukhtar Bogor juga secara langsung khatam dua buah kitab karya Syekh Ahmad al-Fathani. Yang satu dalam bahasa Arab, yaitu Tashil Nail al-Amani sebuah kitab tentang ilmu nahwu, sedangkan yang lain adalah kitab Faridatul Faraid dalam bahasa Melayu tentang akidah Ahlussunnahwal jama'ah;
^ abcFaishol 2017, Dalam artikel yang berjudul Ulama Dari Bogor Yang Menjadi Guru Besar Di Masjidil Haram menyebutkan bahwa Syekh Mukhtar al-Bughuri juga belajar kepada ulama-ulama yang berasal dari Jawi yang menjadi pengajar di Hijaz diantaranya seperti Syekh Mahfudz al-Termasi, Syaih Syekh Jum’an bin Ma’mun al-Tengarangi dan Syekh Zainudin bin Badawi al-Sumbawi..
^ abAbdullah 2007, Dalam Syeikh Muhammad Zainuddin As-Sumbawi pengarang Sirajul Huda.
^Abdullah 2005, Dalam Syekh Abdul Hamid Kudus pakar Ilmu Arudh, Qawafi.
^RM 2015, Dalam Biografi Syaikh Muhammad Hasbullah Pengarang Kitab Ar-Riyadl Al-Badi'ah.
^Damas Cultural Society 2008, Dalam Al-Sayyid al-Sheikh Muhammad ibn Ja`far al-Kettani al-Hasani al-Idrisi (b. 1273 in Fas - d. 1345 in Fas.
^ abMuhammad Mukhtaruddin bin Zainal Abidin al-Filimbani 1988, hlm. 39-40, Dalam Bulûgh al-Amânî fî al-Ta‘rîf bi Syuyûkh wa Asânîd Musnid al-Ashr Syaikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadani alMaki (Damaskus: Dâr Ibn Qutaibah, 1988 ) ; Lihat catatan kaki dalam Ilyas 2017, hlm. 268 .
^ ab‘Umar ‘Abd al-Jabbâr 1982, hlm. 245, Dalam Siyâr wa Tarâjim li Ba‘dh ‘Ulamâ’inâ fî al-Qarn al-Râbi’ Asyar li al-Hijrah, Cet. 3 (Jeddah: al-Nasyir Tihamah, 1982 ); Lihat catatan kaki dalam (Ilyas 2017, hlm. 268)
^ abZakariya bin Abdullah Bilah 1426 H, hlm. 353-354, Dalam Al-Jawâhir al-Hisân fî Tarâjim al-Fudhalâ’ wa al-A‘yân min Asâtidzah wa Khillân (Makkah: Muassasah al-Furqan li al-Turats al-Islami, 1426 H); Lihat catatan kaki dalam (Ilyas 2017, hlm. 268)
Andai saja tidak ada ilmu thabaqat, tidak ada ilmu sanad, kita tidak akan pernah kenal siapa Syekh Mukhtar. Di Indonesia yang mempunyai tradisi ini ya Santri NU.
Di Makkah, Syekh Atharid mengajar di Masjidil Haram selama 28 tahun, mulai dari tahun 1903 M hingga tahun 1930 M, sehingga beliau mempunyai murid-murid yang banyak. Selain di Masjidil Haram, Syekh Atharid juga melaksanakan aktivitas mengajar di rumah beliau sendiri. Pengajaran di Masjidil Haram dilaksanakan pada waktu antara Maghrib dan Isya', dan kemudian disambung lagi ba'da isya. Ketika beliau mengajar di dalam Masjidil Haram, dikabarkan selalu dihadiri oleh sekitar 400 orang, terdiri dari para masyayikh atau santri senior.
Beberapa bidang ilmu yang diajarkan Syekh Atharid setiap hari setiap selesai shalat shubuh adalah seperti ilmu nahwu, ilmu sharaf dan balaghah. Adapun apabila setelah selesai shalat ashr, beliau mengajar kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam al-Ghazali. Sedangkan pelajaran yang singkat tentang ilmu falak atau astronomi dan juga metrologi dilaksanakan pada hari selasa, yaitu mengajar kitab susunan beliau sendiri. Setiap malam jum’at membuka majelisdzikir dan setiap selesai majelis selalu membagikan makanan.
Syekh Muhammad Mukhtar ibn 'Atharid adalah sosok seorang guru yang memiliki murid-murid yang tersebar di berbagai wilayah, khususnya di Nusantara. Jika diperhatikan daripada daftar nama-nama yang menjadi murid-muridnya, Tuan Mukhtar adalah termasuk seorang Maha Guru yang begitu berpengaruh kepada para Ulama generasi selanjutnya, khususnya di Nusantara.
Di antara murid-murid Tuan Mukhtar Bogor yang menjadi ulama besar yang mendapat tempat dalam masyarakat adalah sebagaimana disebutkan dibawah ini secara berurutan sesuai dengan tahun wafatnya, yaitu :
Pelopor Pesantren di Batavia, dengan nama lengkap As-syekh Ahmad Marzuqi bin Ahmad Mirshod bin Hasnum bin Ahmad Mirshod bin Hasnum bin Khotib Sa’ad bin Abdurrohman bin Sulthon yang diberikan gelar dengan “Laksmana Malayang” dari salah seorang sultan tanah melayu yang berasal dari negeri Pattani, Thailand Selatan
Adik dari Syekh Muhammad Mahfuz at-Tarmasi yang sangat terkenal). Kiai Dimyathi mengasuh Pesantren Tremas mulai tahun 1894 hingga 1934. Kiai Dimyathi memiliki peran yang sangat besar dalam membesarkan Pesantren Tremas hingga dapat berkembang seperti sekarang ini
Sayyid Muhsin bin ‘Ali bin ‘Abdurrahman al-Musawa al-Falimbani
Pendiri Madrasah al-Ulumid Diniyah, Makkah; Syekh Musawa inilah yang merintis berdirinya Madrasah Darul Ulum Ad-Diniyah bersama dengan Syekh Muhaimin bin Abdul Aziz Lasem yang menelurkan banyak ustadz dan alumi yang di kemudian hari mengajar di madrasah-madrasah negeri dan swasta. Di antara alumni madrasah yang terkenal adalah Musnidul ‘Ashr Al ‘Allamah Abul Faidh Al Fadani, yang lebih dikenal dengan Syekh Yasin Padang, dan juga KH.Maimun ZubairRembang
Nama lengkapnya adalah Syekh Muhammad Arsyad bin As'ad bin Mustafa bin As'ad al-Bantani al-Jawi, Ulama dunia Melayu yang bersanad ilmu (musalsal) mulai daripada Syekh Arsyad Thawil al-Bantani hingga ke atas, diantaranya adalah al-'Allamah as- Sayid Ahmad bin Husein bin Salim Ba Jindan al-'Alawi dan anaknya yang terkenal sebagai Musannid Indonesia, yaitu as-Sayid Salim bin Ahmad bin Husein Ba Jindan
Nama lengkapnya adalah Haji Abu Bakar bin Haji Hasan al-Muari bin Haji Ahmad bin Anggak bin Datuk Sijo Bukit Moh, Muar Bandar Maharani, Johor;Pendiri Madrasah Al-Arabiyah Al-Khairiah di Muar
Nama lengkapnya Haji Umar bin Cik Ahmad bin Cik Wan Abdul Lathif bin Cik Wan Cik bin Cik Wan Jat bin Cik Wan Abdul Lathif bin Cik Jenal bin Cik Hamat bin Cik Wan. Pada namanya terdapat istilah `Cik Wan' atau dulunya ditulis dengan `Che' Wan' yang merupakan satu istilah keturunan bangsawan Patani yang berhak memerintah negeri
Nama lengkapnya Abdul Madjid, Ayahnya bernama KH. Abdurrahman bin Sulaiman bin Muhammad Nur bin Rahmatullah, Buyutnya yang bernama Rahmatullah ini dikabarkan masih keturunan Pangeran Diponegoro yang datang di daerah Kebayoran Lama karena mengikuti sayembara menaklukkan macan buas yang meresahkan masyarakat
Seorang santri kesayangan sekaligus menantu Syekh Muktar al-Bughuri, putra dari Kiai Muhammad Idris ibn Abi Bakar bin Tubagus Mustofa al-Bakri al-Bughuri
Seorang pendiri salah satu pesantren terbesar dan tertua di Sumatera Utara, muridnya sekitar 12.000 (santri) Nasution dan al-Mandaili dibelakang namanya menunjukkan bahwa beliau adalah seorang Mandailing, saat ini berada di wilayah Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Syekh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily mendirikan Pesantren Musthafawiyah Purba Baru pada tahun 1912 M, pada tahun 2008 jumlah pelajar di Pesantren Musthafawiyah mencapai 8300 orang dengan tenaga pelajar sebanyak 187 orang
Nama lengkapnya adalah Tengku Mahmud Zuhdi bin Tengku Abdur Rahman bin Tuanku Nur bin Raja Belat ibnu Raja Datu al-Fathani al-Jawi. Ayahnya adalah Raja Jambu, Patani yang ditangkap oleh Siam dan ditempatkan di istana tersendiri di Ban Sim Dip, Bangkok. Ibunya bernama Kalsum binti Haji Sa'ad, berasal dari India
Pernah menjabat sebagai Mufti Pulau Pinang, nama lengkapnya adalah Syekh Abdullah bin Ibrahim bin Tahir dipanggil dengan nama Haji Abdullah Pak Him, Pak Him ialah singkatan nama ayahnya, Ibrahim, sedangkan nama atau gelaran yang umumnya diketahui adalah Syekh Abdullah Fahim
Kakek dari Ustadz Yusuf Manshur, nama lengkapnya adalah Muhammad Manshur bin Abdul Hamid bin Damiri bin Abdul Muhid bin Tumenggung Tjakra Jaya (Mataram, Jawa)
Nama lengkapnya adalah Muhammad Zain Nuruddin bin Imam Abbas al-Khalidi al-Naqsyabandi bin Haji Muhammad Lashub bin haji Abdul Karim bin Tuan Fakih, seorang ulama besar alumni Makkah awal abad 20 dan berasal dari Batu Bara , Sumatera Utara, yang namanya tidak dikenal, namun mempunyai kontribusi besar dalam perkembangan dakwah Islam di daerah tersebut.
Lahir pada 15 Mei 1901 dan tutup usia pada hari sabtu 15 November 1969 dalam usia 68 tahun 6 bulan. Diantara karyanya adalah Tafsir al-Quran al-Karim karya tiga serangkai dan Tafsir al-Ahkam.
al-'Allamah Tubagus Bakri bin Tubagus Sid bin Tubagus Arsyad al-Syafi'ie al-Bantani al-Jawi, selama di Makkah beliau juga belajar kepada beberapa orang ulama yang terkenal dan ulama-ulama itu ada yang berumur lebih muda daripada beliau
Ajengan Raden Ma’mun Nawawi bin Anwar atau dikenal dengan Mama Cibogo atau Mama Cibarusah; murid dari KH. Tubagus Bakri di Sempur, Plered, Purwakarta, yang kelak menjadi mertuanya
Pendiri Universitas Islam pertama di Tapanuli (Bagian Selatan) dan pendiri dua fakultas IAIN Sumatera Utara (Tarbiyah dan Ushuluddin tahun 1968-1972), pernah mengecap pendidikan di Darul Ulum, Mekkah, sebagai penanda almamater di belakang namanya ada tambahan Addary, oleh orang-orang di Padangsidimpuan beliau sering dipanggil Tuan Hasan
Lahir di Langkat sekitar 1900 sampai 1941, adalah keturunan Tuk Ungku Syekh Yusuf Al – Khalidi Syekh Abdullah Afifuddin Langkat, seorang ulama yang luas fahaman dan halus budi bahasanya. Meskipun pada zaman kekuasaan raja-raja Sumatra Timur beliau hanya diam tetap setelah revolusi turut aktif dalam Masyumi dan 1956 terpilih jadi anggota Konstituante dari NU
^ abcdeFaishol 2004, Dalam Ulama Dari Bogor Yang Menjadi Guru Besar Di Masjidil Haram menyebutkan bahwa Diantara murid Syekh Mukhtar al-Bughuri adalah sayyid Muhsin bin Ali al-Musawa, Syekh Yasin bin Isa al-Fadani, Syekh Sulaiman Samdani, Syekh Abdurrohman bin Yusuf al-Madarisi (Madura), Syekh Abdussattar al-Dahlawi, Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki dan Syekh Muhammad Ahmad bin Idris al Bughuri..
Abdullah, Wan Mohd. Shaghir (2004-02-19). "Abdullah Fahim - Ulama mahir ilmu falak". Utusan Online (dalam bahasa Melayu). Diakses tanggal 2018-03-30.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
Abdullah, Wan Mohd. Shaghir (2004-03-08). "Abu Bakar Muar - Benteng pertahanan kaum tua". Utusan Online (dalam bahasa Melayu). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-15. Diakses tanggal 2018-04-06.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
Abdullah, Wan Mohd. Shaghir (2004-05-10). "Mufti terakhir kerajaan Mempawah". Utusan Online (dalam bahasa Melayu). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-18. Diakses tanggal 2018-04-07.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
Abdullah, Wan Mohd. Shaghir (2004-09-06). "Kadi Kerajaan Langkat". Utusan Online (dalam bahasa Melayu). Diakses tanggal 2018-04-06.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
Abdullah, Wan Mohd. Shaghir (2005-05-16). "Syeikh Arsyad Thawil al-Bantani". Utusan Online (dalam bahasa Melayu). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-22. Diakses tanggal 2018-04-07.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
Abdullah, Wan Mohd. Shaghir (2005-06-20). "`Ulama' ahli syari'at dan haqiqat". Utusan Online (dalam bahasa Melayu). Diakses tanggal 2018-03-28.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
Kiki, Rakhmad (2011). Genealogi intelektual ulama Betawi : melacak jaringan ulama Betawi dari abad ke-19 sampai abad ke-21. Jakarta: Jakarta Islamic Centre. ISBN978-602-98707-0-1.
Kurniawan, Al-Hafizh (2011-12-21). "Guru Madjid dan Tukang Cukur". NU Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-09-27. Diakses tanggal 2018-03-31.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
Sati, Ali (2016). "ULAMA-ULAMA TERKEMUKA DI TAPANULI SELATAN DAN UPAYA KADERISASI"(PDF). AL-MAQASID: Jurnal Ilmu Kesyariahan dan Keperdataan (dalam bahasa Indonesia). Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan. Volume 2 (1): Hal. 65-78 dari 254 Hal. ISSN2442-6644. Diakses tanggal 2018-03-28.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Sungguh pun Tuan Mukhtar Bogor menguasai banyak bidang disiplin ilmu termasuk ilmu-ilmu hadis, yang sering dibicarakan terutama oleh golongan tajdid, namun beliau tetap berpegang dengan Mazhab Syafie, pengikut setia Mazhab Ahlis Sunnah wal Jamaah aliran Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Dalam tasawuf tetap berpegang kukuh dengan imam-imam kaum sufi yang muktabar seperti Imam Abu Qasim Juneid al-Baghdadi, Imam al-Ghazali, dan lain-lain
Syekh Muhammad Mukhtar Bogor semasa hidupnya telah menulis berpuluh-puluh karya,[12][13][14][15] antara lain kitab Aqaid Ahl As-Sunnah wal-Jamaah, sebuah kitab teologis yang ditulis menggunakan bahasa Sunda yang uniknya diterbitkan oleh penerbit legendaris, Mustafa Bab al-Halabi, Kairo, pada bulan Jumadil Ula tahun 1341 H yang bertepatan dengan Desember 1922.[12]
Diselesaikan hari Kamis, 15 Sy'aban 1308 H (26 Maret 1891). Kandungannya membahas ilmu falakiyah. Cetakan kedua Mathba'ah al-Miriyah al-Kainah, Makkah, 1331 H. Dicetak juga oleh Mathba'ah Mushthafa al-Baby al-Halaby, Jumadil Awwal 1347 H. Selain cetakan, ditemukan sebuah manuskrip salinan, pada bagian akhir salinan dinyatakan ``Saidi wa Ihsan Haji Abdur Rahman bin al-Haji Ibrahim Khathib Melabuh al-Jawi min ahali al-Juhur Baharu yang artinya Saidi dan Ihsan bin Haji Abdur Rahman bin Haji Ibrahim, Khathib Melabuh yang berasal dari kekeluargaan Johor Bahru. Disalin pada hari Rabu siang hari, 15 hari terakhir bulan Rajab 1313 H.
Diselesaikan hari Kamis, 24 Dzulkaidah 1323 H (19 Januari 1906 ). Kandungannya membicarakan akidah, sifat dua puluh. Dicetak oleh Mathba'ah At-Taraqqil Majidiyah al-Utsmaniyah 1330 H.
Ar-Risalatul Wahbatil Ilahiyah fi Bayani Itsqati ma'alal Maiyiti minal Huquqi was Shiyam was Shalati
Diselesaikan pada malam Ahad, 2 Muharram 1327 H (24 Januari 1909). Kandungannya membahas fidiyah shalat, puasa dan lain-lain. Kitab ini dicetak oleh Mathba'ah At-Taraqqil Majidiyah al-Utsmaniyah 1330 H. Ditashhih oleh Syeikh Idris bin Husein al-Kalantani.
As-Shawa'iqul Muhriqah lil Auhamil Kazibah fi Bayani Hillil Baluti war Raddu `ala man Harramahu
Diselesaikan: Malam Senin, 8 Muharram 1329 H (9 Januari 1911 ). Kandungannya membahasn hukum boleh makan belut. Dicetak oleh Mathba'ah At-Taraqqil Majidiyah al-Utsmaniyah 1329 H.
Karya khusus terkait transmisi intelektual (sanad keilmuan/ganealogi intelektual) beliau (ditulis dalam bahasa Arab), dan juga ijazah (lisensi keilmuan) beliau, yang dikukuhkan dan diberikan kepada muridnya yang bernama Syaikh Muhammad Zain ibn Abbas Batubara, Ulama besar asal Batubara, Sumatera Utara
It-hafus Sadatil Muhadditsin bi Musalsalatil Ahaditsil Arba'in
Diselesaikan: 8 Rabiulawal 1345 H (15 September 1926 ). Kandungannya membahas berbagai sanad/silsilah keilmuan dan amalan. Dicetak oleh Mathba'ah Dar Ihya' al-Kutub al-'Arabiyah, Mesir, Jumadilawal 1345 H Ditashhih oleh Syeikh Muhammad az-Zahari al-Ghamrawi.
Kitab ad-Durril Munif fi Syarhil Wirdil Lathif (1330 H)
Tidak terdapat keterangan tahun penulisan. Kandungannya membahas wirid, zikir, doa, dan lain-lain. Cetakan yang pertama Mathba'ah at-Taraqqil Majidiyah al-'Utsmaniyah, atas perbelanjaan pemiliknya Muhammad Majid al-Kurdi al-Makki, 1330 H.
Sebuah kitab teologis yang ditulis menggunakan bahasa Sunda, ditulis di Mekkah dan diterbitkan di Makkah dan Kairo, yang uniknya diterbitkan oleh penerbit legendaris, Mustafa Bab al-Halabi, Kairo, pada bulan Jumadil Ula tahun 1341 H yang bertepatan dengan Desember 1922, kitab ini khusus di tulis untuk merespon gerakan Wahabi , sebuah faham, gerakan, dan sekte baru dalam arus tradisi agama Islam yang bercorak puritan dan berpusat di Nejd (Semenanjung Arabia). Melalui karya ini, Syaikh Mukhtar 'Atharid sendiri tampaknya hendak menjelaskan duduk perkara teologi Islam tradisional yang resmi (Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah) kepada publik pembaca yang berbahasa Sunda
Mukhtashar Kitab ad-Durril Munif fi Syarhil Wirdil Lathif (1352 H)
Tidak ada tahun penulisan. Kandungannya membahas wirid, zikir, doa, dan lain-lain. Dicetak oleh Mathba'ah al-'Arabiyah, Mekah, 13/2/1352 (7 Juni 1933). Pada halaman 7 pengarang mencatatkan bahwa syarah kitab ini dicetak pertama kali di Makkah tahun 1330 H dan cetakan yang kedua, tahun 1345 H di Mesir. Bahwa beliau telah mencantumkan 30 hadis berserta dengan syarahnya di dalam kitab tersebut.
^ abcdefghAbdullah 2006, menyebutkan 8 karya tuan Mukhtar, yaitu "1. Taqribul Maqshad fil Amali bir Rub'il Mujaiyab, 2. Ushulud Din I'tiqad Ahlis Sunnah wal Jamaah, 3. Ar-Risalatul Wahbatil Ilahiyah fi Bayani Itsqati ma'alal Maiyiti minal Huquqi was Shiyam was Shalati, 4. As-Shawa'iqul Muhriqah lil Auhamil Kazibah fi Bayani Hillil Baluti war Raddu `ala man Harramahu, 5. It-hafus Sadatil Muhadditsin bi Musalsalatil Ahaditsil Arba'in, 6. Khutbah al-Jumaat, 7. Kitab ad-Durril Munif fi Syarhil Wirdil Lathif, 8.Mukhtashar Kitab ad-Durril Munif fi Syarhil Wirdil Lathif.
Abdullah, Wan Mohd. Shaghir (2005-06-20). "`Ulama' ahli syari'at dan haqiqat". Utusan Online (dalam bahasa Melayu). Diakses tanggal 2018-03-28.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)
Kitab belut karya Syekh Mukhtar Atharid al-Bughuri ini menjadi saksi akan prestasi yang ditorehkan oleh ulama Nusantara dalam kencah keilmuannya secara global melalui media Haramain. Dari kelihaian dan kealiman al-Bughuri dalam menyanggah pendapat ulama yang mengharamankan belut, maka tidak mengherankan jika halaqahnya di Masjidil Haram terbilang paling ramai dikunjungi thalabah dibandingkan dengan ulama Nusantara lainnya yang mengajar di sana. Murid-muridnya banyak yang menjadi ulama berpengaruh di Nusantara_Melayu di antaranya adalah Tok Kemuning (Malaysia), Haji Abdullah Fahim (Mufti Pulau Pinang), Sayyid Muhsin ibn Ali al-Musawa (Mudir Dar al-Ulum Makkah asal Palembang), Syekh Muhammad Ahyad al-Bughuri (pengajar di Masjidil Haram asal Bogor), Kiai Hasyim Asyari (pendiri Nahdlatul Ulama), Syekh Zubair al-Filfulani (pengajar di Masjidil Haram asal Demak), Syekh Muhaimin al-Lasemi (pengajar di Dar al-Ulum asal Lasem, Rembang), Syekh Husein ibn Abdul Ghani al-Palimbani (penggagas Madrasah al-Fattat al-Ahliyah di Haramain asal Palembang), Syekh Raden Muhammad Sulaiman al-Sumedangi (pengajar di Masjidil Haram asal Sumedang), dan Syekh Yasin ibn Isa al-Fadani (Musnid Dunya asal Padang).
— Penerbit Global Press, 2017, Sinopsis Kitab Belut Nusantara [16]
Konon pada masa Syekh Mukhtar Atharid Al-Bughuri berkiprah di Masjidil Haram, terjadi polemik tentang hukumnya belut yang sering dikonsumsi orang-orang Nusantara.[17] Pada masa tersebut, Ulama Timur Tengah ada yang mengharamkan memakan belut karena dianggap sebagai bagian dari jenis ular.[17] Sebagai orang Nusantara yang pernah memakan dan menyukai belut, Syekh Mukhtar Atharid Al-Bughuri memberikan penjelasan dalam bentuk karya As-Shawa’iqul Muhriqah lil Auhamil Kazibah fi Bayani Hillil Baluti war Raddu ‘ala man Haramah. Melalui kitab itu, ia membela kehormatan orang-orang Nusantara.[17] Kitab yang ditulis oleh Syekh Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Bughri al-Batawi al-Jawi ini barangkali menjadi satu-satunya risalah yang secara khusus fokus membeberkan argumentasi yang menguatkan status halal memakan belut. Tidak hanya di level lokal, Indonesia, tetapi juga internasional.[18]
^Imawan 2013, Dalam artikel yang berjudul ULAMA TANAH SUCI DARI TANAH JAWA menyebutkan bahwa Ia pergi ke betawi dan belajar kepada Syekh abdullah ibn aqil ibn yahya mufti betawi. Kepadanya ia mentasmi’ hafalan matannya dan menambah hafalan matannya seperti almilhah, alfiyah ibnu malik, alqothr, matan ilmu fiqh syafi’I dan belajar syarah-syarahnya. Dan mendapatkan ijazah untuk semua riwayatnya..
^Faishol 2004, Dalam artikel yang berjudul Ulama Dari Bogor Yang Menjadi Guru Besar Di Masjidil Haram menyebutkan bahwa Syekh Mukhtar al-Bughuri melanjutkan belajarnya kepada salah seorang Ulama Betawi (sekarang Jakarta) yaitu Sayyid Abdullah bin ‘Aqil bin Yahya (Ayah Sayyid Utsman Betawi). Kepada Sayyid Abdulloh, Syekh Mukhtar memperdalam ilmu agama yang telah dipelajarinya di Bogor. Syekh Mukhtar mengulang kembali apa yang telah dihafalkan untuk disimak oleh Sayyid Abdulloh. Sayyid Abdulloh memberikan ijazah khusus kepada Syekh Mukhtar atas kitab-kitab yang telah dihafalkan tersebut..
^Ilyas 2017, Dalam Jurnal yang berjudul PEMIKIRAN FIKIH Syekh MUHAMMAD ZAIN BATU BARA: Fidiah Salat dan Puasa menyebutkan bahwa Ia meninggalkan karya tulis berjumlah 12 kitab dalam bahasa Arab, Jawi dan Sunda..
^Faishol 2004, Dalam artikel yang berjudul Ulama Dari Bogor Yang Menjadi Guru Besar Di Masjidil Haram menyebutkan bahwa Syekh Mukhtar al-Bughuri mempunyai tujuh karya tulis, meskipun jumlah karyanya sedikit akan tetapi hal ini sangat bermanfaat bagi orang yang mau mengkaji pemikiran-pemikiran Syekh Mukhtar al-Bughuri..
^Abdullah 2005, Dalam artikel yang berjudul Tuan Mukhtar Bogor - `Ulama' ahli syari'at dan haqiqat menyebutkan bahwa Syekh Muhammad Mukhtar Bogor menghasilkan karya yang tersebar berupa cetakan ada yang ditulis dalam bahasa Arab dan bahasa Melayu...
Sholah, Salim (2015-02-10). Cholis, Akbar, ed. "Inilah 8 Muhaddits Hebat dari Indonesia". Hidayatullah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-28. Diakses tanggal 2018-03-30.Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link)