Lompat ke isi

Orkes Gumarang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Orkes Gumarang
Orkes Gumarang dalam film Delapan Pendjuru Angin, dari buku Sewindu Perfini (1958)
Informasi latar belakang
GenreMusik latin, musik Minang
Tahun aktif1954 (1954)1964 (1964)[1]
1971
Mantan anggota

Orkes Gumarang adalah kelompok musik atau orkes asal Indonesia yang terkenal pada tahun 1950-an dan 1960-an.

Pendirian

[sunting | sunting sumber]

Orkes ini dibentuk di Jakarta pada akhir tahun 1953 oleh sepuluh orang pemuda asal Sumatera Barat. Mereka yaitu Syaiful Nawas, Awaluddin Djamin, Julius "Yus" Bahri, Alidir, Anwar Anif, Azwar, Hasmanan, Dhira Soehoed, Joesfar Khairudin, dan Taufik. Mereka berkumpul di tempat kediaman Yus Bahri,[2] seorang mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia yang belakangan menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia.[3][4] Setelah dilakukan musyawarah, gitaris dan vokalis Anwar Anif ditunjuk sebagai pemimpin Orkes Gumarang.[1]

Dalam menentukan gaya musik yang akan dimainkan, mereka memutuskan untuk mengikuti gaya musik latin dan mambo, dengan pengaruh besar dari musikus Spanyol Xavier Cugat, yang dianggap sesuai dengan rentak gamad musik Minang yang berenergi dan hidup.[5] Atas usulan Awaloedin Djamin, grup tersebut dinamai "Orkes Gumarang", yang diambil dari nama kuda dari cerita rakyat Kaba Cindua Mato dalam budaya Minangkabau.[4]

Era Anwar Anif (1954)

[sunting | sunting sumber]

Selama masa kepemimpinan Anwar Anif, Orkes Gumarang tampil di Radio Republik Indonesia,[6] setelah diketahui oleh penyiar RRI Zainal Ardi, yang kemudian menjadi pianis pengisi Orkes Gumarang.[7]

Era Alidir (1954–1955)

[sunting | sunting sumber]

Pada pertengahan 1954, Anwar Anif mundur dari Orkes Gumarang dan kembali ke Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Pengunduran diri Anwar Anif disebabkan oleh dirinya yang hendak mencari peluang kerja di tempat lain serta memandang Orkes Gumarang sebagai hobi sambilan.[8] Untuk mengisi kekosongan kepemimpinan, Alidir diangkat sebagia pemimpin orkes. Pada saat yang sama, temannya Asbon Madjid bergabung Orkes Gumarang, setelah ia bebas dari dinas ketentaraan.[9]

Di bawah kepemimpinan Alidir, beberapa anggota baru seperti pianis Januar Arifin dan adiknya Ismet Arifin yang merupakan penabuh gendang, serta vokalis Zainul Tahir ikut bergabung.[10] Rekaman-rekaman seperti album Rangkaian Lagu2 Daerah Sumatra yang direkam di studio RRI Jakarta dan dicetak oleh perusahaan rekaman Lokananta mulai dihasilkan.[10]

Era Asbon Madjid (1954–1964, 1971)

[sunting | sunting sumber]

Pada Mei 1955, Alidir mempercayakan kepemimpinan orkes tersebut kepada Asbon Madjid. Orkes Gumarang kembali mengalami pergantian drastis dengan keluarnya anggota-anggota awal seperti Hasmanan, Joesfar Khairoedin dan Zainul Tahir, serta masuknya anggota-anggota baru seperti Anas Joesoef dan Juni Amir pada vokal, diikuti oleh Nurseha dari grup Orkes Melayu Kenangan.[11] Personel-personel baru dengan instrumen seperti Chuzai Bustami dan Johnny Syarief pada gitar bas dan Sjaugie Bustami pada gendang juga mengisi Orkes Gumarang.[12] Pada saat itu, Orkes Gumarang juga mulai memadukan unsur musik latin dengan alat-alat musik tradisional Sumatra Barat seperti saluang dan talempong.[13]

Selama tahun 1956, Orkes Gumarang menjadi salah satu grup musik paling terkenal di Indonesia. Beberapa kesuksesannya di antara lain adalah album Kampung Nan Djauh di Mata oleh perusahaan rekaman Irama.[4][14] Pada tahun itu pula, Orkes Gumarang diundang untuk tampil di berbagai tempat, seperti Istana Wakil Presiden Indonesia dan Hotel des Indes, serta juga tampil untuk menghibur tamu negara Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew.[4][15] Akhir tahun 1956, Julius Bahri mundur dari Orkes Gumarang dan meninggalkan kuliah kedokterannya karena ditugaskan ke luar negeri oleh Tentara Republik Indonesia terkait situasi politik luar negeri saat itu.[4]

Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Orkes Gumarang melakukan berbagai rekaman dengan label Mesra yang menghasilkan album kompilasi Lagu Gumarang Jang Terkenal. Pada bulan Desember 2007, album tersebut menempati peringkat ke-18 dalam daftar "150 Album Indonesia Terbaik" versi majalah Rolling Stone Indonesia yang diterbitkan pada edisi #32.[16]

Orkes Gumarang kembali mengalami perubahan pada bulan September 1960 ketika Anas Joesoef mengundurkan diri demi mengikuti studi bidang ilmu seni vokal di Jerman setelah menjadi penerima beasiswa atas dukungan RRI Jakarta.[17] Satu tahun kemudian, pianis Januar Arifin juga memutuskan untuk mundur dari Orkes Gumarang.[18] Meski demikian, Orkes Gumarang dengan para personelnya yang tersisa ikut dalam New York World's Fair pada tahun 1964 dan berkeliling Amerika Serikat selama 11 bulan,[19] lalu meneruskan perjalanan mereka ke Eropa. Setelah itu, Orkes Gumarang mengalami vakum hingga awal 1970-an.

Pada tahun 1970 mereka mengikuti misi kesenian mewakili Indonesia di Expo '70, Osaka, Jepang.[4] Setahun setelahnya, Anas Joesoef kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan vokal musik dan bersama dengan Orkes Gumarang merilis dua album terakhirnya yaitu Bapisah Bukannjo Batjarai dan Nan Bagala. Pada kedua album tersebut, istri Anas Joesoef asal Jerman, Ingrid Michel, tampil sebagai salah satu vokalis.[20]

Diskografi

[sunting | sunting sumber]

Filmografi

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Zon 2017, hlm. 34.
  2. ^ Zon 2017, hlm. 31.
  3. ^ Zon 2017, hlm. 33.
  4. ^ a b c d e f "Band Asal Minang Orkes Gumarang Pernah Jadi Fenomena Sampai Dibikin Buku Sama Fadli Zon! Begini Kisahnya - Harian Haluan". Harian Haluan. Padang: Haluan Media Group. 29 Desember 2024. Diakses tanggal 29 Desember 2024. 
  5. ^ Zon 2017, hlm. 32.
  6. ^ Ocky A. M. (20 Januari 2024). "Mengenang Orkes Gumarang, Band Minang yang Pernah Jadi Raja Musik Indonesia". Katasumbar.com. Kota Padang. Diakses tanggal 3 Januari 2025. 
  7. ^ Zon 2017, hlm. 37–42.
  8. ^ Zon 2017, hlm. 83.
  9. ^ Makmur, Hendra (8 Mei 2019). "Asbon Madjid dan Orkes Gumarang, Pembuka Pintu Indonesia untuk Musik Minang". Langgam.id. Diakses tanggal 3 Januari 2025. 
  10. ^ a b Zon 2017, hlm. 84.
  11. ^ Zon 2017, hlm. 90.
  12. ^ Zon 2017, hlm. 91.
  13. ^ Zon 2017, hlm. 92.
  14. ^ Zon 2017, hlm. 129–130.
  15. ^ Zon 2017, hlm. 117–120.
  16. ^ "150 Album Indonesia Terbaik". Rolling Stone Indonesia. No. 32. Jakarta: JHP Media. Desember 2007. 
  17. ^ Zon 2017, hlm. 201.
  18. ^ Zon 2017, hlm. 227.
  19. ^ Zon 2017, hlm. 231.
  20. ^ Zon 2017, hlm. 231–235.
Daftar pustaka

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]