Partai Sosialis Indonesia (Parsi)
Partai Sosialis Indonesia | |
---|---|
Ketua umum | Amir Sjarifuddin |
Dibentuk | 13 November 1945 |
Dibubarkan | Desember 1945 |
Digabungkan dengan | Partai Sosialis |
Kantor pusat | Jakarta |
Ideologi | Sosialisme |
Warna | Merah |
Partai Sosialis Indonesia (Parsi) adalah sebuah partai politik di Indonesia. Partai tersebut didirikan di sebuah pertemuan di Yogyakarta pada 13 November 1945.[1] Menteri Pertahanan Amir Sjarifuddin menjadi ketua dari partai tersebut.[2] Parsi kebanyakan terdiri dari mantan kolega Amir Sjarifuddin dari perjuangan pemberontakan masa perang di Jawa Timur. Beberapa diantaranya berasal dari Gerindo ('Gerakan Rakyat Indonesia'), sebuah kelompok nasionalis dan pro-Sukarno sayap kiri yang aktif sebelum perang. Terdapat juga beberapa orang, seperti Abdulmadjid, Moewaladi dan Tamzil, yang tinggal di Belanda pada masa perang, dan ikut serta dalam perjuangan pemberontakan anti-fasis disana.[1] Tujuan utama Parsi adalah kemerdekaan Indonesia dari kekuasaan kolonial, yang disusul oleh pembangunan masyarakat sosialis.[3]
Pada Desember 1945, di sebuah pertemuan di Cirebon, partai tersebut digabung dengan Partai Rakjat Sosialis (Paras), membentuk Partai Sosialis dengan Amir Sjarifuddin sebagai wakil ketua.[2] Namun, bahkan setelah penggabungam kelompok Parsi dan Paras tetap berdiri sebagai faksi di dalam partai baru. Umumnya bersuara, para mantan anggota Parsi mewakili garis yang lebih radikal dan populis.[4] Pada Agustus 1948, saat Sjahrir dan para pengikutnya meninggalkan Partai Sosialis, Partai tersebut mengeluarkan pernyataan kritisisme diri. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa meskipun Parsi didirikan oleh komunis bawah tanah, partai tersebut tak mengambil bentuk partai komunis. Selain itu, pernyataan tersebut menyinggung penggabungan 'sayap kanan' dan 'reformis' Paras.[5] Secara garis besar, para mantan anggota Parsi adalah orang-orang yang menetap di Partai Sosialis sementara para mantan anggota Paras hengkang bersama dengan Sjahrir. Namun, terdapat beberapa pengecualian terkenal, seperti Wijono (yang telah menjadi militan Parsi, namun berakhir sebagai salah satu pemimpin utama partai Sjahrir).[6]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Mrázek, Rudolf. Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia. Studies on Southeast Asia, no. 14. Ithaca, N.Y.: Southeast Asia Program, Cornell University, 1994. pp. 284-285
- ^ a b Rose, Saul. Socialism in Southern Asia. London: Oxford University Press, 1959. pp. 147, 1952
- ^ Legge, J. D. Intellectuals and Nationalism in Indonesia: A Study of the Following Recruited by Sutan Sjahrir in Occupation Jakarta. [Ithaca, N.Y.]: Cornell Modern Indonesia Project Publications, 1988. p. 114
- ^ Legge, J. D. Intellectuals and Nationalism in Indonesia: A Study of the Following Recruited by Sutan Sjahrir in Occupation Jakarta. [Ithaca, N.Y.]: Cornell Modern Indonesia Project Publications, 1988. p. 121
- ^ Rose, Saul. Socialism in Southern Asia. London: Oxford University Press, 1959. p. 152
- ^ Legge, J. D. Intellectuals and Nationalism in Indonesia: A Study of the Following Recruited by Sutan Sjahrir in Occupation Jakarta. [Ithaca, N.Y.]: Cornell Modern Indonesia Project Publications, 1988. p. 115